Feeds:
Posts
Comments

Archive for the ‘Travel’ Category

Touch Korea Tour Bagian Kedua – Buzz Korea
Dalam rangka mengikuti program penulisan blog mengenai Wisata Korea Selatan yang diselenggarakan oleh Korean Tourism Organization (Indonesia), saya memposting tulisan mengenai tiga benda yang ingin dibeli di Korea. Sebenarnya  saya yakin akan beli sesuatu lebih dari tiga jenis kalau saya berwisata ke Korea. And I am very sure about this.

Dae Jang GeumHallyu. Apakah arti kata Hallyu? Sebelum saya sampai pada topik sesuai judul di atas, saya akan bercerita sedikit tentang Hallyu ini. Nah, pernahkah Anda mendengar kata ini? Kata ini populer pada tahun 1999, dimana istilah Hallyu yang berarti Korean Wave ini dipublikasikan oleh media Cina yang terkesima atas cepatnya puplaritas entertainmen kebudayaan dan setelah album HOT dirilis di Cina demikian juga dengan film dan drama Korea yang sangat banyak digemari disana. Hallyu sering diartikan sebagai Demam Korea atau Korean Wave – Gelombang Korea. K-Pop, atau musik Korean Pop, adalah bagian yang tak terpisahkan dari Hallyu ini.  Fenomena Hallyu ini tidak terbatas pada wabah musik K-pop, saja tetapi juga film dan drama Korea, masakan Korea, barang elektronik, sampai dengan fashion. Kegemaran akan produk entertainmen Korea, memicu banyak masyarakat berbagai bangsa di dunia untuk mempelajari budaya dan bahasa Korea. Di Indonesia, Hallyu sangat terasa gelombangnya melalui K-Pop dan Drama Korea. Suami saya saja adalah penggemar film Dae Jang Geum. Terbukti Hallyu tidak hanya melanda kaum muda, tapi meliputi tua muda, ABG, ABG palsu, bahkan anak-anak pun mengenal Korean Pop Culture ini. Saya saja tadi pagi memasak ditemani lagu Super Boy  Junior. Suwer, ga boong. Menurut saya, menyukai dan mempelajari kebudayaan bangsa lain adalah hal yang sangat positif. Menyadarkan bagaimana kita adalah makhluk hidup sebagai manusia yang  harus memiliki hubungan sosial yang baik antar individu, antar RT, RW, Kelurahan  maupun sampai dengan antar bangsa. Membuat kita menyadari arti pentingnya untuk hidup berbangsa dan bernegara yang damai dan sejahtera di muka bumi ini. Namun yang penting pula kita sendiri  untuk tidak kehilangan identitas sebagai bangsa Indonesia yang memiliki kebudayaan dan harga diri bangsanya sendiri pula. Demikian. Indah sekali ya pemikiran saya, bukankah begitu para pembaca?

Setelah mengenal Hallyu, mari sekarang kita lanjutkan dengan pembahasan sesuai judul di atas. Andaikan saya pergi berwisata ke Korea Selatan…Tentu saja selain mengunjungi tempat-tempat wisata yang indah dan penuh sejarah disana,  dan tentu saya pun ingin membeli cinderamata, atau sesuatu yang berguna dan bermanfaat,  atau benda-benda lain yang menarik dan memiliki ciri khas Korea.  Tapi sebelum kita membicarakan wisata Korea Selatan dan benda-benda yang menarik atau karya seni Korea yang memiliki sejarah ribuan tahun, ada baiknya kita membicarakan, sesuatu yang harus kita siapkan untuk berbelanja, yaitu…mata uang Korea Selatan…. ! Mata uang Korea Selatan disebut dengan Won. Kursnya pada saat blog ini ditulis, terhadap Rupiah adalah 1 KRW (Korean Won) adalah sebesar 8 .05 Rupiah. Sebagai referensi harga makanan semisal Kimbap (sushi ala Korea) adalah 2500 – 3000 Won, atau sekitar Rp 20.000,- s.d Rp 24.000,- . Kata Won sendiri berarti “round shape” dan terdiri dari 100 Jeon. Namun satuan Jeon sudah tidak digunakan untuk transaksi keuangan sehari-hari dan hanya muncul pada perhitungan kurs dengan mata uang asing.

Nah setelah memiliki bekal pengetahuan kurs untuk berbelanja barang di Korea Selatan ini dengan mata uang Won, saya putuskan apabila saya diberi kesempatan dan umur panjang untuk dapat berwisata kesana dalam program Touch Korea Tour ini, atau program wisata lainnya dimana hal tersebut tergantung rejeki dan kesempatan yang saya dapat (tentu saja), saya akan membeli tiga barang sebagai berikut, my lovelies, ini dia …tadaa…..:

Traditional Korean Clothing. Dalam bahasa Korea Selatan disebut Hanbok, pakaian tradisional yang sekarang umum digunakan oleh bangsa Korea adalah mengikuti model dari Dinasti Joseon. Dalam kekuasaan Dinasti Joseon banyak hal yang membawa hal yang direpresentasikan dalam bangsa Korea yang telah modern saat ini, baik dalam hal etika, norma-norma budaya, pakaian adat dan bahkan bahasa Korea dan dialeknya berasal dari pemikiran dan pola yang dibentuk pada jaman Dinasti Joseon ini. Pakaian tradisional Korea ini sangat indah. Warnanya cerah dengan potongan yang elegan. Untuk pakaian tradisional wanita disebut dengan Chima Jeogori, terdiri dari rok panjang dan atasan. Sedangkan untuk pria disebut Baji Jeogori, Baji berarti celana. Membeli pakaian tradisional ini dapat dilakukan di Dongdaemun Market. Pasar Dongdaemun ini adalah pasar tradisional dan juga sebuah tempat shopping center yang lengkap, terletak di distrik Jongno-gu, Seoul, Korea Selatan. Di pasar Dongdaemun ini menjual berbagai macam pakaian, Hanbok, Food Court, Food Center, sepatu, dan berbagai benda-benda lain yang menarik. Dongdaemun berarti “a neighborhood for learning politeness”, nama yang sangat berkarakter menurut saya.  Adapun saya sendiri, apabila karena satu dan lain hal tidak kesampaian membeli Hanbok ini, bila dapat saya akan membeli sepasang boneka dengan pakaian Hanbok. Dan ini pun akan membuat saya sangat bahagia. Membeli hanbok itu sendiri ataupun boneka dengan pakaian tradisional Korea adalah representasi kekaguman saya akan keragaman budaya berbagai bangsa di dunia.

Korean Pottery. Korean Pottery adalah karya seni yang dikagumi orang dari seluruh penjuru dunia. Ratu Elizabeth 2 dari Inggris pernah mengunjungi Insadong dan jatuh cinta setengah mati pada keindahan keramik Korea ini. Adapun Celadon adalah sebutan bagi warna keramik yang khusus dibuat dengan teknik tersendiri sehingga memiliki warna biru hijau yang indah, yang disebut dengan sebagai warna celadon. Celadon atau Goryeo Cheongja atau Keramik Hijau Goryeo adalah inovasi pada jaman Dinasti Goryeo di Korea pada tahun  (935-1392). Menurut hikayat keramik Goryeo ini memiliki warna hijau tercantik di dunia.  Adapun teknik pembuatan keramik Celadon Korea yang sangat terkenal dimana Korea mencapai puncak kejayaannya dalam teknik pembuatan celadon ini yaitu pembuatan desain yang disebut Sanggam.  Keramik Korea ini memiliki nilai sejarah, nilai seni dan harga yang tinggi sehingga bahkan merupakan harta negara. Adapun Maebyeong adalah sejenis vas dengan bentuk yang disebut menyerupai bentuk wanita. Dimana Cheongja-unhak-sanggam-mun-maebyeong adalah sebuah jenis maebyeong yang sekarang tersimpan di museum seni di Seoul.  Maebyong ini  dikenal sebagai keramik hijau sanggam paling bermutu sehingga dijadikan sebagai Harta Nasional Korea Selatan Nomor 68. 

Kalau saya mah untuk membeli keramik antik sih jelas tidak sanggup. Lagipula dilarang membawa keluar keramik yang berusia lebih dari 50 tahun keluar dari Korea. Nah lho. Namun paling tidak bisa membeli barang satu piece keramik Korea, yang merupakan keramik dengan ciri khas Korea di pasar seni Korea akan sangat membahagiakan bagi saya. Soal keramik Korea ini jujur saja awal ketertarikan saya justru akibat menonton drama Korea. Yaitu Drama Boys Before Flower, drama ulangan Meteor Garden yang diproduksi oleh Korea. Kim Bum  yang berperan sebagai So Yi Jeong adalah seorang master dalam pembuatan keramik. Dari film itu saya mengetahui bahwa seni pembuatan keramik adalah seni yang sangat dihargai di Korea.

Ginseng KoreaGinseng Korea dan K-Pop Merchandise….Yah ini mah bukan tiga jenis lagi. Tapi mau gimana lagi coba. Saya ingin sekali beli ginseng dari Korea. Tahu kan, Korea terkenal akan ginsengnya. Masakan saja ada Sup Ayam Ginseng-Samgyetang yang terkenal. Ginseng adalah makanan dan obat yang sudah dikenal ribuan tahun. Jadi, saya benar-benar ingin membeli ginseng Korea. Jenis ginseng Korea atau Korean ginseng (Panax schinsen) yang asli tumbuh di Korea disebut Goryeo Ginseng untuk membedakannya dengan ginseng yang tumbuh di tempat lain. Ginseng asli Korea dikenal dengan khasiatnya yang lebih, dikarenakan iklim dan kondisi tanah di Korea memungkinkan untuk menghasilkan ginseng dengan kualitas terbaik di dunia. Adapun K-pop Merchandise, saya,  anak-anak saya, keluarga, teman-teman, adalah penggemar K-pop. Bagaimana nasib saya bila saya tidak membawakan mereka oleh-oleh berupa K-pop merchandise? Saya tidak akan sanggup menghadapi amukan massa. Anak saya yang kecil waktu saya tanya saja, kalau saya pergi ke Korea mau dibeliin apa, langsung menjawab: syal bulu dan hoodie.. Tuh kaaan…

Demikian posting blog saya mengenai 3 jenis barang yang ingin saya beli di Korea. Sampai jumpa di posting blog saya berikutnya.

Annyeonghaseyo!

Read Full Post »

Touch Korea Tour Bagian Pertama – Buzz Korea
Tiga makanan Korea yang ingin dicoba setengah mati. Di Korea.

Korea Selatan adalah tempat wisata tujuan utama yang ingin saya kunjungi saat ini. Mengapa? Karena Korea terkenal dengan keindahannya, seni dan budaya juga makanannya. Adapun saya menyertakan tulisan ini sebagai keikutsertaan saya dalam mengikuti program Touch Korea Tour yang diselenggarakan oleh Korea Tourism Organization (Indonesia). Siapa tahu saya bisa menikmati makanan Korea di Negara asalnya, dan bertemu Kim Hyung Joo.  Maraknya budaya pop Korea atau tersebarnya gelombang budaya Pop Korea di segala penjuru dunia disebut dengan istilah Hallyu, atau Korean Wave – Gelombang Korea. Perlu diakui Hallyu atau Gelombang Korea khususnya di Indonesia ini banyak mempengaruhi kita melalui film drama Korea yang sangat digemari publik Indonesia.  Selain Hallyu yang datang melalui musik, drama, dan fashion, dan memicu banyak orang untuk mempelajari budaya dan bahasa Korea,  untuk saya sendiri secara pribadi saya merasa memiliki kedekatan tertentu secara kekeluargaan dengan Korea. Karena selagi saya kecil dulu tetangga sebelah rumah saya adalah orang Korea, seorang ayah, ibu dan dua orang anaknya. Sang Ayah adalah ahli peneliti tentang padi berkebangsaan Korea, yang memiliki kontrak kerja beberapa tahun di Indonesia. Melalui tetangga saya yang baik hati tersebut saya mengenal beberapa makanan Korea, bahasanya, dan keramahtamahannya. Sehingga membaca tentang Korea, sekaligus juga mengingatkan saya akan masa kecil saya dan kenangan indah didalamnya.

Makanan Korea yang Cantik

Bila saya berwisata ke Korea Selatan, ada tiga makanan Korea yang ingin saya coba setengah mati. Semoga saya bisa mencicipinya di negara asalnya ini. Kenapa? Makan disana pasti lebih menyenangkan.  Soalnya tentu saja cita rasa makanan di negaranya sendiri akan lebih otentik ditambah dengan suasana Korea. Sebetulnya beberapa makanan Korea yang saya sebutkan mungkin bisa ditemukan di restoran-restoran Korea di Indonesia. Tapiiiiiiii….tetap saja mencoba makanan khas di negara asalnya adalah sesuatu yang tak tertandingi. Lalu apakah tiga makanan Korea yang menjadi tokoh utama dalam cerita ini? Yuk mari yuk  kita bahas satu persatu.

Bulgogi. Dibaca Bul-go-gi. Dalam Bahasa Inggris diterjemahkan sebagai Grilled Marinated Beef. Tulisan dalam bahasa Korea adalah  불고기.  Lalu siapakah yang belum pernah mendengar makanan Korea yang satu ini? Makanan ini sangat terkenal!. Saya sih engga tega kalau bilang yang engga pernah mendengar Bulgogi itu ketinggalan jaman, tapi ya gimana yah… Soalnya saking terkenalnya makanan ini sampai-sampai umumnya food stall di acara nikahan juga seringkali menyajikan Bulgogi ini sebagai salah satu hidangannya. Yang artinya makanan ini asli enak! Dan sudah umum dikenal di Indonesia. Bulgogi, dalam bahasa Korea artinya ‘Fire Meat’ karena secara tradisional Bulgogi ini dipanggang di bara api, namun terkadang juga dimasak di panggangan besi. Istimewa dari Bulgogi adalah  bumbu-bumbu yang disertakan dengan daging saat dipanggang, lalu daging yang digunakan adalah irisan daging empuk sirloin atau irisan daging istimewa lainnya dari bagian daging sapi. Sebelum dipanggang, Bulgogi direndam dulu untuk memperkuat rasa dan aromanya juga menambah keempukan daging. Bayangkan saja, Bulgogi diberi bumbu perendam soy sauce, gula, minyak wijen, bawang putih, merica, juga bawang daun, bawang merah, juga jamur! Menuliskan Bulgogi dan bumbu-bumbunya saja saya sudah lapar. Sungguh penuh penderitaan menuliskan artikel tentang Bulgogi di blog ini, rasanya bahkan saya bisa mencium keharuman aroma Bulgogi di atas panggangan saat menulis ini.  Kata orang kalau ke Korea tidak mencicipi Bulgogi disana sama saja bohong, alias berkunjung ke Korea belum dinyatakan sah. Saya tidak mau dikatakan berkunjung ke Korea secara illegal, sehingga saya sudah bertekad apabila saya bisa berkunjung ke Korea, makan Bulgogi ini adalah WAJIB hukumnya.

Kimchi. 김치.  Ada yang membacanya dengan Kim Chee, atau Gimchi atau Kimchee. Tapi apapun penyebutan dan pengejaaannya, jangan bimbang dan khawatir dan percayalah, rasanya tetap enak. Dan bila Anda penggemar film Korea seperti saya, tentunya Anda akan melihat bahwa menonton film Korea berarti juga menahan lapar tiada tara. Bagaimana tidak, banyak adegan makan yang mengundang selera di filmya. Anak saya saja yang penggemar film Korea, selalu merengek ingin diajak makan di restoran Korea, karena jadi korban saking ngilernya melihat adegan makan-makan nonton film Korea. Di beberapa film Korea yang saya tonton, rupanya membuat Kimchi sudah merupakan tradisi dan budaya bagi warga Korea.  Kimchi sendiri terdiri banyak sekali jenis, makanan ini bisa dibedakan berdasarkan region, atau daerah yang membuatnya, sehingga menjadi ciri khas daerah tertentu, atau dibedakan berdasarkan musim; musim semi, musim panas, musim, musim dingin, cita rasanya dicocokkan dengan kondisi musim tertentu. Whoaa keren. Tapi  berbagai jenis kimchi terbanyak dipersiapkan sebagai musim dingin. Orang Korea biasanya punya refrigrator khusus untuk menyimpan Kimchi ini.  Kimchi adalah side dish, atau makanan pendamping dari makanan utama. Nilai gizinya tinggi dan merupakan makanan sehat yang direkomendasikan berbagai sumber karena bersifat anti oksidan yang dapat mencegah kanker dan penyakit yang diakibatkan virus. Saya sendiri adalah penggemar kimchi, saya sering membuatnya sendiri di rumah berdasarkan resep-resep yang saya cari di internet dan warisan resep dari tetangga masa kecil saya yang merupakan orang Korea asli. Namun tetap saja, makan Kimchi di negara asalnya adalah sesuatu yang tak ternilai, merupakan eksplorasi dan penghargaan atas tradisi dan nilai sejarah berusia ribuan tahun, karena kimchi sudah tertuliskan dalam puisi klasik Cina yang berusia 2600 sampai dengan 3000 tahun yang lalu. Makan kimchi di Korea buat saya adalah suatu nilai filosofi yang mendalam atas pemahaman sejarah awal peradaban manusia. Mendalam sekali ya pemikiran saya?.

Ddukbokkie – Rice Cake Street Food – 떡볶이 Menurut referensi, makanan yang harum ini adalah wangi  yang tercium enak sekali di udara Korea pada  malam hari. Di kota besar seperti Seoul, banyak pedagang yang menjualnya sehingga merupakan jajanan pinggir jalan yang sangat terkenal. Terus terang saya tidak tahu cara membaca Ddukbokkie ini. Tak apalah, bila saya ke Korea akan saya pelajari cara pengucapan yang benar untuk kata ini.  Saus untuk makanan ini luar biasa lezat, manis namun penuh dengan aroma dan rasa yang khas, rasa bumbu ini melengkapi rasa dari rice cake yang dimasak dengan rasa yang kenyal dan lembut. Terkadang untuk Ddukbokkie ini ditambahkan ikan dan telur. Konon banyak orang mengantri untuk mencicipi Ddukbokkie yang lezat, juga hot and spicy ini.
Kalau saya menemukan lampu tua berisi jin berkuncir berwarna biru seperti di cerita Aladdin dan Lampu Ajaib, yang berbaik hati menanyakan tiga permintaan saya saat ini, tanpa basa basi saya akan meminta  3 makanan Korea di atas dibanding hal lainnya. Menuliskan tentang makanan Korea yang unik dan penuh cita rasa, telah membuat saya benar-benar lapar saat ini.
Sumber gambar: yang jelek itu koleksi pribadi
yang bagus bertajuk makanan Korea yang cantik dari website resmi Visit Korea

Read Full Post »

Rujak Sotong

Ternyata Bangkok memiliki nama resmi untuk kota terpanjang yang saya tahu. Raja Rama I sewaktu menjadikan Bangkok ibu kota Thailand beliau meresmikannya dengan nama:

Krungthepmahanakhonamonrattanakosin mahintaraayutthayamahadilokpopnoppar atratchathaniburiromudomratchaniwetmahasathanamonpi manavatansathirsakkathatyityavisnukamprasiti.

Benar-benar nama yang panjang untuk nama tempat.

Terjemahannya adalah:

Great city of Angels, City of Immortals, Magnificent Jeweled City of the God Indra, Seat of the King of Ayyuthaya, Citty of Gleaming Temples, City of the King’s Most Excellent Palace and Dominions, Home of Vishnu and all the Gods.

Lumayan bikin lidah pabaliut dan melintir. Bahkan untuk orang Thailandnya sendiri.

Sewaktu saya ke Bangkok tahun lalu, pada saat teman-teman berbelanja di pasar Chatuchak, berhubung yang saya beli pun tidak banyak akhirnya saya bengong sendiri menunggu mereka di Food Stall yang banyak terdapat di dekat gerbang depan Mall sebelah flea market tersebut.

Aneka makanan meruap disini. Dari potongan babi goreng yang berlemak dan mendesis-desis saat diangkat dari penggorengan, kue yang tampak seperti kue apem (sepertinya memang apem) dengan taburan kelapa yang tampak gurih, gorengan dari macam-macam hasil laut; seperti udang, cumi, ikan dan lainnya, berbagai macam jus, terutama kelapa. Kelapa bakar rupanya komoditi yang ngetop disini. Ada berbagai macam minuman dari kelapa; es kelapa, es krim kelapa, jus kelapa, baik dengan batoknya maupun tidak. Rasanya segar di udara Bangkok yang menguras keringat ini.

Sambil menunggu saya membeli irisan sotong dengan saus pedas dari Nam Pla. Rasanya gurih, kenyal, dan tentu saja ditimpali rasa pedas dari irisan cabe rawit, kesegaran jeruk nipis yang masam, dan bawang merah yang berbau menyengat. Enak sekali.

Ingin mencoba resepnya?

Dua ekor sotong besar diiris kecil-kecil
Dibilas dengan air cuka, direbus sebentar.

Siapkan Nam Pla (kecap ikan Thailand)
irisan tipis memanjang daun jeruk purut
irisan halus sereh
irisan cabe rawit
irisan bawang putih
irisan bawang merah
perasan jeruk nipis
gula + air sedikit

campur kecap dan bumbu menjadi satu
tumis sotong sebentar (bila suka)
dan campurkan dengan saus pedas yang telah disiapkan sebelumnya

gambar diambil dari http://www.ivanhenares.com

Read Full Post »

Yogyaaaa….

Bulan lalu saya sempat melarikan diri ke Yogya. Tidak diniatkan benar. Memang sudah lama juga ingin menengok bayi Mata Air dan mencari Batik Rosano di sumbernya. Jadi tujuan saya tadinya cuma kesana ya cuma itu. Rada impulsif sih. Cuma gara-gara dapat ide tiba-tiba dari teman seruangan saya yang habis training di Yogya dan dia bercerita kemalasannya (padahal sih saya tau maksudnya ketakutannya) naik pesawat terbang ke Yogya, sehingga dia menggunakan kereta api. Pergi Jum’at malam dari Bandung sampai sana menjelang subuh, kembali ke Bandung menjelang tengah malam hari Minggu sehingga Senin sudah bisa masuk kantor lagi.

Tapi pergi ke Yogya di musim liburan, dan peak time pula, karena akhir tahun menjelang Natal, bisa dibilang nekat. Kalau engga dapat hotel gimana. Namun siapa takut lah, dengan semangat menjangkau pelosok, ya nebeng-nebeng tidur di Ghrapari kan bisa aja kalau kepepet. Beli tiket KA pun sudah tidak kebagian yang ke Yogya, jadi saya beli tiket yang ke Surabaya. Untuk booking hotel nelepon sana-sini tentu saja fully booked, kalau pun ada di hotel bintang lima suite room pula.. oh tidak, terima kasih. (more…)

Read Full Post »

Macao ShenZhen Hongkong (bagian II)

Dari Macao saya bergerak ke Shenzen. Bergeraknya pake bis. Masuk lagi ke imigrasi di Gong Bei, or samting laik det, tidak terlalu lama antri karena mungkin belum banyak orang yang mondar-mandir ke Shenzen pada saat itu. Cuaca panas dan terik, sedikit berangin, namun tiba-tiba bisa turun hujan. Mirip Batam. Hujan dan panasnya berganti-ganti sesuka hati.  Kita menuju Lowu, dan melewati Zhu Hai. Daerah pantai yang indah dengan patung Dewi Mutiara berdiri di batuan yang menonjol di laut dekat garis pantai. Patungnya cantik ia berdiri dengan anggun (dan meliukkan pinggul) sambil menjunjung mutiara sebesar bola basket, atau bola voli, atau bola sepak. You named it dah. Untuk pinggang langsing yang indah Kho Ping Hoo menyebutnya sebagai pinggang yang mirip dengan batang Yang Liu -pohon cemara- . Mungkin ini maksudnya. Tapi saya jarang menemukan pohon cemara yang meliuk, kecuali sengaja dibuat begitu untuk jadi bonsai.

Zhu Hai terkenal dengan produksi mutiaranya, baik mutiara air tawar maupun mutiara air laut.  Demikian juga dengan seafoodnya. Ada restoran yang berdiri rada ke tengah laut, yang cantik sekali, ada juga pulau kecil dengan restoran dipuncak bukitnya, yang katanya orang Jepang hobi makan disitu menikmati ikan salmon segar.  Banyak juga villa-villa cantik di jalan sepanjang pantai yang menghadap ke laut. Harganya? jangan tanya. Saya lupa. Yang jelas mahal dan duit semua.

Rupa-rupanya pemerintah Cina gencar banget menggenjot segala sektor untuk meningkatkan devisa negaranya.   Saya lihat trotoar di shenzhenbanyak sekali gedung-gedung tinggi yang sedang dibangun. Banyak tulisan di papan-papan selamat datang seperti misalnya begini “We welcome you to invest in Zhu Hai”. Dukungan infrastruktur sangat mendukung poertumbuhan industri. Jalan-jalan tol sangat mulus dan lebar. Jalan tersebut sampai 6 jalur.  Tol Macao – Shenzen sepanjang 180 km. Biaya tol sekitar 200 ribuan rupiah deh.  Ditempuh selama sekitar dua jam perjalanan. Hiks.  oh ya, jalur hijau sepanjang jalan sedap dipandang mata. Dan trotoar lebarnya menyenangkan; berpaving blok rapi teduh dengan pohon dengan daun hijau yang rindang.  Sedih rasanya melihat kesejahteraan di negeri orang. Kapan yah di Indonesia bisa seperti ini.

Menurut Henry, sepuluh tahun lalu Shen Zhen tidaklah seperti ini. Pemerintah Cina menggelontorkan milyaran RMB PER HARI demi membangun jalan dan infrastruktur lain.  Lahan pekerjaan menjadi terbuka lebar.  Kan Tauw (bisnis) menjadi lebih baik sekarang; demikian menurut Henry. Memang penduduk tidak kaya, tapi cukuplah, asal ada lapangan pekerjaan dan tidak malas, tentu kita dapat hidup layak. Demikian katanya. 

Cina mengandalkan 4 hal dalam pariwisata. Yaitu Wisata Belanja; segala macam barang terhitung sangat murah. Shen Zhen terkenal dengan barang-barang palsunya. Segala merk!. Wisata Obat; herbal dari Cina telah terkenal sejak ribuan tahun lalu dari dinasti ke dinasti. Wisata Budaya; Cina terdiri dari berbagai suku bangsa dan penuh dengan keanekaragaman budaya.   Lah satu lagi wisata apa ya? kok saya lupa. Oh iya, Wisata Kuliner! lah ini yang penting kok sampai lupa. Makanan Cina terkenal enak. Nyam. Oh ya kalau Wisata Judi termasuk engga ya? Toh Macao sudah tergabung ke Cina.

Saya menginap di Hotel Century. Berlokasi tak jauh dari Hotel Shangrila dan Lowu Market. Pusat perbelanjaan murah dan barang palsu.  Juga dekat dengan Stasiun MRT dan perbatasan ke Hongkong. Ke imigrasi Hongkong tinggal jalan kaki dari hotel.  Malamnya saya berjalan-jalan di Lowu Market. Sekedar cuci mata. Tapi para pria lebih mirip bapaknya San Chai dibanding dengan To Ming Se. Yah nasib.

Read Full Post »

Macao ShenZhen Hongkong (bagian I)

Berkunjung ke Macao-Shenzhen-Hong Kong vice versa itu repot, karena cuma dalam waktu 4 hari. Repotnya karena melewati proses antrian pemeriksaan di bagian imigrasi. Kesimpulan singkat perjalanan saya kali ini adalah tour-dari-imigrasi-ke-imigrasi-bolak-balik-dekok. Kalau langsung bablas saja sih bisa cepat sepertinya. Tiga region yang saya kunjungi ini tergolong dekat satu sama lain, apalagi kalau mau banding-bandingan dengan China Mainland yang segede gede banget itu. Soal imigrasi tur ini dikarenakan Macao dan Hong Kong adalah ‘Special Administative Region of the people’s Republic of Chine’ dan orang-orang yang keluar masuk region tersebut sama saja dengan proses melewati negara lain.

Hari pertama saya tiba di Macao, dengan pesawat Viva Macao -yang pramugarinya tidak melulu berwajah oriental tapi juga ada yang berwajah barat. Wah malah ada satu pramugara yang cuakep banget euy, membuat perjalanan lima jam Jakarta – Macao serasa lima menit saja (ingat hukum Relativitas dari Om Einstein!). Di Viva Macao ini, pemberitahuan dan pengumuman dikumandangkan/disuarakan/dibacakan dengan 4 bahasa; Inggris, Portugis, Mandarin, dan Cantonese. Portugis? aha ternyata pas mendarat saya baru tahu bahwa Macao, yang dijajah selama 450 tahun oleh Portugis (lamaan Portugis ya dengan Belanda di Indonesia, selisihnya sampai seratus tahun), memakai dua bahasa dimana-mana; di papan penunjuk jalan, di toilet, judul gedung, pokoknya dimana-mana deh -yaitu Portugis dan Mandarin. Menurut Henry Wu; pemandu wisata kita dari Shenzhen (yang ternyata bisa bahasa Sunda karena pernah tinggal di Karasak – Bandung), dan juga menurut Ca Ca (pemandu wisata dari Macao yang suka tertawa heboh dan aneh sendiri); banyak penduduk Macao yang menguasai lebih dari dua bahasa selain Portugis dan Mandarin. Ternyata bahasa Portugis pun masih dipakai sebagai bahasa resmi di pemerintahan selain bahasa Mandarin tentu saja. Bahasa Inggris dipakai untuk perdagangan, wisata, dan bisnis, dan Bahasa Cantonese sebagai bahasa sehari-hari yang dipakai secara umum. Oooo begitu tah.

Macao adalah kota yang cantik, romantis, judi, dan panas. Cantik, karena banyak bangunan khas Cina dan juga khas Eropa; yang berlengkung-lengkung indah seperti di Katedral itu. Romantis, karena mengingatkan saya pada Chow Yun Fat, si Chubby cakep di film God of Gamblers itu. Juga karena jalanan berbatu-batu di antara bangunan-bangunan menjulang mirip lukisan tentang kota tua Eropa yang saya suka. Judi, ya karena dimana-mana casino pabalatak. Hotel-hotel berbintang di brosurnya rata-rata menyebutkan siap sedia dengan casino yang berada di satu gedung dengan hotel. Panas? hooi..memang panas banget! Setelah jalan-jalan sedikit , saya selalu langsung sakaw es krim. O ya ternyata tulisan Macao sering tidak konsisten. Kadang Macau kadang Macao. Mana yang bener yah? Menurut cerita penduduk awal Macao adalah nelayan dari Fujian dan petani dari Guangding, yang dulu masih disebut Ou Mun yang berarti ‘gerbang perdagangan’ karena lokasinya yang berada di mulut Sungai Mutiara yang mengalir dari Guangzhou (Canton).

Pada tahun 1550-an orang-orang Portugis mencapai Ou Mun yang oleh penduduk lokal disebut juga sebagai A Ma Gao ‘tempat A Ma’ sebagai penghormatan kepada Goddess of Seafarers -Dewi Para Pelaut- yang kuilnya berdiri tegak di jalan masuk pelabuhan. Orang Portugis mengadopsi nama Ma Gao yang kemudian secara bertahap berubah menjadi Macao atau Macau. Macao tidak luas, hanya sekitar 28,6 km persegi. Jumlah jamleh dari Macao Peninsula, Pulau-pulau Taipa, Coloane, dan COTAI; daratan hasil reklamasi, termasuk bandara Macao ternyata berdiri di atas tanah hasil reklamasi.

Mata uang Macao adalah ‘The Pataca’ (MOP$) terdiri dari 100 Avos dan merupakan mata uang resmi Macao, walaupun di sana, Yuan (RMB) dan Hongkong Dollar (HKD) tetap diterima. MOP 103,20 sama dengan HKD 100 dan berarti IDR 120.000 lah sekitar-sekitar. Secara kasar 8 Patacas sama juga dengan USD 1. Silahkan itung-itungan deh. Kalau saya pribadi rada pabaliut dengan kurs ini. Entah darimana idenya, sewaktu saya sedikit belanja, saya berpikir bahwa 1 yuan itu sama dengan Rp 1850,-jadi sempat serasa diboongi yang katanya harga2 barang-barang di China lebih murah dari Indonesia, kok sama saja. Baru besoknya saya sadar setelah diberitahu teman. Sempat kesal juga sama pedagang, karena pas berantem adu tawar harga, saya pinjem kalkulatornya, dan sewaktu saya kali mengali dengan angka-angka rupiah yang nolnya banyak itu, pedagangnya ngintip, terus dia bilang gini “AHA…I KNOW YOUR COUNTRY!”. Dih.

Read Full Post »

Pulang Kampung

Sabtu kemarin -akhirnya- sebagai cucu yang berbakti, saya pulang kampung ke lereng gunung Sawal sana untuk menengok nenek saya yang sudah tua. Setelah tahun kemarin pun -walaupun Lebaran- saya tidak menengoknya *jitak kepala sendiri keras-keras*. Maafkan saya ya Nek. Ampun. Saya sayang kok sama Nenek. Cuma yah begitulah. Namanya kerja, susah cuti tapi gampang bolos tea. Kalau sengaja buat ambil cuti kok susah banget ya. Tau-tau sisa cuti saya masih 35 hari! Buset dah. Tapi saya yakin seyakin-yakinnya memang ada yang salah dengan datanya. Boro-boro kelebihan hak cuti. Malahan saya mah mengalami tahun dengan minus jatah cuti saja pernah kok.

Saya pergi dari Bandung dengan sepupu saya , Aa Ade. Nama yang aneh. Karena Ade berarti Adik. Sementara saya memanggil dengan dia dengan atribut Aa yang berarti Kakak. Jadinya saya panggil dia Aa Ade, yang berarti Kakak Adik. Ya Kakak ya Adik. Kumaha tah? Pusing deh. Ceritanya sih saya ajak dia dengan iming-iming bergantian nyetir. Yang walhasil, pergi pulang ke Ciamis pun tetap saja dia yang nyetir, saya sih ya sibuk makan, tidur, dan mainin Ipod. Pergi dengan Dimas dan Dinda juga. Dimas berisik sepanjang jalan, buka jendela, dan bikin kita stres karena sering menongolkan kepalanya dari jendela. Sepanjang jalan dia nyaris tidak makan, tidak minum, dan selalu sibuk dengan pertanyaan “kapan sampai?”. Sementara Drea hanya duduk manis dan sibuk makan juga seperti saya. Dan akhirnya Drea muntah-muntah di Malangbong. Jalan disitu keriting banget sih. Katanya dia jadi pening. Sementara si Dimas yang selalu berisik dan tidak mau makan, tidak apa-apa. Pusing pun tidak katanya. Anak yang aneh. (more…)

Read Full Post »

Pecinan di Kuala Lumpur

Sewaktu saya mengikuti suatu training di Kuala Lumpur yang penuh penderitaan karena tugas yang tak henti-henti, akhirnya pada hari kesekian saya mendapatkan juga waktu luang untuk kabur dan jalan-jalan. Dan salah satu kebodohan saya yang lain dari sekian banyak kebodohan lainnya (sampai-sampai Abi ngajak bikin daftar Every Stupid Things We’ve Done) adalah saya tidak bawa kamera.

Saya menginap di Hotel Istana yang terletak di pusat kota. Kalau niat jalan kaki kemana-mana enak sebenarnya. Misalnya kalau mau jalan kaki ke Twin Tower. Tapi ya itu deh, yang bikin jadwal training rupanya pemuja sistem kerja rodi. Sebenarnya Stasiun Monorail terdekat sangat dekat dari hotel, terletak di seberang jalan yang kalau mau kita bisa “engkle” –loncat-loncat dengan satu kaki, untuk mencapai kesana. (more…)

Read Full Post »

Pergi Ke Singapore via Batam

Ke Singapore lewat Batam? Gampang. Relatif jauh lebih murah daripada langsung ke Singapore. Buat yang mau nyoba jangan takut pergi sendiri, baca petunjuk sana-sini aja. Ditanggung engga nyasar. Sebenernya mau diceritakan disini sih, kemarin udah dicatat lengkap dengan biaya-biayanya,  tapi hari ini kok banyak kerjaan ya? Jadi ya sudah deh kapan-kapan lagi kalo engga males.  *jitak kepala sendiri*

Berhubung ada teman yang nulis dengan sangat baik tentang perjalanan ke Singapore ini, bagi Anda yang nyasar  ke blog saya untuk cari info tentang ke Singapore lewat Batam silahkan membacanya di blog : http://blog.zikri.com/2007/04/11/jalan-jalan-hemat-ke-singapura

Read Full Post »

« Newer Posts - Older Posts »