Bulan lalu saya sempat melarikan diri ke Yogya. Tidak diniatkan benar. Memang sudah lama juga ingin menengok bayi Mata Air dan mencari Batik Rosano di sumbernya. Jadi tujuan saya tadinya cuma kesana ya cuma itu. Rada impulsif sih. Cuma gara-gara dapat ide tiba-tiba dari teman seruangan saya yang habis training di Yogya dan dia bercerita kemalasannya (padahal sih saya tau maksudnya ketakutannya) naik pesawat terbang ke Yogya, sehingga dia menggunakan kereta api. Pergi Jum’at malam dari Bandung sampai sana menjelang subuh, kembali ke Bandung menjelang tengah malam hari Minggu sehingga Senin sudah bisa masuk kantor lagi.
Tapi pergi ke Yogya di musim liburan, dan peak time pula, karena akhir tahun menjelang Natal, bisa dibilang nekat. Kalau engga dapat hotel gimana. Namun siapa takut lah, dengan semangat menjangkau pelosok, ya nebeng-nebeng tidur di Ghrapari kan bisa aja kalau kepepet. Beli tiket KA pun sudah tidak kebagian yang ke Yogya, jadi saya beli tiket yang ke Surabaya. Untuk booking hotel nelepon sana-sini tentu saja fully booked, kalau pun ada di hotel bintang lima suite room pula.. oh tidak, terima kasih.
Akhirnya di Jum’at subuh yang dingin dan gelap sampailah di statsiun Tugu, diantar supir taksi yang keukeuh berbahasa Jawa, dan saya juga keukeuh jawab dengan bahasa Sunda, dia mengantar saya berkeliling mencari hotel. Apa saja deh dan dimana saja deh, asal jangan di tempat yang “seram”. Untuk kemudian dapat juga akhirnya di jalan Prawirotaman. Yang ternyata adalah jalan yang nyaman aman dan tenteram. Ah betapa saya cinta Yogya! Cuaca bulan Desember ini sedang berada dalam kondisi sejuk, kadang hangat, kadang hujan gerimis. Sebetulnya saya memang sudah beberapa kali ke Yogya, namun sialnya dulu pergi untuk kerjaan. Cuma tau hotel kantor hotel kantor. Jadi mana sempat pesiar menghirup hawa Yogya dan belanja dengan nafsu balas dendam?
Nah kemarin disana saya memuaskan hasrat untuk naik becak kemana-mana. Perlu dicatat Bapak Becak di Yogya punya kecenderungan untuk mendeskripsikan jarak kemana-mana itu dengan kata “dekat” dan selalu menawarkan biaya Rp 5,000,- ke suatu tujuan, namun jadinya bisa membengkak karena dia akan mengajak ke tempat bakpia, batik, kerajinan, keraton, dsb, dsb. Yang sebetulnya saya sih tidak keberatan diantar kemana saja, nya asal kuat wae ngayuhna. Yang terbukti tebakan saya bahwa beberapa kali kemudian si Bapak memohon dengan hormat saya turun jalan kaki, untuk kemudian dia dorong becaknya bila menemukan sedikit tanjakan.
Menumpangi becak berkeliling jalan-jalan kecil sekitar keraton, sambil makan bakpia panas yang baru keluar dari oven, menikmati bulan purnama, dan mendengarkan cerita Pak Becak tentang kecintaannya pada Sultan adalah sangat sangat sangat menyenangkan. Makan gudeg (tepatnya makan ini dan itu, banyak deh pokoknya), berjalan-jalan dari ujung Malioboro ke ujung lagi, mengintip rumah-rumah abdi dalem yang rapi, menikmati suasana kota yang tenang tidak berangkot (I hate angkot Bandung yang suka berhenti sembarangan itu!), duduk-duduk di warung kopi mendengarkan percakapan dalam bahasa Jawa yang cuma bisa saya tebak-tebak artinya, adalah suasana yang membuat saya selalu ingin kembali kesana. Kapan-kapan melarikan diri lagi Yogya ah.
Jogja…Jogja…Jogja…
*iklan tea..
π
tanpa skrinsut adalah hoax….
dan tanpa oleh-oleh, juga berarti hoax π
malah tanpa ngajak-ngajak
tanpa bakpia adalah hoax
*nunggu telk*msel nurunin tarif*
setuju no.2
hidup hoax!
ah nampak damaiii (ga ada plat B dimana-mana yah teh?)
and that’s why we looove jogja!
inpait!β’
#2 ini kan bulan lalu, ya oleh2 sudah habis lah
#3 kalo ngajak2 namanya bukan runaway trip atuh
#4 kan udah ada SimPATI PeDe, Luthfi belum pede ya?
#5 haar!
#6 Ya bener! damaaaiii banget!
#7 Setuju banget Jeng, hidup Jogja!
#8 Mana tiket mana tiket? saya juga mau diinpait ke Kilimanjaro!
Balik lagi kesana yuk!!
Sekalian nyari blangkon warna item!
#10 Hayu! kapan?
@ 9 : udah
cuman jadi rada boros
suka telp sih π¦
trus, gara2 itung2an BEP, telpnya minimal sejam
wakakakkakakakakakak
ujung2nya, pulsaku cepet abis π¦
#12 Serba salah ya…. kalau kataku sih ya Dik Luthfi tips untuk menelpon murah; gunakanlah telpon seperlunya, seperti halnya nyalain lampu di kamar mandi. Kalau mau ngobrol berjam-jam alias pacaran, udah aja duitnya buat ongkos jalan.
#13 catatan: ini hanya teori. Kenyataannya saya pun tidak demikian π
hwaaaahhh…
mata air seneng loh dikunjungi tantehmamihyangcantik hihihi
terimakasiiihh.. kapan-kapan mampir lagi yaa… hehe
kalo ke yogya, nanti bobo-nya di rumahku ajah.. hehehe..
ke jogja? ama tima ya? kok mampir ke rumah sayah π
eh, maksudnya kok gak mampir ke rumah saya. maap π
#18 Yah Ndoro, niat saya ke Yogya padahal memang mau mampir ke rumah Ndoro kok
mamih kenal ama ndoro? BAH!
hem? nokomen deh π
* sibuk ngunyah lotek depan sanatha dharma mrican *