Tak salah jika penyair dan budayawan Emha Ainun Najib pernah merangkai kata menjadi puisi Antara Tiga Kota. Seolah setiap kota yang dia gambarkan itu adalah berjenis kelamin. Ada kota yang keras dan jantan, ada yang lemah lembut gemulai penuh keperempuanan.Tapi perlu saya jelaskan Emha tidak cerita Bandung atau Medan kok. Dalam puisinya adalah Surabaya, Jakarta dan Yogya. Tapi saya setuju dengan penggambaran sifat kota tersebut. Menurut saya ada juga kota yang cantik pesolek penuh daya tarik dan suka mengerlingkan mata dengan bulu panjang yang lentik, kadang judes kadang lembut menggoda. Bandung misalnya. Saya selalu menganggap Bandung adalah kota yang feminin. Kadang genit, menarik dan juga cantik.
Tapi tidak begitu dengan kota Medan. Medan adalah kota yang lelaki. Saya merasakan nafas kota yang penuh vitalitas. Panas, garang, gagah dan tampan (andaikan lebih banyak pohon disana dan lebih rapi) kota maskulin yang sangat ganteng ini mengingatkan saya pada pemeran Pandawa dalam film Mahabharata versi terbaru.

Minum milo dingin sesampainya di Kualanamu
Mengunjungi Medan sangat membuat saya senang dan bahagia. Terbayang sudah keindahan alam di Danau Toba, durian, kue-kue yang legit, dan makanan-makanan yang enak disana. Lagipula saya pun penasaran ingin melihat bandara Kualanamu yang belum lama beroperasi ini. Benarkah semegah yang diceritakan orang.
Saya bersama teman-teman pergi ke Medan dari Bandung jam 9 pagi, bertolak dari Bandara Husen yang sudah tua dan lelah ini. Kabarnya sih akan segera direnovasi. Pergi dari bandara kecil mungil dan tiba di Kualanamu yang memiliki luas terminal penumpang sekitar 6,5 hektaree dengan fasilitas area komersial seluas 3,5 hektaree & fasilitas kargo seluas 1,3 hektaree, cukup membuat terasa banget perbedannya. Banyak fasilitas belum beroperasi di bulan saya pergi kesana. Yang saya sayangkan toilet di bandara ini kok sudah kotor dan mulai rusak. Loh kan baru ya? Kok sudah rusak lagi?. Padahal toilet perempuan loh. Apakah sebegitu ganasnya penggunaan toilet ini sampai-sampai secepat itu kotor dan berubah jorok? Padahal bandaranya luas, bersih dan bagus. Saya memang suka sensitif dengan yang namanya toilet.
Kami menggunakan bis yang disediakan agen travel untuk berangkat dari bandara menuju kota Medan. Sebenarnya disediakan juga transportasi kereta api. Ini yang saya ingin coba sebenarnya. Kapan-kapan mungkin. Menuju kota Medan, terasa udara yang panas dan matahari yang garang. Sepanjang jalan banyak terlihat perkebunan yang luas. Di dalam kota Medan menuju hotel, kami melewati Istana Maimun yang indah. Sayang terlihat kurang terurus, tamannya kurang rapi dan kurang rimbun. Istana Maimun ini sangat unik karena didesain oleh arsitek Italia untuk Sultan Deli, Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah pada 1888, Istana Maimun memiliki luas sebesar 2.772 m2 dan 30 ruangan. Konon saat ini masih dihuni oleh para keturunan dari Sultan Deli.
Malam hari saya dan teman-teman lain berangkat menuju tempat membinasakan duren yang paling terkenal di kota Medan. Duren Ucok yang legendaris! Ih sebagai penyuka duren, momen ini benar-benar menggairahkan buat saya. Duren yang legit, manis, kuning, harum, lembut, khas dari duren Sumatera sudah membayang-bayang rasanya di ujung lidah.
Sesampainya di Duren Ucok yang berlokasi di jalan Iskandar Muda ini kami terkagum dengan jumlah duren yang membentuk gunung-gunung kecil di seantero depan halaman ini. Banyak betul. Menurut pramusaji yang disana, duren disini tak kenal musim karena didatangkan dari berbagai pelosok Sumatera, dari kampung-kampung dan desa, dimana mereka memiliki musim durian yang berbeda sehingga pasokan duren ini selalu terpenuhi. Wah, kabar baik bagi penggemar duren. Kami tidak akan kehabisan stok!.

Beliau bukan tukang duren, melainkan bos saya
Menurut penggemar duren, banyak yang menggemari duren jenis ini karena berbeda dengan duren monthong yang tebal dagingnya, ketebalan duren ini sedang-sedang saja. Rasanya manis namun disebut cenderung ‘pahit’ tapi saya sendiri tidak menemukan pahitnya dimana. Yang ada sih enak enak saja. Tapi memang kalau makan duren monthong kayaknya kita seperti dijejali dengan rasa yang penuh dan tebal sekaligus, makan duren Medan ini berbeda. Kita bisa santa-santai memangsa duren ini sampai satu kepala tanpa neg di biji pertama.
Walau saya mengkategorikan diri sebagai penggemar duren tingkat akut, namun saya membatasi diri dalam melahapnya. Puyeng gara-gara duren tidak lucu deh, apalagi sampai mabuk durien, berhenti sebelum kenyang adalah prinsip yang saya anut, demi kesehatan perut dan jiwa tentu saja.
Esok hari kami menuju Danau Toba! Karena perjalanan dari Medan, katanya bisa mencapai 6 jam perjalanan, kami diminta siap-siap sejak pagi untuk berangkat kesana menggunakan bis kecil. Tidak semua teman dalam rombongan kami ikut ke Danau Toba, sebagian ada yang main golf, dan setelah saya investigasi tanpa menyeluruh dan selewat saja, yang main golf ini adalah teman-teman saya yang aslinya adalah orang Medan.

Terlihat di maps yang saya capture ini, perjalanan menuju Danau Toba ini lumayan jauh. Untungnya jalanan cukup bagus dimana membuat supir melarikan bis dengan cukup maksimal. Sinyal Telkomsel juga tokcer sehingga sepanjang jalan saya bisa browsing internetan menghilangkan bosan di perjalanan.
Di tengah perjalanan kami mampir ke Toko Paten di Pematang Siantar. Tepatnya di Jalan Bandung 28 Siantar Barat. Loh ada nama Bandung juga ya disini. Saya mengingat-ingat apakah di Bandung ada jalan bernama Jalan Siantar. Rasanya tidak ada. Toko Paten ini terkenal bagi turis, yaitu tempat penjualan oleh-oleh kacang tumbuk (ting-ting, teng-teng, tong-tong, tang-tang) juga aneka penganan khas lainnya dan sirup markisa. Kacang tumbuk dengan suara berulang ini rasanya enak sekali. Banyak turis asing juga saat saya berada disana sedang membeli berbagai oleh-oleh. Muka mereka tampak memerah kepanasan. Tak heran, udara begitu panas, namun kadang terasa angin yang sepot berhembus yang menyejukan tubuh kami. Saran bagi pelancong, untuk pergi ke Danau Toba ini jangan lupa memakai pakaian yang nyaman dan menyerap keringat. Namun jangan lupa jaket dan penahan dingin lainnya, angin di kapal perahu menuju Pulau Samosir bukan main dingin.
Sampai di Parapat, terasa sejuknya udara di pegunungan. Ya, Danau Toba ini berada di ketinggian. Bayangkan! Danau yang sangat teramat luas ada di ketinggian. Jelas ini adalah super volcano. Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia dan merupakan danau volcano terbesar di dunia. danau dan Supervolcano. Danau ini memiliki luas berupa 100 kilometer panjang, lebar 30 kilometer, dan sampai 505 meter (1.666 kaki) kedalaman. Hih serem. Terletak di tengah-tengah bagian utara pulau Sumatera Indonesia. Letusan super volcano yang membentuk Danau Toba ini menurut perkiraan terjadi 69.000 atau 70.000 tahun yang lalu. Saking dahsyatnya disebutkan para ahli bahwa letusan volcano ini nyaris menghapuskan kehadiran kehidupan manusia dari muka bumi.
Jelas banyak turis asing datang ke Medan karena daya tarik Danau Toba ini, bukan hanya karena ingin makan kacang tumbuk ting tung tang teng itu tentu saja.

Karena eksistensi dan selfie bukan hanya milik Princess Syahrini, sayapun berfoto-foto dalam perjalanan menggunakan kapal ferry ke Pulau Samosir. Tidak hanya saya, teman seperjalanan saya pun tercengang melihat betapa luasnya Danau Toba ini. Rasanya bukan danau, tapi laut. Mengingat dalamnya mencapai 500 meter lebih, saya bertanya-tanya apakah ada makhluk monster sejenis Lochness yang hidup disini? Tapi air tampak begitu menyenangkan dan ramah, mustahil tiba-tiba muncul monster berkepala panjang bergigi tajam muncul dari danau rasanya.
Kami sampai di desa Tomok di Pulau Samosir. Tomok menurut guide kami, artinya semok atau montok. Tidak heran karena sesuatu yang montok dan semok pada payudara wanita ini dianggap sebagai lambang kesuburan bahkan dijadikan lambang, tidak hanya dua malah empat. Lambang kesuburan ini dipasang di pintu gerbang menuju makam Raja-raja Samosir.
Turun dari kapal Ferry, tampak tugu selamat datang dan plang besar peta pulau Samosir. Tugu ini unik karena diukirkan pasangan laki dan perempuan dengan pakaian adat masing-masing, diantaranya terdapat Batak Karo, Batak Pakpak-Dairi, Batak Simalungun, Batak Angkola, Batak Mandailing, dan Batak Toba.
Saya melihat jalan aspal mulus sepanjang pinggir pulau, wah asik sekali kalau digunakan untuk bersepeda keliling Pulau Samosir! Yah tidak sekeliling banget lah, itu bisa memakan waktu lema, paling tidak beberapa tempat sepanjang pulau akan menarik sekali dilakukan dengan wisata sepeda.

Makam Raja Sidabutar di Pulau Samosir
Menuju makam Raja Sidabutar di Desa Tomok ini kami melewati toko-toko suvenir yang padat dengan barang dagangan. Jalan sempit beraspal sedikit menanjak menuju komplek pemakaman, di gerbang tampak lambang cicak dan juga empat payudara di pilarnya. Cicak ini lambang dari kemampuan orang Batak untuk beradaptasi dengan lingkungan dan hidup dimana saja. Masuk kompleks pemakaman, kami diharuskan mengenakan ulos. Ulos untuk pria motifnya lebih sederhana dibanding untuk wanita.
Makam raja-raja ini berupa sarcophagus, yaitu makam batu di atas tanah yang diukir dan diberi penutup. Yang paling besar dalam foto di atas adalah makam makam Raja Ompu Naibatu Ni Ujung Barita Sidabutar. Yang kira-kira artinya Raja yang perkasa sekeras batu yang terkenal beritanya sampai ujung dinia. Raja Naibatu ini memang terkenal sangat sakti mandra guna, Adapun ukiran di bagian belakang tutup batunya adalah ukiran wanita yang paling dicintai raja yaitu Anting Malela. Raja terkenal sangat sakti dengan rambutnya yang gimbal. Tampak di ukiran batu tersebut rambutnya yang tebal diukir. Warna hitam merah dan putih mendominasi warna pada lambang-lambang yang ada di makam kuno ini. Mengingatkan kepada ukiran dan warna di Toraja. Padahal jaraknya jauh ya. Melambangkan hal yang sama yaitu dunia bawah, dunia tengah yaitu alam ini, dan dunia akhirat.
Dari komplek makam, kami beranjak ke komplek rumah adat Batak, rumah adat batak disebut Rumah Bolon. Rumahnya dari kayu yang arsitekturnya cantik sekali. Tampak ada ulos tersampir di dekat tangga kayu. Warnanya sungguh menarik hati. Di depan rumah-rumah adat Batak ini terdapat Patung Kayu Sigale-gale. Konon menurut hikayat, Raja Harahap yang sangat sedih kehilangan putra kesayangannya bernama Manggale dalam peperangan. Ia lalu memerintahkan pembuatan patung yang diberi pakaian dan menyerupai putranya, patung itu disebut Sigale-gale. Patung ini bisa bergerak dan menari secara mistis setelah dilakukan upacara tertentu, namun saat ini patung ini digerakan dengan tali sebagaimana marionette.

Sigale-gale


Sungguh menarik sekali perjalanan ke Medan ini, dua hari saja sudah banyak mendapatkan hal-hal yang menarik, masih banyak tempat wisata dan budaya yang sangat menarik untuk dieksplorasi di Sumatera Utara ini. Belum lagi bila bicara wisata kuliner. Saya masih sangat lapar, sangat haus, akan perjalanan untuk menyusuri keindahan alam dan budaya Nusantara ini, semoga masih banyak diberi kesempatan untuk berjalan-jalan dan menceritakannya.
Like this:
Like Loading...
Read Full Post »