Feeds:
Posts
Comments

Archive for the ‘Foods and Drinks’ Category

Kue Lebaran Paporit

 Ini dia kue lebaran kesukaan saya dan teman-teman di kantor. Bolu panggang khas kampung saya dari Jalatrang, Ciamis. GM saya terdahulu pun menyukainya. Di antara kue-kue lebaran lain yang keren-keren seperti Kaastengel atau apalah yang lainnya, dipastikan bila dihidangkan di meja, kue ini yang bakalan duluan habis diserbu.

Mengapa? Entah. Menurut pengakuan teman-teman penikmat kue ini, katanya rasanya khas, tidak bikin enek, tidak bikin blenger, manis, ada rasa asam segar dari nanas, tidak pakai bahan pengawet, cocok disantap dengan kopi dan teh. Tidak hanya faktor gratis, tapi mereka juga sering bela-belain untuk membayar bila perlu, untuk saya agar menyediakan lebih banyak. Sayangnya saya tidak bisa. (more…)

Read Full Post »

Mari Makan Sayur

 Saya sering sekali dikomentari sodaraan sama kambing atau bahkan lebih to the point mirip kambing malahan, gara-gara kebiasaan dan kesukaan saya memakan sayuran atau lalapan mentah. Seringkali di pawon kantor atau di pantry deh buat yang engga ngerti pawon, pas acara makan siang -dan biasanya sambil nonton acara Ceriwis yo Wis-, saya sibuk memamah biak setumpuk lalapan, misalnya surawung, tespong, jotang, terong hijau, kol, kacang panjang,daun pepaya dan sarupaning lalapan lainnya mentah maupun masak yang banyak dihindari teman-teman saya (horee..jadi engga ada saingan!).

Sayang di Bandung jarang nemu reundeu, sejenis lalapan yang biasa dipetik dari gunung. O ya sewaktu mendaki Gunung Sawal di Ciamis, saya pernah dikemplang kakak sepupu karena menyebut-nyebut reundeu, katanya sih pantangan karena mengakibatkan tersesat atau hujan besar. Euleuh maenya sih?

Sewaktu tes kesehatan di kantor bulan lalu, banyak teman-teman yang tidak suka atau kurang suka sayur rata-rata memiliki tingkat kolesterol tinggi, memiliki problem dengan pencernaan, bahkan mengidap ambeien. Sementara oleh Dr Jimmy, sang dokter perusahaan, saya hanya diberi rekomendasi untuk tetap menkonsumsi sayur dan minum jus buah-buahan.. (hmmm supaya kulit tetap halus dan mulus kali). Langsung teman-teman menghubungkan kebiasaan dan pola makan saya dengan hasil tes kesehatan saya.

Saya sendiri tidak pernah melakukan diet ketat seperti beberapa teman saya lakukan, atau berpantang memakan makanan berkarbohidrat tinggi, daging, susu, dsb yang enak-enak deh. Saya memang pernah bercita-cita untuk menjadi vegetarian setelah membaca brosur di RS Advent, tapi masih saya urungkan niat itu setelah menyadari saya masih kalap bila melihat kambing guling. Namun dalam mengkonsumsi makanan berlemak selalu saya kombinasikan dengan sayuran dengan porsi yang lebih banyak. Sehari saja saya tidak menemukan sayur rasanya rindu sekali. Untung satpam di komplek perumahan saya setia menyetor daun-daunan beberapa hari sekali ke rumah. Biasanya sih bunga pepaya dan daunnya.

Jadi sebagai orang Sunda, saya tidak peduli bila disebut mirip kambing atau bersaudara dengan kambing, dan kalaupun iya saya bisa dibilang kanibal karena saya suka sate kambing, tongseng, lamb chop steak , dan rupa-rupa olahan kambing lainnya. Toh walaupun suka daun-daunan, saya belum pernah memakan daun jendela.

Untuk tetap sehat, marilah menkonsumsi sayur, engga usahlah yang dianggap berharkat atau berkasta tinggi seperti lettuce,paprika, dan broccoli, manfaatkan saja lalapan asli tanah Parahyangan. Niscaya kulit Anda pun akan halus dan mulus seperti Mojang Priangan…hihihi.

Read Full Post »

Es Krim Matcha

Green Tea (Matcha) Ice Cream

Ingredients:
1/3 cup water
1/3 cup sugar
2-3 tsp of powdered green tea (matcha)
1 cup of heavy cream
1 cup of ice cream plain

Directions:
Combine the water and sugar in a small pan and cook over low heat. Stir constantly. After the sugar dissolves, continue stirring and simmer the syrup over low for 5 minutes. Remove from heat. Add a tablespoonful of the syrup to the powdered green tea in a separate bowl and stir to dissolve. Dump that back into the sugar syrup and mix. Add the cream and the ice cream.

Ini resep dapat kupipes dari Nugi, ssttt blognya baru di-apdet lho. Tapi resepnya kayaknya kurang komplit, beuh. Jadi daripada pusing bikin ice cream dengan bahan yang susah didapat,  – eh udah dapat ding, dari Neng Henny nu geulis, saya dikasih dua bungkus serbuk Matcha yang udah dapat dipastikan didapat dari perampokan yang secara halus dia lakukan terhadap temennya yang orang Jepang… hihihihi – mending kita makan aja di …dimana ya di Bandung? Haagen Daazs .. (weh gimana neh nulisnya?) yang di Yogya Trunojoyo engga menyediakan yang rasa Green Tea, paling kalo mau ya di restoran Jepang, misalnya Midori, Sushi Tei, atau Momiji. Es krim Matcha disana oke juga.

Btw, soal teh ini, heran ya..kalau yang saya lihat kan namanya Indonesia, dan terutama di bumi Parahyangan ini kan namanya perkebunan teh ngampar dimana-mana, tapi kayaknya teh yang dihasilkan kurang variatif. Contohnya kalo di Jepang sih (menurut oleh-oleh dari Nugi), ada mochi rasa Green Tea, teh hijau rasa beras sangray (rasanya mirip teh kecemplung rangginang), Kitkat green tea, dan macam-macam teh , kue dan variannya..huh sirik deh!. 

Read Full Post »

Ramahnya Kopi Aroma

Kopi AromaPagi tadi saya pergi ke toko Kopi Aroma di jalan Banceuy 51  Bandung. Berhubung pemiliknya ramah sekali, perasaan saya jadi enak, dan saya sampai di kantor dengan bahagia :). Eh ternyata terhadap semua orang yang datang dia selalu ramah. Selalu menyapa selamat pagi dan melayani dengan senyum dan obrolan ringan, setelah memberikan kopi hangat yang baru digiling berbungkus kertas dan plastik serta dikantongi kantong keresek biasa yang tipis, dia akan berkata " Terima kasih, hati-hati di jalan ya". Selalu, pada setiap orang, bahkan pada nenek-nenek yang membeli satu bungkus kecil kopi.

Sewaktu pembelian saya sebelumnya, melihat antusiasme saya yang tinggi pada perbedaan kopi Robusta dan Arabika, dia dengan senang hati mengajak saya ke gudang belakang, melihat-lihat kopi yang dia peram selama 8 tahun sebelum digiling (katanya untuk menurunkan kadar asam) lalu menaiki karung-karung kopi yang ternyata banyak sekali tersimpan di ruangan belakang tokonya yang kecil. Melihat kayu-kayu bakar yang digunakan, dan mesin-mesin lama yang masih terawat baik.  Toples kacanya pun antik. Waktu saya tanya dijual apa tidak, dia tersenyum dan berkata toples itu sudah ada disana sejak tahun 1930, dan tidak ada yang memproduksi lagi.

Lucunya waktu saya mau membeli bungkusan 1/2 kg dia melarang. Sudahlah, beli saja yang 1/4 kg, katanya. Walaupun kopi ini terjaga kesegarannya selama 3 bulan dalam toples, tapi kan kalau sering lewat, mending beli sedikit-sedikit saja, katanya. Biar selalu dapat yang segar  baru digiling. Oke deh. Akhirnya saya beli yang bungkus kecil-kecil saja.  Toko kopi ini buka dari jam 6 pagi. "Saya orang lama" katanya. "Bangun pagi, buka toko, dan tutup jam 3 sore". Selain itu si Bapak ini mengajar di UNPAD sebagai dosen Corporate Management (kalau tidak salah).

O ya, selain itu, saya mendapat resep obat koreng, hihihihi, taburkan kopi Robusta di atas kulit yang borok dan korengan, maka akan cepat sembuh. Berhubung saya jerawatan, saya tanya, "Kalau untuk jerawat bagaimana Pak?"

"Oh itu sih ke dokter kulit aja, di RS Al Islam ada dokter kulit yang paten lho, namanya dokter……..", ujarnya.

Sayangnya pas saya ngetik blog ini saya lupa nama si dokter dan juga nama Bapak si pemilik toko. Lain kali kalau kesana akan saya tanyakan lagi.

Ini tulisan di bungkus kopi Aroma yang saya kutip:

Maoe minoem Koffie selamanja enak?

Aromanja dan rasanja tinggal tetep, kaloe ini Koffie soda di boeka dari kantongnja harep dipindahken si stopfles atawa di blik jang tertoetoep rapet.

Djangan tinggal di kantong!

Read Full Post »

Semut-semut

Sewaktu acara wisata makan Bandung Session 1 tanggal 3 Desember 2005 di Batagor Burangrang depan SMA BPI (bukan Batagor Riri) bersama Jay, Joan, Jeff, Priyadi, dan Rendy (Bunda belum datang, masih mandi), kita terkagum-kagum sama semut yang menyeret sepotong mie di dinding yang vertikal.

Sebelum membahas tentang semut, untuk dicatat, batagornya enak bangeet..

Lanjut lagi. Alkisah, bicara tentang semut, satu semut tentu saja tidak akan memberikan gigitan berbahaya, tapi walhasil, bayangkan bila digigit 11.000 bala tentara semut! Semut yang selalu berperang ini konon berasal dari Amerika Selatan. Mereka tidak membangun sarang seperti jenis semut baik-baik lain, tapi merayap dalam barisan panjang, menembus rimba, dan memakan apa, menggigit apa asaja, dan menyengat apa saja yang bisa mereka temui di jalan. Mereka beristirahat malam hari, dan kembali berbaris di keesokan harinya untuk kembali berperang. Mengingatkan saya pada bangsa Romawi jaman Alexander yang Agung. Atau tentara Jenghis Khan.

. (more…)

Read Full Post »

Addicted to Coffee

Siapa yang seneng ngopi? Pasti saya temenin. Saya hobi ngopi, especially in the morning, siang-siang di kantor pas jam ngantuk, malem-malem kalau baca buku atau surfing, dan setiap kali hujan. Kopinya apa aja nu penting enak. Waktu kuliah dan sering ngumpul sama Gank Sarijadi (memang kita nge-gang dan tempat ngumpulnya di gang, tapi bukan Kool and the Gang => nama lain lotek), berhubung temen saya lolobana cowok dan tukang gapleh, sialnya saya kebagian sebagai..tukang bikin kopi buat mereka!

Kopi paling enak saya rasakan waktu entah kenapa saya suatu malam minggu saya mau aja kekempingan di Cikole. Terus hujan gede banget. Tendanya selain bocor terus rubuh. Akhirnya kita nongkrong di warung. Tirisna bukan main. Mungkin saya nyaris hipotermia, da asa udah engga bisa ngomong, gigi geligi saya rapet seperti dilem sama lem super (bahasa Sunda: kekerot).

Lalu dengan badan gemetaran dan gigi gemeletukan, saya minum kopi. Waduh enak banget! Itu kopi terenak di dunia. Padahal kalau saja itu bukan kopi, misalnya air lumpur pun, asal panas pasti saya minum juga, dan pasti juga komentar saya “ENAAAKKK!”. Untungnya itu kopi. Bukan lumpur. Kopi yang saya senang, tidak manis. Malahan mun bisa mah jangan pake gula. Kecuali kalo tanggung dibikinin orang. Kopi paling engga enak? Kopi kecampur minyak tanah. Waktu kos dulu saya pernah minum yang jenis begini. Soal kopi nanti saya mau nulis sendiri artikelnya deh. Dulu kayaknya pernah baca soal perkopian di majalah Swa, soal sejarah kopi Kapal Api. Terus kalo di Starbucks, saya juga suka iseng baca-baca semua brosur dan posternya. Kalau nulis sekarang sih maaf ya, bahannya mesti dikumpulin dulu. Nanti deh saya cari di koleksi buku Bapak, mungkin ada cerita tentang tanaman kopi jenis Arabica atau Robusta.

Bapak saya entah kenapa ngumpulin mulu buku soal tanaman, kaktus, pertanian, gulma, anggrek, mawar, beternak gurame, lebah, ayam, bebek, sapi dan entah apalagi only God knows, saya engga ingat. Kalo di kampung saya nun di gunung sana, koppi dan teh sering dibikin secara manual. Bunga kopi, hmmm..harum banget! Biji kopi yang sudah matang, disangrai pakai wajan tebal hitam sampai kering, dan ditumbuk di lumpang batu. Enak, enak, enak.

Tapi suatu hari saya pernah minum kopi yang pahitnya pahit pisan. Terus warna hitamnya mencurigakan saking hitamnya. Selidik saya selidik, ” euh Neng ata mah sanes kopi eta mah kedele..!” Walah, masa kedelai dijadiin kopi. Ternyata tidak hanya kedelai, biji jagung pun sering dijadikan kokopian kalau kepepet. “Euleuh Ni, sakantenan wae atuh areng ditutu dijantenkeun kopi, sigana sae kanggo obat mencret..”. kata saya.

Read Full Post »

« Newer Posts