My lovely sister sore ini baru datang dari Pandeglang dengan naik bis. Kata ibuku sih “away euweuy” istilah sunda entah apa yang ibuku buat sendiri untuk mendeskripsikan repot ga puguh dengan membawa balita dan bayi berumur 5 bulan.
Saya buru-buru menengoknya di rumah ortu, dengan tujuan ingin memastikan keponakan saya apakah secantik uwaknya -yaitu saya- si cantik jurinta tea. Hasilnya ternyata memuaskan. Hihihihi.
Setelah ngobrol-ngobrol, adik saya tiba-tiba keukeuh ingin membawa dengan paksa, mengembat, membadog, menculik, apapun deh, anggrek-anggrek saya tercinta yang sudah saya rawat setengah mati, baik yang tumbuh kembang dari botol, seedling, maupun blooming size.
Hola, ada apa ini? katanya dia mau jualan kembang saja. What?? emang kenapa. Jadi guru sudah tidak menarik lagi? Sebagai informasi tidak penting, adik saya ini lulusan Teknik Kimia di perguruan tinggi swasta terkenal di Bandung, yang terkenal mahalnya pula, sehingga ayah ibu saya dulu setengah mati nyekolahin dia disana. Lalu berubah haluan mengambil pendidikan guru, dan sekarang menjadi guru SMU Negeri di Pandeglang.
Selama ini dia sih semangat semangat saja jadi guru walaupun honorer. Terbukti dengan seringnya dia meminjam buku-buku Ilmu Pengetahuan Populer terbitan Grolier punya saya, dan rajin browsing internet untuk referensi pengajarannya, dan juga dengan seringnya dia bercerita tentang murid-muridnya -yang lucu, bengal, dan menjengkelkan sekaligus menyenangkan. Juga soal-soal test yang sering dia smskan kepada saya, dan jawaban muridnya yang sering aneh-aneh.
Misalnya : apakah semua tumbuhan dapat dikategorikan sebagai produsen?
Jawaban salah satu murid: Tidak, karena semua mahluk hidup memiliki kekurangan dan kelebihan sebagai mahluk ciptaan Tuhan, wajar saja bila tumbuhan memiliki kekurangan dan tidak dapat menjadi produsen.
Gubrak.
Oh ya Ternyata adik saya tersayang tidak lulus jadi PNS. Menyedihkan. Sementara gajinya sebagai honorer adalah Rp 600.000 per bulan. Dia mengajar setiap hari, dan mata pelajaran yang dia pegang adalah. Matematika, Kimia, dan Fisika. Dia bilang kita memang tidak memiliki koneksi, dan juga tidak ingin dan tidak sanggup membayar biaya apapun itu sebesar Rp 65.000.000,- yang dicanangkan entah siapa untuk melicinkan jalan menuju status Pegawai Negeri.
Ya sudah. Mungkin memang adik saya beramalnya dari situ. Jadi guru banyak amalnya kan? Lagian dia juga bahagia jadi guru. Dan tahun depan mungkin masih ada kesempatan untuk tes lagi. Siapa tahu masih bisa lulus dengan jujur. Untuk nambah-nambah penghasilan mungkin sebaiknya memang berjualan kembang saja. Jadi honorer pun perlu makan toh?

Saya kalau nemu sesuatu yang baru, seperti biasa tanpa basa basi langsung memasukkan ke mulut dan mengunyahnya tanpa mencium-cium baunya dulu atau apa. Persis anak satu tahun yang suka sembarangan memasukkan apa saja ke mulut. Ternyata biji itu berasa minyak atsiri yang menyengat dan berbau obat batuk. Oh ternyata Kapol toh. Atau sering disebut juga Kapulaga. Setelah dikunyah terasa baunya menyebar, harum dan segar menyengat.
Di kampung saya ini, tanahnya subur. Air mengalir banyak dari gunung. Gemah ripah loh jinawi tea. Kalau rajin bercocok tanam, tidak usah takut kelaparan. Ikan gampang dipelihara di kolam. Tanaman mudah tumbuh. Pohon-pohon kayu pun cepat tinggi. Saya lihat banyak tanaman bernilai ekonomis mudah tumbuh subur dan sehat disini. Katakanlah seperti tanaman tinggi duren, cengkeh, coklat. Atau tanaman merambat dan rimpang seperti merica, kapulaga, jahe. Pohon coklat yang oleh Nenek ditanam sembarangan dekat jarambah di tepi kolam ikan pun sering berbuah lebat dan gendut-gendut pula. Begitu pula pohon Albasiah atau sering disebut juga Malaka, lima tahun ditanam pun sudah tinggi menjulang. Atau Mahogani yang walaupun lambat membesar, nilai jualnya cukup tinggi.