Sepagian ini saya memikirkan kedelai. Bukan seperti pemikiran manusia normal lain yang memikirkan krisis tempe. Tadinya sih memang saya memikirkan kedelai karena teringat waktu saya SMP saya berlibur di Bogor di rumah teman saya, yang kakeknya adalah mantan Kepala Puslitbangtan yang dalam masa pensiunnya tersebut senang sekali membuat percobaan pembuatan susu kedelai. Itu sekitar tahun 1986-1988. Pada pagi hari Aki Dahro menyodorkan segelas susu kedelai segar dan mengawasi saya meminumnya, dan setelah saya minum habis beliau bertanya “Enak tidak?” jawab saya “Enak atuh Ki”. Dan memang sampai sekarang saya masih suka minum susu kedelai.
Kemarin pun saya semobil dengan ayah saya dan sepanjang jalan yang dibicarakan hanya soal kedelai dan lahan pertanian untuk produksi kedelai, masalah kebijakan impor yang mematikan produksi petani kedelai dan sebagainya dan sebagainya. Sampai saya lieur dan lupa lagi apa yang sudah dibicarakan kemarin, sehingga mau saya tulis juga sekarang sudah lupa apa. Pagi ini ternyata soal kedelai ini masih mengikuti saya, karena saya baca di agregator saya mendapat teh Mer menulis soal tempe (tempe beneran bukan Tempe yang di Arizona) dan artikelnya dimuat di The Jakarta Post. Selamat ya teh! Makan-makan euy!. Selanjutnya sepagian saya malah searching di Google tentang kedelai dan membaca banyak artikel di koran yang memuat nama Prof. Dr. Ir. Djoko Said Damardjati, M. Soal kedelainya bisa dibaca disini, disini, dan disini.
Berhubung Pak Djoko ini adalah tetangga saya dulu, dan putrinya adalah teman sekolah saya dari SD sampai dengan SMP, sekalian saya cari juga nama teman saya itu di Google, sudah 18 tahun saya tidak bertemu. Diberkati memang orang-orang Google, no hape teman saya pun akhirnya bisa saya dapat dengan mudah . Selanjutnya saya bertelepon, kangen-kangenan, kembali menggosip soal kedelai, dan kita sepakati bersama bahwa susu kedelai terenak adalah susu kedelai produksi Balai Pertanian Tanaman Pangan Sukamandi dan dijual di Koperasi sana. Heran kok engga masuk ke supermarket ya. Tapi sebelum menunggu susu kedelai favorit kita itu beredar kembali mungkin kita masih harus menunggu bagaimana kebijakan bea masuk impor progresif untuk kedelai ini diberlakukan pemerintah sebagaimana telah diusulkan oleh Pak Djoko dan timnya, dan bagaimana petani kita bergairah kembali menanam kedelai sehingga tahu dan tempe bisa berjaya kembali.
jadi pingin susu kedelai. Merk naon teh, nu enak? jeung dimana meserna
#1 kan udah dibilangin yang paling enak mah produksi Kopkarlitan, tapi nyaeta..jauh…hihihihi.
Bisa import susu kedelai itu ke korea gak?biar saya jadi distributor na ๐
#3 *garuk2* itu susu nyampe ke bandung aja engga, gimana cara bisa ngirim ke korea nya? Padahal soal rasa dan kualitas, wah sepertinya engga kalah tuh dengan yang merk luar kalengan itu.
sial! endingnya kok susu kedelai terenak **geleng-geleng**
jadi kapan Mami mau kirim tempe kesini?
*slaah fouks*
Susu keledai enak gituh?
Lihat keledainya aja jarang-jarang
*spidriding*
#7 Saya mah malam belum pernah lihat keledai seumur-umur kecuali di film Once Upon a Time in Mexico, waktu si Brad Pitt naik keledai tea.
Amerika saja memberikan subsidi kepada petani kedelai, kok kita dengan gagah perkasa membiarkan pasar yang mengendalikan..
#9 *gosip mode on* Tadinya petani kita tidak diberi peluang untuk bisa menjual hasil panen sih. Padahal produksi kedelai kita menurut penelitian dapat mencapai 1,5 – 2 ton per hektar, namun berhubung setiap panen harganya selalu jatuh, maka karena kerugian yang harus ditanggung cukup besar juga petani kita tidak pernah mendapat harga yang layak untuk menjual hasil produksi kedelainya, selanjutnya lesu sudah pertanian kita untuk urusan kedelai ini.
Teh Mira.. wilujeng tepang..
nyaan Teh Mir… gara-gara kedelai naik harga… tukang tahu n tempe di Cibodas – Sadananya– ngaheruk teh… karunya lah…
Wasalam
#11 Euleuh karunya teuing
Mbak, saya sampai kini masih suka kecele, sulit membedakan kedelai dengan keledai…he…he… ๐
Kemarin saya kena diare karena minum susu kedelai basi. Apa susu keledai juga bisa diminum? ๐
#13 saya belum pernah minum susu keledai, kalau susu kambing pernah. Konon sih susu keledai dipakai untuk mandi oleh Ratu Nefertiti untuk menjaga kulitnya tetap mulus dan halus.
nanen mamih, dedre ama dimaz…
*diimut2in biar mamih sebel*
#15 Bangeeet…! najeeeezzzzz…Mpitzky!!!…hoi kapan ke bandung hoi!
menurut saya mah susu keledai eh kedelai itu rasanya aneh…
Teh Mira,
Barangkali punya artikel KUJANG ( pan asli pakarang urang sunda ). Bilih aya bagi informasina ….
Nuhun pisan…
#18 wah belum punya. tapi kalau mau pesan kujang saya tau tempatnya, walaupun sampai sekarang pesanan saya belum ada ๐ฆ
Kalo tidak keberatan saya minta alamat yang jual KUJANG, punten Teh Mira e_mail saja ke saya : dodi_kk@wika-beton.co.id
Hatur nuhun pissaaaann…nya…
teh, akika mau konsultasi mengenai pengadaan nya. Ke tilpun ka ekstensyen ๐
#21 Mana? kok engga nelpon2? Saya juga mau tanya kok kenapa nomor saya diblokir deui diblokir deui ๐
teh Mira, punten mana alamat pemesanan kujang teh ??
#23 di pengkolan Otista ke arah SD Kautamaan Istri
ceuk beja susu kedelai bagus buat ibu yang lagi hamil
sanes kitu teh?? duka tah aleusan-na mah
Seumur-umur belum pernah minun susu kedelai. Gak tahu bagaimana rasanya.
#25 karena bergizi tinggi dan menyehatkan, hehehe jawaban standar
#26 Enak kok! coba deh
Nuhun teh mira infona…
Mira miara keledai?
Mira,
Saya baca blog Mira, jadi penasaran utk comment. Apa kabar Mira dan keluarga, dan bapak mama, di Bandung, salam dari kami sekeluarga ya.
Sekarang saya tugas di Kuala Lumpur, disini banyak susu kedelai dan murah. Bilang sama bapak dan mama, ditunggu jalan2nya ke KL ya oleh pak Djoko dan keluarga…
Cerita lain nanti disambung lagi