Feeds:
Posts
Comments

Archive for the ‘Bandung’ Category

Satu Jam bersama Radio Sky FM 9050

Tadi malam jam 9 saya dapat kehormatan diundang oleh Mba Tarlen  dan Mas Wiku dari Tobucil untuk bincang-bincang santai di Radio Sky Fm 9050 tentang blog dan topik tentang Bandung. Walaupun ini untuk kedua kalinya diundang ngobrol dan mengudara di radio saya tetap rada-rada stress sebelumnya.  Semacam demam panggung kali ya.  Mungkin karena sifat saya yang memang pada dasarnya sangat pemalu *blushing*.   Sebelum datang via telepon saya sudah memohon-mohon pada mas Wiku untuk jangan nanya yang susah-susah.  Pertanyaan sulit mengingatkan saya pada ulangan umum jaman sekolah dulu.  Sudah cukup hidup saya didera aib seumur hidup dengan mendapat nilai NEM Matematika terendah di angkatan saya pada waktu SMA dulu. What ashamed.

Untungnya pada saat buka puasa saya beserta teman kantor makan bersama (dan banyak sekali) di  Restoran Raja Melayu (dalam rangka Mas Bos Ivan juragan Dept Keuangan kami berulang tahun).  Sehingga beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi tingkat stress saya; yang biasanya adalah perut kosong dan/atau ditatap oleh cowok ganteng berkurang banyak dengan terapi gulai kepala ikan disini yang terkenal enak!.  O ya kita sempat bertanya-tanya kok restoran sebagus Raja Melayu tidak menyediakan Musholla untuk pengunjung restoran. Kemudian saya dan teman melihat dari jendela ke arah Mesjid Istiqomah yang megah tepat di seberang restoran, dan sepakat bersuara “ooooh…” mungkin itu sebabnya tidak ada Musholla, toh bisa tinggal nyebrang jalan. (more…)

Read Full Post »

Nama Jalan di Bandung

Sebetulnya bila ada kompleks perumahan baru, yang bertugas memberi nama-nama jalan siapa? Rapat RT/RW, tokoh masyarakat atau Pemerintah Daerah setempat ya? Sudah lama saya pusing dengan nama-nama jalan di kompleks perumahan orang tua saya. Semua berawalan Mekar. Mekar Indah, Mekar Jaya, Mekar Bungah, Mekar Ligar. Nah yang jadi masalah saya tidak pernah bisa mengingat Mekar Jaya itu sebelah mana Mekar Ligar. Dan seterusnya. Saya sih lebih suka nama jalan itu jelas misalnya Mekar Indah I sampai dengan VII misalnya. Paling tidak saya punya ide, setelah I ya pasti II, demikian seterusnya. Eh selain itu ternyata jalan dengan nama Mekar ini tidak hanya di daerah Cijerah saja tapi di di perumahan daerah Soekarno Hatta juga ada. Dulu invoice tagihan atau surat yang kurang lengkap dengan kode pos bisa jadi sulit sampai ke rumah saya. Contohnya invoice kartuHALO Bapak saya dulu jarang sampai. Sampai saya usut-usut ternyata kurirnya bingung dengan alamat dua kompleks perumahan yang mirip tersebut. Pikir-pikir tukang pos hebat yah, pasti dia bisa menghapal jalan dengan baik. Tanpa pengetahuan tentang daerah yang baik, kayaknya rada sulit mencari alamat hanya berdasarkan alamat saja walaupun lengkap dengan kode pos. Sedangkan banyak sekali jalan yang rumah-rumahnya bernomor tidak urutan.

Again, hari ini saya sempat tersasar-sasar lagi. Hari ini Bapak saya minta antar reunian dengan teman-teman se-Fakultasnya dulu di Jalan Terusan Karang Tineung. Ya saya dengan pedenya yakin dong, yang namanya Terusan harusnya ya tidak jauh-jauh dari jalan induknya yaitu Karang Tineung. Ternyata saya salah, Saudara-saudara sekalian. Yang namanya Terusan Karang Tineung ini tidak seperti Terusan Pasteur yang nerusin Jalan Pasteur atau Terusan Pasir Koja yang melanjutkan Pasir Koja. Yah menurut saya lebih tepat sebagai terusan Jalan Suka-Mulya-Sebelah-Sanaan-Setra Sari-dan Sebelah-Sanaan-lagi-Cipedes Tengah-dan-Tidak-Terlalu-Jauh-Dari-Paris-Van-Java-Ternyata. Ya memang sih daerah situ-situ juga, paling tidak mungkin satu kecamatan lah. Tapi kalau disebut terusan, ya nyambungnya dari mana? ujung-ujung jalan tersebut kan tidak ketemuan dengan Jalan Karang Tineung. Sudah gitu rumah-rumahnya nomornya tidak urutan pula. Untung rumahnya gede-gede. Jadi ngitungnya tidak susah. Walaupun ternyata No 4 tersebut setengah ruas jalan dari No 1 yang tidak pas diujung pula. Dan sebenarnya sih mencapai rumah teman Bapak tersebut ternyata tidak sulit, beberapa menit lah dari Paris Van Java, tapi kan kalau sudah tahu…. :P. Pas nyari-nyarinya sih setengah mati.

Nah gimana caranya kalau saya nyari rumah yang di jalan kecil atau di gang? Saya kan pengetahuan jalannya biarpun sudah puluhan tahun hidup di Bandung, cuma sekolah-kampus-rumah-kantor saja. Dan lagi masalahnya saya tukang nyasar. Saya buruk dalam mengenali ruang. Lah masuk toilet pria dan wanita aja sering ketuker. Bisa habis waktu seharian buat saya ataupun orang lain yang memiliki kesulitan soal menentukan arah seperti saya (tapi saya cerdas pada hal-hal lain lho, rrrrr….kadang-kadang juga sih) dalam mencari alamat rumah. Selain peta yang up to date, diperlukan juga semangat dan tekad yang tinggi, kemauan untuk menanyakan pada setiap warung atau tukang ojeg yang mangkal, juga cara bersopan santun dengan bahasa Sunda halus pada preman yang nongkrong di pinggir jalan. Juga jangan lupa air minum dan makanan kecil. Payung atau topi bila perlu. Dan senter bila cari alamatnya pada malam hari.

Jadi, balik lagi pada ide awal tulisan, bagaimana sih seharusnya penamaan jalan yang baik dan benar itu?. Ada engga sih aturan penamaan jalan? Kalau dulu-dulu kan masih gampang deh. Jaman saya SMA tahun 90-an rasa-rasanya kompleks perumahan juga belum banyak. Tapi kan ternyata Bandung sekarang berkembang kemana-mana, ke pinggir, ke atas, ke bukit, ke sawah, ke kebon awi. Terus dan terus kompleks kompleks perumahan baru bermunculan. Dan nama-nama jalan makin sulit diingat dan memusingkan. Oh ya plang jalan juga tidak banyak membantu, karena lebih banyak menunjukkan arah ke ATM, ke FO atau ke Mall.

Read Full Post »

Menabung Air dan Mendaur Ulang Sampah

Tetangga di komplek saya punya halaman depan yang sarat dengan tanaman dan bunga-bunga yang cantik-cantik. Hijau campur warna-warni yang segar dipandang mata. Halaman yang tidak luas tersebut menjadi taman kecil yang cantik. Banyak kupu-kupu yang berterbangan disana.  Eh tidak lama kemudian ternyata rumah tersebut dijual.  Dan pemilik yang baru rupanya tidak mau pusing dengan hijau-hijauan maupun serangga penyerbuk yang beterbangan disana.  Dibongkarnya tanaman-tanaman disana dan disemenlah pekarangan tersebut dengan warna kelabu suram.

Yah apa mau dikata. Selera orang memang lain-lain barangkali. Ada juga yang lebih suka memandangi lahan persegi panjang 6×4 meter berwarna abu-abu dibanding kembang-kembang aneka warna. Tetangga rumah sebelah saya yang dulu pun pernah berbuat demikian. Halamannya habis difloor. Alasannya malas nyabut rumput.  Kalau buat saya sih akhir pekan sering dipakai buat nyabut-nyabut rumput atau menanam-nanam kembang. Atau membuat bonsai yang sering berakhir diambil maling. Pagi-pagi sebelum ngantor pun saya main-main air dengan menyiram-nyiram kembang dan rumput. Rasanya senang melihat pucuk-pucuk hijau daun bermunculan.  Oh ya selain itu saya berencana untuk membuat sumur resapan penampung air hujan untuk mengembalikan ke tanah agar tanah dapat meresap air dengan baik dan kemudian menjadi cadangan di dalam tanah.

Menurut saya membuat lingkungan hidup lebih baik tidak sekedar demo minta pemerintah untuk memikirkan konservasi air atau sekali-kali bersih-bersih selokan di RW setiap hari Minggu (itupun karena malu kalau tidak ikutan), atau sekedar membayar restribusi sampah, kemudian teriak-teriak kalau sampahnya tidak diangkut. Tapi juga memulai di lingkungan rumah sendiri. Dari sel terkecil. Misalnya menabung air dengan membuat sumur resapan , atau mendaur ulang sampah rumah tangga sendiri. Terus dijadikan pupuk untuk tanaman di pekarangan.  Kalau rumahnya kecil, ya kolektiflah dengan tetangga. Lumayan kan sambil kenalan-kenalan. Siapa tau anak tetangga ada yang manis.

Daripada kita ribut Bandung kehabisan air tanah, mari kita dari sekarang  mengembalikan air ke tanah dan menabungnya untuk keperluan hari depan.  Daripada beli-beli air melulu kan? Membuat sumur resapan juga tidak sulit.  Ini caranya, saya ambil dari website sini:

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan, persyaratan umum yang harus dipenuhi adalah sumur resapan harus berada pada lahan yang datar, tidak pada tanah berlereng, curam, atau labil. Selain itu, sumur resapan juga dijauhkan dari tempat penimbunan sampah, jauh dari septic tank (minimum lima meter diukur dari tepi), dan berjarak minimum satu meter dari fondasi bangunan. Bentuk sumur itu sendiri boleh bundar atau persegi empat, sesuai selera. Penggalian sumur resapan bisa sampai tanah berpasir atau maksimal dua meter di bawah permukaan air tanah. Dengan teralirkan ke dalam sumur resapan, air hujan yang jatuh di areal rumah kita tidak terbuang percuma ke selokan lalu mengalir ke sungai.

Air hujan yang jatuh di atap rumah sekalipun dapat dialirkan ke sumur resapan melalui talang. Persyaratan teknis sumur resapan lainnya ialah kedalaman air tanah minimum 1,50 meter pada musim hujan. Sedangkan struktur tanah harus mempunyai permeabilitas tanah lebih besar atau sama dengan 2,0 cm/jam, dengan tiga klasifikasi. Pertama, permeabilitas tanah sedang (geluh kelanauan) 2,0-3,6 cm/jam. Kedua, permeabilitas tanah agak cepat (pasir halus), yaitu 3,6-36 cm/jam. Ketiga, permeabilitas tanah cepat (pasir kasar), yaitu lebih besar dari 36 cm/jam. Spesifikasi sumur resapan tersebut meliputi penutup sumur, dinding sumur bagian atas dan bawah, pengisi sumur, dan saluran air hujan. Untuk penutup sumur dapat digunakan, misalnya, pelat beton bertulang tebal 10 sentimeter dicampur satu bagian semen, dua bagian pasir, dan tiga bagian kerikil.

Dapat digunakan juga pelat beton tidak bertulang tebal 10 sentimeter dengan campuran perbandingan yang sama, berbentuk cubung dan tidak diberi beban di atasnya. Dapat digunakan juga ferocement setebal 10 sentimeter. Sedangkan untuk dinding sumur bagian atas dan bawah dapat menggunakan buis beton. Dinding sumur bagian atas juga dapat hanya menggunakan batu bata merah, batako, campuran satu bagian semen, empat bagian pasir, diplester dan diaci semen. Sementara pengisi sumur dapat menggunakan batu pecah ukuran 10-20 sentimeter, pecahan bata merah ukuran 5-10 sentimeter, ijuk, serta arang. Pecahan batu tersebut disusun berongga. Untuk saluran air hujan, dapat digunakan pipa PVC berdiameter 110 milimeter, pipa beton berdiameter 200 milimeter, dan pipa beton setengah lingkaran berdiameter 200 milimeter. Sumur resapan dapat dibuat oleh tukang pembuat sumur gali berpengalaman dengan memerhatikan persyaratan teknis dan spesifikasi tersebut.

Untuk yang tertarik membuat pendaur ulang sampah rumah tangga di rumah,  Bapak saya bisa ngajarin tuh! Beliau tergila-gila mendaur ulang sampah rumah tangga. Di rumah sudah beberapa tong dibuat.  Henny juga sudah mencobanya dan caranya dapat dilihat disini.

Let’s Make Bandung Better!

Read Full Post »

Persib nu Aing

Bagi warga Bandung pendukung Persib, berikut adalah NSP dari Telkomsel untuk mendukung dan menyemangati tim sepakbola kesayangan kita bersama. Ayo Bobotoh Persib aktifin NSPnya!

“Mun ngaku Bobotoh PERSIB pasti NSPna Persib”

2010325             Viking Cooer                       Viking Choir    

2010275             PERSIB harus juara              Apel

2010276             Fight song for the Blue’s       Bionic Kangaroo 

2010277             PERSIB Nu Aing                   Conni Dio

2010279             Wasit Goblog                      Jeruji

2010281             Maung Bandung                  Kang Ibing       Top Request!

2010282             PERSIB                             Kuburan        
                        We’ll stay behind you

2010280             Hariring PERSIB                  Kang Ibing

2010283             Aing pendukung PERSIB       PAS BAND

2010284             Maung Lautan Api               PHB

2010285             Persib Nama Kami                Pluto

2010286             We Love You PERSIB           Q-Rend

2010323             PERSIB tak pernah mati        Koin

2010324             VIVA PERSIB !                    The EDS

Ayo Surur! aktifin NSPna euuuy!

Eh hampir lupa, ini cara ngaktifinnya:

Ketik RING <Spasi> ON <spasi> Kode Nada

kirim ke 1212

contoh: RING ON 2010279

Read Full Post »

« Newer Posts