The Sundanese Tragedy

Tadi malam jam 9 saya dapat kehormatan diundang oleh Mba Tarlen  dan Mas Wiku dari Tobucil untuk bincang-bincang santai di Radio Sky Fm 9050 tentang blog dan topik tentang Bandung. Walaupun ini untuk kedua kalinya diundang ngobrol dan mengudara di radio saya tetap rada-rada stress sebelumnya.  Semacam demam panggung kali ya.  Mungkin karena sifat saya yang memang pada dasarnya sangat pemalu *blushing*.   Sebelum datang via telepon saya sudah memohon-mohon pada mas Wiku untuk jangan nanya yang susah-susah.  Pertanyaan sulit mengingatkan saya pada ulangan umum jaman sekolah dulu.  Sudah cukup hidup saya didera aib seumur hidup dengan mendapat nilai NEM Matematika terendah di angkatan saya pada waktu SMA dulu. What ashamed.

Untungnya pada saat buka puasa saya beserta teman kantor makan bersama (dan banyak sekali) di  Restoran Raja Melayu (dalam rangka Mas Bos Ivan juragan Dept Keuangan kami berulang tahun).  Sehingga beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi tingkat stress saya; yang biasanya adalah perut kosong dan/atau ditatap oleh cowok ganteng berkurang banyak dengan terapi gulai kepala ikan disini yang terkenal enak!.  O ya kita sempat bertanya-tanya kok restoran sebagus Raja Melayu tidak menyediakan Musholla untuk pengunjung restoran. Kemudian saya dan teman melihat dari jendela ke arah Mesjid Istiqomah yang megah tepat di seberang restoran, dan sepakat bersuara “ooooh…” mungkin itu sebabnya tidak ada Musholla, toh bisa tinggal nyebrang jalan.

Nah setelah makan-makan ala Obelix dan Asterix yang gembul itu, saya ditemani teman-teman setia dari kampung Gajah untuk maen gaple (again..hehehehe) di Warung Indung sambil menunggu waktu untuk wawancara. Ada Abi, Surur, Jay, Bunda Dian, dan Wahyu Adi.  Kartu gaple sudah berganti dari yang kertas menjadi bahan keramik keras, hasil beli di Gramedia hari Sabtu kemarin. Sehingga apabila saya kalah dan mengamuk, tidak perlu menimpuk dengan henpon atau asbak. Tapi cukup dengan kartu-kartu keras itu saja. Eh engga deng. Becanda kok. Masa main lempar-lempar dan nimpuk?? Saya kan sabar dan kalem. LAGIPULA SAYA JARANG KALAH MAEN GAPLE. Wew.

Pukul 8.30 waktu Indonesia Bagian Bandung, kami bergerak ke Radio Sky Fm di jalan Diponegoro 61 Bandung.  Teteh penyiar nu geulis, mengajak kami segerombolan untuk ikutan bincang-bincang… Hore! Hore! saya senang sekali. Jadi tingkat stress dan demam panggung saya berkurang mendekati 1% (jadi hitung-hitung, makan mengurangi stress 50%, maen gaple mengurangi 25%, dan selanjutnya 24% berkurangnya karena hasil ditemani).  Acara berlangsung santai dan akrab. Membicarakan seputaran bagaimana dan mengapa ngeblog, juga topik spesifiknya seputar Bandung yang banyak saya ceritakan di blog saya ini. Tak lama Mas Erick dari Tobucil datang, dan bincang-bincang ini tambah seru. 

Saya berterimakasih sekali lagi atas kesempatan yang diberikan oleh Radio Sky Fm 9050 dan kepada Teteh-teteh geulis yang ada disana dan juga teman-teman yang keren dari Tobucil. Kapan atuh acara kumpul-kumpul blogger lagi di Tobucil? Sebagai info tentang Tobucil saya kupipes disini dari http://tobucil.blogspot.com:

“Literacy in Everyday Life. Sejak awal berdiri, 2 mei 2001, tobucil memiliki komitmen mendukung gerakan literasi di tingkat lokal melalu kegiatan yang berbasis pada aktivitas sehari-hari. Melalui kegiatan membaca, menulis, apresiasi dan pengembangan hobi.Literasi bagi tobucil bukan sekedar kemampuan membaca dan menulis namun juga termasuk kemampuan membaca lingkungan sekitar secara kritis, juga keberanian untuk memahami diri sendiri sebagai individu yang mandiri serta memiliki potensi untuk berkembang dan berkontribusi pada perubahan. “

Mikir-mikir lagi pertanyaan tadi malam, kenapa ya saya ngeblog? Saya juga lupa saya jawab apa, yang jelas rada-rada panjang sih (moga-moga engga melantur :D).  Kalau untuk jawaban sok filosofisnya mungkin karena Blog itu ada. Kalo engga ada saya bakalan nulis di buku diary kali ya.  Dan kenapa banyak topik tentang Bandung? Karena saya warga Bandung, tinggal disini, mencari sesuap berlian disini.  Dan kalau kita sebagai warga tidak memperhatikan dan peduli tentang Bandung, nya kumaha atuh, rek saha deui?