Pertama kali saya melihat keindahan Situ Lembang, tanpa terasa saya menahan napas saking kagumnya. Langit biru sebiru-birunya, diselingi awan putih yang berarak pelan. Angin bertiup pelan dan membawa butiran air bersama kabut. Sepasang angsa tampak berenang dengan damainya di tepian. Tampak tunggul-tunggul pohon yan menghitam di pinggiran danau karena lamanya terendam air. Gunung Burangrang, Gunung Sunda, Gunung Tangkuban Perahu berdiri menjaga dengan tegarnya. Bau hutan tercium, segarnya daun, segarnya rumput yang basah, dan titik-titik air membasahi hidung karena kabut yang kemudian turun.
Namun tidak lama saya menikmati keindahan Situ Lembang ini, di hari pertama datang ke Situ Lembang, tanpa banyak basa-basi kami direndam di sungai kecil yang mengalir dari Situ Lembang lengkap dengan baju, topi dan sepatu boot kami. Untungnya saya sempat menitipkan lipstik di saku saya kepada Bapak Pelatih dari Kopassus yang menggeleng-gelengkan kepalanya saat saya menitipkan benda yang tidak lazim dibawa tersebut di acara seperti ini. Di hari kedua pun tak sempat juga berlama-lama karena setelah melewati pinggiran Situ Lembang dengan mendaki benteng tembok batu yang terpasang disana, kami kembali masuk hutan untuk bergelantungan, manjat-memanjat, rayap-merayap di tali sebagai bagian dari acara pelatihan. (more…)

