Jelang senja hujan deras mendera. Awalnya seperti lembing-lembing tajam menusuk tanah hingga merekah, di sebagian tempat terserap tanpa menjadi cileuncang oleh tebalnya rerumputan dan ilalang. Sejenak angin menghembus tetiba dengan kencangnya menggebah derasnya hujan. Hujan menjadi lembut semanis kabut gula. Turun dengan damai mengalun seperti rincik-rincik kecil kaki peri di Sugar Plum Fairy gubahan Tchaikovsky.
Ah harum darah dewa yang mengawang di udara!
Aku pernah katakan kepadamu wangi tanah selepas hujan adalah berkah dari darah dewa. Petrichor kataku. Petra yang artinya batu dan Ichor, cairan gaib yang diyakini adalah darah dewa-dewa Yunani kuno.
Blood follow’d, but immortal ichor pure,
Such as the blest inhabitants of heav’n
May bleed, nectareous; for the Gods eat not
Man’s food, nor slake as he with sable wine
Their thirst, thence bloodless and from death exempt
Cerita kita, wangi hujan kita, dan sore milik kita. Cuma punya kita berdua.
Leave a Reply