Suatu hari di beberapa bulan lalu tepatnya di hari libur akhir pekan, sore hari saya tiba-tiba mengajak orang-orang di rumah sekeluarga untuk pergi ke Dago Pakar. Tidak ada hujan dan tanpa angin apapun. Ingin pergi saja. Vini vidi vici. Atau karena habis nonton acara Dunia Lain di tipi pada episode gua Jepang atau gua Belanda yang ada di Dago Pakar ini.
Suami dan anak-anak saya sih nurut saja saya ajak mendadak begini. Jadilah kami pergi semua. Agak nyasar-nyasar dikit lah seperti biasa. Walau saya kelahiran Bandung itu engga bikin saya jadi hapal jalan yah… Ngapalin jalan sama sekali bukan keahlian saya.
Sampai disana suasana sepi tapi masih ada orang-orang yang jalan-jalan dan pacaran sepertinya. Dan saya pun melakukan keaalahan bodoh yaitu mengenakan sepatu hak tinggi. Walau jalanan setapak di Dago Pakar ini bagus, tapi kan berbatu dan naik turun. Yah namanya juga di perbukitan.
Jadi saya berjalan kaki dengan menjinjing sepatu.
Oh ya saya sudah beberapa kali main kesini. Tapi yah tetap saja antusias.
Akhirnya kita sampai ke Gua Jepang. Gua Belanda lebih jauh dan kami semua sepakat tidak kesana. Sudah terlalu sore.
Di gua Jepang masuk ke dalam gua yang gelap sebetulnya saya merasa kurang nyaman. Gelap. Walau kita menyewa senter. Pengap juga. Namanya juga dalam gua di perut bukit. Walau ada lubang ventilasi yah tetap saja. Bau terasa lembab. Kaki saya menginjak bebatuan berlapis tanah yang sudah halus dan licin saking banyaknya terinjak. Sakit kaki saya berjalan di tanah yang berbenjol-benjol. Sandal tidak bisa saya pakai karena hak tinggi tadi.
Jepang membuat gua ini untuk bersembunyi dari serangan udara. Pastilah tahan bom. Namanya saya di perut bukit batu padas.
Kebayang betapa lelahnya orang bekerja untuk mentatah membolongi perut bukit ini menjadi gua.
Konon banyak hantunya. Tapi tidak heran juga kalau banyak hantu. Kalau tempatnya nyaman dan terang ya bukan hantu dong yang nempatin.
Dari gua gelap ini kami berjalan ke hutan pinus dan taman yang ada dekat pintu keluar. Lumayan berkeringat juga berjalan di tangga batu yang terjal ini. Pemandangan indah dan hijau. Cahaya siang sudah meredup. Udara segar khas hutan.
Pulang dari sana kami mampir makan di The Valley. Menikmati pemandangan senja karena kami makan di teras luar. Menunya besar porsinya. Saya tidak bisa menghabiskan yang saya pesan. Es jeruknya enak sekali karena fresh dan tanpa campuran sirup buatan.
Zuppa zuppa soupnya masih enak walau porsinya sepertinya mengecil dibanding terakhir saya makan disini. Ini beberapa foto kami disana. Bandung indah ya?







asiknya ya…. nice post