Sepak bola, bukan olahraga favorit saya. Saya lebih suka olahraga yang tenang dan damai. Misalnya Yoga. Atau Iaijutsu. Atau Aerobik. Yang terakhir agak bohong, karena kalau ditanya sama teman sekantor saya, siapa yang paling malas ikutan aerobik pasti semua telunjuk akan mengarah pada hidung saya. Soal Yoga dan Iaijutsu (yang sebenarnya dua-duanya sekarang saya tidak ikut lagi) akan saya ceritakan kapan-kapan. Jadi olahraga yang saya ikuti sekarang apa dong? Jawabannya engga ada. Saya selalu bilang, pergi ke kantor dan pulang ke rumah, itu udah lebih dari sekedar olahraga buat saya, perlu semangat dan tekad besar, pengorbanan materi, bensin, dan segudang ketahanan mental, menghadapi banyaknya tukang ngamen di setiap perempatan, dan kemacetan jalan. Darah dan airmata pokoknya.
Tapi ada yang aneh dan magical dengan sepakbola. Kalau dibilang bukan favorit, sewaktu kuliah dulu, sepertinya cuma saya yang punya catatan dikeluarkan dosen gara-gara urusan sepakbola. Saya membaca koran Bola, koran khusus pemberitaan sepakbola di kelas saat dosen menerangkan. Rupanya beliau tidak terima, walaupun dengan alasan, yang saya baca adalah topik yang ramai seputaran ulasan Piala Dunia. Saya sukses dikeluarkan dari kelas. Tanpa bisa memohon grasi dan amnesti, berikut pemotongan nilai saya yang tanpa ampun menjadi D. Berikut juga tanpa bisa mengulang memperbaiki nilai, karena di Politeknik ITB dulu tidak ada sistem bisa mengulang mata kuliah yang sama. Sadis.
Kalau pun saya tidak memiliki klub favorit apapun dan tidak bisa main Soccer di Playstation, walaupun sudah diajarkan setengah mati oleh anak saya, duluuu sewaktu tahun awal saya bekerja, saya memasang stiker segede gaban, Manchester United di jendela mobil belakang mobil saya. Kalau ditanya jawaban saya simpel sih, MU warnanya merah, warna favorit saya.
Saya jarang sekali nonton sepak bola. Tapi aneh, kalau hati saya galau dulu, saya akan berjalan-jalan menyetir mobil saya sendiri, sampai jauh, untuk hanya nongkrong di sebuah kampung nonton anak-anak kecil main bola. Seru sekali melihatnya. Sampai sekarang kalau saya melewati pertandingan bola anak-anak atau di pertandingan bola ala perkampungan, saya suka ujug-ujug berhenti, nonton, sambil menikmati jajanan khas kampung, es serut, cilok, kupat tahu, dan lain-lain.
Apakah sepak bola memang punya pengaruh ajaib? Saya sampai sekarang masih suka membeli dan memakai kaos jersey klub sepakbola, alasannya sih kaosnya enak dipakai dan warnanya keren. Untuk urusan mengenali pemain bola dan namanya, terus terang pengetahuan saya buruk sekali, karena pernah menyebut poster Del Piero sebagai Zidane, padahal yang satu botak dan yang lainnya tidak. Dan sama sekali engga mirip. Saya pun menikmati menonton pertandingan Persib lawan Persela dulu di stadion siliwangi, padahal serius yang nendang bola sama bolanya saya ga bisa bedakan, karena saya tidak pakai kacamata waktu menonton, tapi saya menikmati teriakan-teriakan bersama penonton lainnya, yang lain nyanyi saya ikut nyanyi, memaki saya ikut memaki, rasanya bahagia ya bisa teriak-teriak bersama orang satu stadion. Walaupun Bandung kalah euy waktu itu lawan Lamongan. Bae lah, engke deui mah, HALIK KU AING!.
Jadi, sukakah saya dengan sepak bola?
Gambar bola dari: http://soccerpostchesterfield.com/
Mia, maen bola lagi yuk… ;D