The Sundanese Tragedy

Kemarin malam saya ketiduran pas Abi Warhol Ara berbaik hati datang untuk dititipi buku Piet Mondrian idola Neng Lola tea (luket deh, webpagenya cakep dan ber-Mondrianisme). Bicara soal Mondrian yang senang memberi warna-warna mencolok pada bidang kotak-kotak, yang -anehnya- voila! jadi sangat artistik dan nyeni -mun ceuk urang Sunda mah- membuat saya siangnya, mencari-cari sarung motif Mondrian. Tapi tidak berhasil. Motif sarung cap mangga masih begitu-begitu saja. Eh malah saya belum mengerti apa hubungannya sarung diberi nama/diberi cap Mangga atau bercap Gajah Duduk -karena mangga tidak pernah bersarung, apalagi gajah, yang ukurannya susah. Eh tapi saya dapat hadiah 2 keping CD dari pembelian sarung ini, judulnya Arsitek-arsitek alam (tentang lebah, laba-laba, rayap) dan Keajaiban Dunia Bawah Laut (ada landak laut, nautilus, bintang laut) pokoknya keren sih. Si Mba-nya sempat bingung pas saya tanya ada ukuran S,M,L engga sarungnya? Dia mikirnya lama banget, sebelum menjawab tidak ada. Pasti dia mikir, dia yang bodoh atau yang nanya yang bodoh.

Nah pas Abi datang dan saya terkantuk-kantuk sambil menyetel TV, saya bengong menatap tayangan sinetron yang sangat -uhm- sangat apa yah, rada engga tega bilangnya. Pokoknya sangat jaman Tommy J Pisa dulu nyanyi dengan weepy dan sobbing itu lho. Pas lagu yang cerita ceweknya udah mendahului dia karena makan semangka diberi gula itu (yang ini asli ngarang, hehehehe). Saya sampai nanya ” Bi, ini beneran sinetron?” “Bener” jawab Abi. Di acara Indosiar entah TransTV itu, seorang wanita dengan hidung merah berair dan air mata bercucuran bernyanyi -entah melolong- mengingat tak mungkinlah bernyanyi dengan kondisi hidung bumpet dengan ingus. Settingnya di taman berbangku yang tentu saja diberi kabut -efek atuh efek, kan biar magis dan romantis- dari es kering yang disembur pake kipas angin sepertinya mengingat kabutnya sangat tidak alami. Nah sambil meratap-ratap, seorang pria berbaju putih, yang pastinya hantu (karena hebat dia bisa menghilang!), datang, hilang, dan datang lagi. Teu konsisten pokona mah. Wah ajaib pisan. Saya engga bisa tidak selain ketawa ngakak menonton sinetron ala India yang kerasukan Ram Punjabi itu.

Yah lumayanlah tayangan sinetron yang teu puguh begini, daripada pagi hari saya menonton berita pembunuhan lagi pembunuhan lagi. Sungguh tidak enak rasanya pergi ke kantor dengan rasa tercekik di tenggorokan melihat mendengar berita-berita di negara kita tercinta ini. Yang menyedihkan lagi, tentu saja, saya tidak bisa berbuat apa-apa. Atau belum bisa. Mau menolong da kumaha, mau cuek terus juga rasanya tega banget yah. Kudu jadi orang apatis terhadap berita di TV kali yah demi menyelamatkan hari saya menjadi buruk dari pagi sampai sore. Hiks, lama-lama saya jadi robot tanpa perasaan juga deh, tutup mata tutup telinga, karena kenyataan diluar itu sangat sangat memilukan. Maafkan saya kalau saya malah beralih ke Astro, demi menghindar sinetron dan berita-berita kriminal yang rupanya jadi santapan berita sekelas gosip selebriti biasa ketimbang jadi bahan untuk mengetuk hati nurani masyarakat. Eh tapi siyal juga tadi nonton National Geographic tentang Dian Fossey peneliti Gorilla, ternyata akhir hidupnya mengenaskan karena ditemukan mati terbunuh. Kemarin nonton Discovery Channel ga habis-habis tentang perang dan pembunuhan berantai pula. Ah dunia.

Yah sudah, soal sinetron dan berita kriminal ini mari kita tinggalkan untuk direnungkan kemudian. Sementara ini saya persembahkan lagu dari A Rafiq.

Jangan jangan samangka
samangka digulaan
sadia pasaran ngajongkeng di kuburan
sapatu butut

Harap nyanyikan dengan cengkok dangdut tentu saja, dengan nada yang asli liriknya ini, jangan pura-pura tidak hapal ya, karena lagu ini terkenal sekali seperti halnya lagu Colak-colek Camelia Malik:

Jangan jangan samakan
dia dengan yang lain
bibirnya yang merah
senyumnya menawan
Rambutnya terurai
hitam dan bergelombang
dialah milikku tempat berkasih sayang
milikku seorang

ps:
Kalau ada yang tahu ada yang jualan sarung motif dibawah ini tolong beri tahu saya yah. Atas perhatian dan kerjasama yang baik, diucapkan terima kasih.

pps:
Lagu di atas dinyanyikan dengan mukul-mukul meja lebih enak

ppps: istilah Sunda untuk mukul-mukul meja dengan irama tertentu adalah tatalu

pppps : malam ini saya memang lagi susah tidur, jadi harap maklum dengan posting yang satu ini