Pontianak bagi saya sangat fenomenal dalam sejarah hidup saya, karena kota Pontianak adalah tanah yang pertama kali saya dapat kunjungi di bumi Borneo yang kaya pesona ini. Mungkin sebagai tujuan wisata, Pontianak tidak sangat gencar dipromosikan sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia, tetapi sebagaimana mengutip kalimat dari Marcel Proust,
“The real voyage of discovery consists not in seeking new landscapes, but in having new eyes.”
Dalam hal ini saya terjemahkan menjadi keindahan dapat ditemukan dimana saja, tergantung bagaimana mata kita melihatnya.
Pertama berkeliling di kota Pontianak, rasanya menyenangkan melihat daerah yang terbentang luas tanpa terkungkung gedung beton yang tinggi, rasanya paru-paru dan mata terbebaskan untuk menghirup udara bebas dan memandang sejauh kita bisa. Matahari memang terasa terik menyengat, patut dibayangkan bagaimana tidak, Pontianak terletak pas di garis khatulistiwa, dimana berada titik 0 garis lintang melewati. Tanggal 20 Maret dan 23 September adalah equinox dimana pada saat itu tidak terdapat bayangan bila kita berdiri di bawah sinar matahari, juga biasanya terdapat sun outage yang merupakan gangguan distorsi sinyal di geostationery satellite akibat interferensi radiasi matahari yang tinggi.

Kota Pontianak awal didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie pada tahun 1771 di persimpangan Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Kapuas Besar. Sungai Kapuas, sungai terbesar dan terpanjang di Kalimantan mengaliri kota ini menjadi urat nadi perekonomian sebagai sarana transportasi dimana kapal-kapal besar dapat melewatinya. Komoditi terbesar daerah ini adalah karet dan sawit, yang mana fluktuasi perekonomian tergantung pada tinggi rendahnya harga komoditi ini. Selain itu daerah Pontianak juga terkenal dengan produksi tanaman lidah buaya yang melimpah dan diolah menjadi bahan baku kosmetik, berbagai penganan dan minuman. Talas juga melimpah sehingga oleh-oleh terkenal dari Pontianak adalah keripik talas. Nanas dan jeruk pun melimpah, banyak kuliner Pontianak yang menggunakan buah-buahan ini. Misalnya Pu Yong Hai, dadar telur tebal campur daging ayam, kepiting atau sapi, disini disajikan dengan potongan nanas dan siraman saus asam manis yang segar.
Karena Pontianak juga banyak didiami oleh penduduk keturunan Cina, untuk perayaan tahun baru Cina atau Imlek biasanya dirayakan sangat meriah untuk acara festival Cap Go Meh. Cap Go Meh adalah hari ke limabelas di bulan pertama di tahun yang baru, dan di Pontianak festival ini menjadi perayaan yang sangat menarik perhatian turis. Kebudayaan Dayak, Melayu dan Tionghia mewarnai kebudayaan di Pontianak menjadikannya menarik penuh keunikan tersendiri.

Tempat menarik untuk dikunjungi dan menjadi ikon di kota Pontianak adalah tugu garis khatulistiwa terletak di Pontianak Utara. Melewati sungai Kapuas yang lebar dan menjadi urat nadi perekonomian, tak terlalu jauh dari pusat kota kita dapat berkunjung kesana dalam hitungan belasan menit saja. Tentu saja, di Pontianak dia macet ketat seperti Jakarta. Selain itu Istana Kadariah yang merupakan istana kesultanan Pontianak yang didirikan Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, merupakan tempat bersejarah yang wajib dikunjungi bila kita berkunjung ke Pontianak. Sultan Syarif Abdul Hamid Alkadrie, putra sulung Sultan Pontianak ke-6, merupakan tokoh yang telah membuat desain lambang negara kita Burung Garuda.



Awesome work.Just wished to drop a comment and say i’m new your journal and adore what i’m reading.Thanks for the share
Seru kayaknya nih semoga saya juga bisa berkunjung ke Pontianak