Mungkin aku cuma rindu. Rindu obrolan dan ucapan yang berbeda. Saat kita masih melihat dengan pandangan mata yang naif, praktis, terkadang bodoh. Sekarangpun masih, bodoh maksudnya. Tapi sekarang kita menjadi dua manusia yang dingin, acuh tak acuh dan kaku seperti kanebo kering.
Kamu mungkin merasa biasa. Dan seperti yang sudah aku yang akan jadi tersangkanya. Bahwa aku banyak berprasangka, tidak pengertian, mudah emosi dan marah untuk hal yang menurut kamu, remeh.
Aku tidak menyangkal untum hal itu. Tapi karena aku yang tahu pikiranku sendiri maka aku tahu aku sedang rindu. Rindu hal-hal kecil yang kau lakukan, tertawa untuk setiap kebodohan di luar sana, tapi kebanyakan kebodohan diri kita sendiri. Rindu hadiah-hadiah kecil yang kau beri walau itu hanya sebuah gelang dari kerang yang kau beli di pantai. Rindu ciumanmu di kening dan mataku.
Kau berubah banyak kau tahu? Delapan belas tahun itu merubah kamu seperti Bandung jadi punya jembatan layang Pasupati. Dulu kamu adalah jalanan damai yang sepi dengan pohon teduh kiri kanannya. Kini kamu adalah jalan pilar beton dengan kendaraan berat yang hiruk pikuk melaluinya setiap hari.
Kamu berubah dan aku bodoh masih berharap kembang api masih menyala di matamu dan lilin-lilin dinyalakan saat malam sepi bertabur bintang.
Kini bintang sudah hilang tertelan cahaya kota..dan jalan kecil penuh pohon itu hanya tinggal foto yang tercetak dalam ingatan saja.
Untuk kamu. Ya kamu. Gelang kerang pemberian darimu itu masih kusimpan aman. Di laci kantorku dan kulihat kadang dengan bahagia. Tapi kebanyakan dengan murka putus asa.


Leave a comment