Untuk Dodi, yang ini tidak perlu ditebak..
Suatu hari aku pernah bertanya pada dia, di suatu pagi yang dimulai dengan telepon jarak jauh dengan obrolan yang absurd seperti biasa, karena biasanya satu jam obrolan kita, 99,9% adalah tidak penting,
“Kevin, aku mau tanya…” kataku seserius mungkin sambil bersembunyi di antara tumpukan kardus di gudang, sebelah ruangan kerjaku. Biasanya aku nyumput disitu kalau teleponan sama dia.
“Apakah kamu bakalan tetap sayang sama aku, sampai aku nenek-nenek nanti?”
Hening sebentar,
“Tapi kan Kyra, kamu juga sekarang udah kayak nenek-nenek”
“Harus ya, untuk selalu bikin aku kesal?”
“HAHAHAHA…”
Hari lainnya tidak lama setelah itu, telepon pagi harinya saat aku masih menyetir menuju kantor, pakai earphone di telinga sebelah.
“Aku lelah Kyra..”, katanya.
“Soal kerjaan?”
“Iya”
“Oh begitu..”, kata “seperti itu” belum dipopulerkan Syahrini pada saat itu. Jadi aku menjawab oh begitu.
Aku tidak tanya detail. Nanti panjang. Menjabat di perusahaan dengan status senior management mungkin kadang-kadang melelahkan ya? Entahlah, aku sih belum nyoba, soalnya sampai sekarang masih di posisi piramida bawah. Lanjutnya,
” Hei, Kyra, gimana ya kalau aku jadi gigolo? Laku engga ya?”
“Hah, siapa yang mau?, ibu-ibu PER*******?” aku menyebutkan satu organisasi istri-istri karyawan yang ngeheits banget dengan kegiatan sosialnya.
“Lumayan kan bayarannya..”
“Lumayan kalau ada yang mau booking, tapi mengingat bodi kamu sekarang, kayaknya yang harus duluan dilakukan ya ngurusin badan dulu, stamina..ingat stamina, kamu kan jarang olahraga?”
“Kamu mau jadi mucikari saya?”
“Berapa bayarannya?”
“Kayak RA tuh”
“Siapa RA?”
“Kamu gak pernah baca berita ya. Itu mucikari online..”
“Tapi aku gak yakin kamu ada yang mau bayar…meragukan soalnya, fitness dulu gih, tapi bolehlah 80%”
“Gede banget..ga bener ah pembagian komisinya”
“Resikonya juga gede..”
Demikianlah wacana gigolo mucikari yang aku kira gara-gara otaknya rada gegar karena kebanyakan meeting.
***
Kalau ada yang berpendapat Kevin tidak bisa atau jarang berkata-kata romantis, itu benar adanya. Jangan pernah diharapkan. Boro-boro kata-kata romantis, mengingat hari ulang tahunku saja dia selalu gagal. Dan ini sudah berlangsung selama 18 tahun. Sekalipun dia tidak bisa memberi selamat di hari yang benar. Bahkan dia selalu menambah tahun lahirku dua tahun lebih tua. Dan dia sudah cukup bangga bisa mengingat bulan lahirku saja.
Bulan kemarin, tumben banget pas Kevin meneleponku dia bilang,
“Hayoo…minggu depan ulang tahun ya?”
“Tumben, inget” kataku dengan nada judes.
“Ingat dong..” katanya ceria.
Rasanya sih aku engga percaya dia bakal ingat. Berani bertaruh deh. Cuma siapa juga yang bisa diajak taruhan beginian.
Pas hari H-nya, aku setengah menunggu setengah berharap dia menelepon. Tapi seperti dugaanku, nihil. Sebel sih, tapi kan sudah biasa. Tengah malam whatsappku berdenting, kebetulan aku belum tidur. Pas aku baca tulisannya,
Aku lagi engga enak badan.
Ingin sih menelepon dan menanyakan, sakit apa. And so on and so on. Cuma gimana yah… agak kesal sih. Pas sakit baru deh ingat sama aku. Dari tadi kemana aja?.
Besoknya masih tidak ada ucapan, boro-boro. Siangnya ada whatsapp message lagi,
Aku masih sakit.
Aku jawab aja semoga cepat sembuh, cuma bisa mendoakan.
Iya lah, jaraknya ribuan kilometer dari tempatku tinggal, walaupun ingin tentu saja aku engga bisa antar dia ke dokter, menempelkan kompres di keningnya, memberi obat, dan menungguinya kalau ngigau. Seumur aku kenal dia, tidak pernah aku berada di kota yang sama dengannya. Jarak terdekat yang pernah terjadi masih sekitar 300 km, dan disaat itu aku dan dia juga lagi tidak dalam kondisi clbk. Pernah ada tahun-tahun dimana aku jarang kontak, seingatku sesekali sih masih, itupun dia menginterogasi aku pacaran dengan siapa dan entah bagaimana dia berhasil memantau detail percakapanku di telepon. Dan aku kesal karenanya.
Hari lebaran tiba, yang berjarak sekitar 2 hari setelah aku ulang tahun.
Malam lebaran jam 2 pagi, Kevin mengirim ucapan mohon maaf lahir batin dan etc, dan tidak aku jawab. Aku kesal. Sebetulnya itu cukup manis, mengingat dia selalu jadi orang pertama yang mengucapkan Minal Aidin Wal Faidzin, sejak bertahun-tahun lalu. Sebelum puasa kemarin pun cuma dia yang menelepon dan mengucapkan selamat berpuasa di bulan Ramadhan, dan hari-hari berikutnya dia mengecek apakah aku puasa atau tidak. Dan ini manis, karena dia Kristen.
Jam 6 pagi dia menelepon. Aku sedang siap-siap akan shalat Ied. Sedang wudhu. Aku biarkan.
Dalam hati. Iyaaa…aku maapin.
di Line dia mengirim lagi ucapan selamat Lebaran. Aku jadi merasa jahat. Sepertinya ucapan standar yang broadcast itu, tapi kemudian dia mengirim lagi yang lebih personal. Total sudah 3 kali kirim ucapan lebaran.
Jam 9 pagi dia menelepon. Ya sudah aku angkat deh.
“Kyra, maafin aku ya..selamat lebaran..etc etc..etc..”
Aku hanya menjawab,
“sama-sama”
Kemudian hening. Kevin pasti tahu aku jengkel dan kesal. Tapi dia tidak bertanya apapun.
“Sudah ya..” katanya.
Aku menutup telepon.
Jam dua siang aku merasa jahat sekali pada Kevin. Bukan salahnya kalau dia amnesia soal ulang tahunku, memang rupanya ada bagian di otak dia yang engga beres dalam mengingat tanggal lahir. Sedih sih, karena mungkin buat dia ulangtahunku engga penting. Tapi kan selama ini juga aku tidak menganggap ulang tahun itu penting. Dan hei, sejak kapan aku bisa ingat tanggal ulang tahun teman-temanku? Aku juga pikun.
Akhirnya aku menelepon, tengsin sih. Tapi ya sudahlah.
“Hei..tadi kamu menelepon ya? Ada misscalled..”, kataku bohong. Misscallednya kan tadi pagi.
“engga kok..oh itu tadi pagi..”
“minal aidin walfaidzin”, katanya.
“iya..dimaapin! lagian dari tadi udah ngucapin melulu!”
“biar afdol”
“kebanyakan! ntar jadi hilang maknanya”
“abis marah melulu”, katanya.
“udah makan ketupat?”
“udah”
“udah makan opor ayam?”
“udah”
“aku ngantuk sekali..semalaman jaga posko siaga lebaran..” katanya.
“pantas malam-malam bisa kirim-kirim pesan, biasanya tidur”
“kamu kesal ya sama aku?”
“enggak..”
“sudahlah Kyra jangan boong, aku tuh tau banget kamu lagi kesal, lagi marah, lagi senang, dari nada suara kamu saja..”
“iya kesal”
“kenapa?”
“kamu amnesia…ngeselin banget, masa seumur-umur kamu tuh engga pernah ingat tanggal lahir saya??, waktu kamu ulang tahun kan kamu juga marah waktu aku engga ucapin selamat, aku ingat banget, kamu bilang aku jahat! orang lain saja ingat”, kataku nyerocos seperti senapan mesin.
“Loh emang kamu kapan ulang tahun?”
“kemarin, tanggal 15!”
“lah baru kelewat 2 hari aja ngambek, ya sudah selamat ulang tahun!”
“ya ga bisa gitu dong! engga sah..”
“aku pikir tanggal 27 Juli!”
“itu tanggal lahir siapa? pacar kamu yang mana?”
“pacar…..??”
“iya, ngarang mulu nih..tanggal lahir siapa abisnya?”
“loh masih bagus kan aku ingat bulan? maklumin dong sekarang kan aku sudah tua, sudah 45 tahun!”
“umur kamu kan belum 45 tahun!”
“iya kan dibulatkan”
“jauh sekali pembulatannya”
“Kan dibulatkan ke atas!”
“ya ga gitu dong metode pembulatan!, ada aturannya, kamu kayak bukan orang keuangan saja!”
“Bagus kan dibulatkan ke atas, aku baik artinya”
“tauk ah..emang kamu ngeselin….”
“hehehe..udah ya..mau bobo”
“Gih..”
Jadi begitu lah Kevin. Menyebalkan kan? Di hari ulang tahunnya awal tahun ini aku memang sengaja tidak memberi ucapan selamat. Ngetes ceritanya. Padahal aku ingat. Ingat banget lah, PIN atmku kan pakai tanggal lahir dia.
Siangnya di Line, dia kirim pesan. Ini kutipannya, tanpa balon-balon. Udah dihapus soalnya. Jadi no screenshoot ya
Kamu jahat, Nuy aja ingat.
Aku jawab,
Jahat apaan?
Pokoknya jahat…
Ooooohhh…. ulang tahun ya? Oke deh…selamat ya!
Taukkk ahh..
Nah gitu deh. Dia sendiri mau diucapin selamat ulang tahun kan?
Dan kemarin aku nelepon Kevin.
“Heyy…sekarang kan tanggal 27”, kataku.
“trus?”
“kamu kok engga ngucapin selamat ulang tahun?”
“loh kan udah ulang tahunnya?”
“tapi kan kamu nganggap aku ultah tanggal 27! kok tetap aja engga ngucapin selamat?”
“tapi kan aku ingat bulan! Juli! aku ingat kok! lahir tahun 72!”
“astaga! kenapa aku tua sekali?”
“ya sudah, 78!”
“Udah lah..sekarang ga penting deh kamu mau anggap aku lahir tahun berapa aja, tanggal berapa aja, TERSERAH! yang penting mana kadonya?”
Kevin tertawa…
“Aku mau kado aja!”
“Tapi aku belum ke Singapore!”
“apa hubungannya?”
“kata kamu kan kalau aku ke Singapore, kamu mau doakan aku menang judi, jadi bisa beliin handphone”
“engga..aku ga mau nunggu kamu ke Singapore, lagian dosa ah judi, duitnya gak halal!”
“yasudah,..mau handphone apa?”
“ES ENAM!”
“Ebuset..handphone cina aja ya?”
“loh kok handphone cina..?”
“bagus tau..udah 4G!”
“ok tapi sama gear bandnya!”
“engga bisa, kan ga masuk perjanjian. mintanya kan handphone, bukan seperangkat handphone plus gear band!”
“tapi aku mau gear band!”
“Ya sudah buat entar ulang tahun di tahun depan ya! entar hadiahnya gear band!”
“kok kado dicicil sih!”
Kevin tertawa.
Kevin, suatu hari akan kutulis buku. Untukmu. Hadiah ulang tahun.
Like this:
Like Loading...
Read Full Post »