Feeds:
Posts
Comments

Archive for the ‘Poetry’ Category

Wishing You Were Here

Nemu puisi tentang kopi. Rasanya cocok banget dengan perasaan saya pagi tadi. Sewaktu sakaw kopi.Ngopi plus baca Remy Sylado

Wishing You Were Here . . .
by Karen Suriano

Last night was wonderful making love to you
My fingers instinctively knew just what to do
If I could play piano like my hands played you
I’d be a hit anywhere, in any venue
Absolutely fabulous making love to you
Maybe next time you could be there too
But alone with the sunrise, I'll fire up the brew
God knows I need my coffee more than I need you

Dan ada satu lagi dari seorang penyair Urbanpop

Coffee poems

by Leon Lowder First cup:
I just wanted to run naked
through the streets screaming
at the top of my lungs
But I'm not so pretty and my coffee cup is small.

Second cup:
The coffee cup falls quietly to the floor
shattering and splashing everywhere.

Third cup:
She was carrying a bag of coffee cups
at her side gently rattling and rocking
against her legs
always threatening to break but never breakin

"Pada cangkir pertama. Aku ingin berlari telanjang melewati jalan, berteriak memekik, namun aku tak bisa seperti itu, cangkir kopiku terlalu kecil"

Read Full Post »

Sepenggal Puisi dari Sapardi Djoko Damono

Water Lily

Bangun dari tidur dengan enggan. Pagi muram. Lagu malam masih membayang. Mengingat mimpi yang tidak jelas, rupa yang tak nyata. Menelusur jalan dengan sepotong lagu di benak. Terpaku di itu-itu saja. Kekurangan kata apalagi merangkainya. Puisi ini menghiburku. Mengungkap isi kepalaku, dengan singkat, dengan jelas.

NOKTURNO

Sapardi Djoko Damono

Kubiarkan cahaya bintang memilikimu

Kubiarkan angin yang pucat dan tak habis-habisnya

Gelisah, tiba-tiba menjelma isyarat, merebutmu …

Entah kapan kau bisa kutangkap

Read Full Post »

Buku-buku, puisi, dan nyamuk

Malam ini kondisi saya sangat complicated. Antara pusing melihat lemari buku-buku saya yang sudah uncategorized, berantakan, lemarinya nyaris rubuh, dan sebal pada nyamuk-nyamuk yang sibuk sekali rupanya malam ini dalam hal mencari celah untuk menghisap darah segar saya.

Kalau saja si brondong Harry Potter itu bisa dipinjam tongkat sihirnya, dengan senang hati saya akan membereskan buku-buku saya dengan sekali kibas.  Saya ingat terakhir saya membereskan buku-buku saya, ehm, sekitar, ehm tiga tahun yang lalu. Itupun karena saya menemukan ada buku saya yang dikerikiti tikus! Yang judulnya Quo Vadis pula! Buku langka yang saking langkanya sekarang malah hilang dipinjem saudara, yang sialnya saya lupa siapa.  Penemuan buku rusak ini diakhiri dengan pemberesan besar-besaran, mengelap, menghisap debunya, dan memesan lemari baru (yang sekarang sudah tidak memadai lagi). (more…)

Read Full Post »

Dendam Kesumat

Dendam..

Karya kakak sepupu saya, bertahun-tahun lalu, dimuat di harian PR entah hari apa tanggal berapa…

Dendam

karya : Lela Candrawulan

ataukah aku harus

mengobrak abrik langit
yang sebentar jingga

sebentar ungu

untuk mencari bulan sabit

kemudian kutikam ke dadamu

seperti engkau

mencabik-cabik hatiku

dengan panah berbisamu

Review : Ungkapan hiperbolis yang jelas-jelas mengungkapkan kemarahan luar biasa dan optimisme yang tinggi. Mengapa engga mencoba mengobrak-abrik pasar? Selain resiko tertinggi dilabrak preman pasar, kemungkinan mendapat clurit akan lebih mudah, kalau bulan sabit yang dimaksud disini adalah clurit.

Saya simpulkan, lelaki yang menyakiti hati si Teteh adalah seorang neurotik (bener teu nya nulisna?) yang jelas punya kecenderungan aneh dengan membawa-bawa panah. Atau mungkin dia pemburu gila yang lebih memilih panah daripada sumpit. Atau mungkin dia orang Kubu suku Anak Dalam. Atau orang Papua yang masih memiliki panah sebagai senjata. Atau orang Indian.

Read Full Post »

%d bloggers like this: