Hongdae adalah nama daerah di kota Seoul, Korea Selatan. Tepatnya di distrik Mapo-Gu. Dinamakan Hongdae karena diambil dari Hongik Daehakgyo, Hongik University (홍익대학교), dan daerah ini sangat menyenangkan bagi anak muda karena banyak sekali kafe yang cantik dan trendy serta ramai di malam hari penuh dengan art performance, pemusik indie, dan musisi underground.
Selain banyak kafe yang sangat menyenangkan untuk duduk-duduk dan ngupi-ngupi centil, disana pun banyak terdapat penginapan berupa guest house dan hostel yang murah namun sangat bersih dan nyaman. Transportasi pun sangat mudah karena terdapat stasiun subway yang dekat dan kalau berjalan kaki kemana-manapun nyaman dan menyenangkan karena trotoar yang lebar, jalanan yang bersih, dengan trafik yang sepi dari mobil dan kendaraan bermotor lainnya.
Saya bahagia sekali di awal tahun 2017 lalu bisa liburan ke Korea bersama anak-anak. Kami menginap di Hongdae dan tidak ingin pindah ke daerah lain, kecuali di hari terakhir kami menginap di Incheon hanya karena tidak mau bangun pagi untuk pergi ke bandara. Kami menginap di Studio 41 dan Pencil hostel, keduanya di Hongdae. Karena kami berempat kami mengambil kamar dengan 4 tempat tidur, lengkap dengan dapur mini. Ada pula mesin cuci sehingga kami tidak mesti pusing membawa baju kotor kalau pulang nanti.
Kami betah sekali di Hongdae sehingga rasanya malah jadi malas kemana-mana. Daerah ini cocok untuk anak-anak saya yang berusia remaja. Dimana-mana seliweran oppa oppa ganteng dan gadis-gadis yang cantik dengan pakaian musim dingin yang modis. Mantel-mantel berwarna gelap tampak kontras dengan kulit Korea yang putih dan mulus.
Hari pertama kami tiba di hari Senin tanggal 2 Januari, dimana kemeriahan tahun baru telah lewat. Suasana pagi di bandara cukup sepi. Kami pun tidak terburu-buru ke tempat kami menginap karena masih ingin bersantai di bandara Incheon yang megah. Hal pertama yang kami lakukan adalah membeli wifi egg router yang telah saya pesan sebelumnya melalui internet. Bila kita memesan jauh hari sebelumnya akan mendapat potongan harga lumayan dan barangnya sudah disiapkan sehingga kita tidak menunggu lama. Bila dirupiahkan biaya sewa egg router ini sekitar Rp 300.000,- untuk seminggu bila tidak salah. Saya lupa persisnya. Bonnya juga sekarang sudah hilang.
Setelah urusan router dan membeli kartu subway kami lalu langsung pergi ke Hongdae. Saya tadinya agak cemas juga keluar dari stasiun MRT menuju penginapan, kebayang deh menyeret koper sejauh 1 km di udara sekitar 0 derajat celcius. Tapi ternyata kekhawatiran saya langsung sirna. Trotoar disana sangat mulus dan banyak taman indah untuk duduk-duduk bila lelah, sehingga bawa koper sepanjang jalan tidak terasa.
Saat udara sangat dingin di malam hari kami menyempatkan masuk ke salah satu kafe cantik disana. Kalau soal harga engga jauh sih dengan kafe di Indonesia, ya segitu-gitu juga lah, tapi kok rasanya enak banget ya disini, entah karena suasana atau karena kami sedang kedinginan, menghirup kopi panas dan coklat dengan marshmallow ini luar biasa rasanya.
Beberapa malam kami seringkali menghabiskan waktu berjalan-jalan di seputaran Hongdae melihat keramaian, melihat performance di jalan, atau sekedar memperhatikan orang yang lalu lalang. Kami mencicipi berbagai jajanan pinggir jalan, terutama Oden, karena enak sekali makan Oden sambil menghirup kuahnya di udara Hongdae yang menusuk tulang saking dinginnya. Ada juga kue berbentuk ikan yang berisi kacang merah yang sedap, juga tteokbokki bersaus merah pedas yang jadi kesukaan anak saya Dinda. Rasanya kami jarang masuk restoran karena kenyang makan jajanan pinggir jalan seperti ini. Tapi di hari terakhir di Hongdae saya menemukan resto kecil yang dagingnya semua sapi. Yay! dia tidak jual daging babi. Akhirnya kami makan disana. Rasanya lezat sekali dagingnya digunting-gunting dipanggang di bara api. Dimakan berserta gulungan selada dan tambahan irisan acar bawang bombay. Luar biasa enak.
Apa iya harganya gak beda jauh sama di Indonesia ya