Kamu tidak sadar telah seringkali membuatku cemburu setengah mati. Kadang aku menangis sendiri di malam hari atau di kamar mandi karena air mata bisa langsung hanyut dan aku keluar dari kamar mandi seolah tidak terjadi apa-apa.
Saat kubilang padamu, kamu jawab ringan, loh kan itu biasa saja. Aku jawab dengan nada tinggi, “biasa itu menurutmu, tapi aku……” lalu kalimatku terhenti karena kamu lihat perasaanmu tidak akan sampai pada titik pikiranmu.
Lalu kau bilang itu bedanya kamu dan aku dalam hal berpikir dan memandang masalah. Kau selalu membesarkan perasaan dan aku logika. Katamu. Lalu aku bilang, apakah perasaan kita berdua ini butuh logika? Since when? Bila logika kita jadikan alasan, kita tidak akan dalam situasi ini. Lalu kami diam. Diam.
Aku tidak pernah membahas itu lagi. Bila kau tidak mau bertemu aku, ya sudah aku katakan aku akan jalan dengan orang lain. Makan malam, atau menonton film. Jadi setiap kau bilang kau ada acara, ya akupun demikian.
Sampai pada titik dimana kau menanyaiku sepanjang malam kemana aku pergi, apa yang aku lakukan, dengan siapa, sampai dimana. Persis lagu kangen band.
Dan aku tanya kamu, boleh aku berciuman dengan pria teman jalanku itu? Kamu diam, lalu kau jawab dengan berbagai alasan, apa yang bisa terjadi bila perempuan begitu mudahnya jatuh di pelukan lelaki. Aku jawab, aku tidak tanya itu, aku hanya tanya perasaanmu. Kau jawab setengah berteriak, “TIDAK, TIDAK BOLEH!”. dan pastilah hanya egomu yang menahanmu untuk tidak bilang bahwa aku cuma milikmu. If I can’t have you so there’s no others Seperti temanku pernah bilang karena melihat sikapmu.
Lanjutmu, karena aku tidak tahu apakah aku memiliki hatimu 100%. Dalam hatiku kujawab, sebenarnya ya, seratus persen. Namun hal itu akan kusimpan saja. Buat nanti kapan-kapan. Karena aku suka kamu cemburu.
Weuu,,,bagus nih jadi sinetron