Ini kayaknya problem orang tua semesta yang anaknya baru menanjak gede. Emang tidak semua anak, ya sih..tapi andaikan nih ya..andaikan Anda menemukan anak baru gede, entah SMP atau SMA merokok; apakah menemukan bungkus rokok di kamarnya, ataupun misalnya kegep merokok, atau menemukan bajunya bau rokok, apa yang akan kita lakukan?
Anak laki saya yang ganteng dan sekolah di SMA, merokok. Tepatnya beberapa waktu lalu dia ketahuan dan susah sekali diberitahu untuk berhenti merokok. Sekarang sudah engga lagi. Jadi mari kita bahas sejarah bagaimana seorang anak jadi merokok, dan sukur Alhamdulillah, berhenti merokok.
Sewaktu SMP, anak laki saya benci pada yang namanya rokok. Cewek merokok apalagi, emak-emak merokok? Lebih parah lagi. Pokoknya dia say no to rokok. Apalagi anak saya punya asma kambuhan. Udara bersih segar selalu menjadi prioritasnya. Lalu bagaimana cerita anak saya itu menjadi terjerumus kepada rokok?
Pergaulan. Iya. Namanya berteman dengan orang-orang, tepatnya disini anak-anak SMA yang lagi coba-coba nyari jati diri dan merokok, ternyata membuat anak saya jadi merokok. Mau marah (iya sih marah) tapi katanya marahin anak juga salah marahnya bisa fatal, mending kalau nurut, kalau tambah melawan gimana.
Saya sih pendekatannnya persuasif saja. Saya katakan saya tidak suka anak saya merokok dengan berbagai alasan logis yang saya bias kemukakan. Kesatu, tentu saja kesehatan. Kedua, masih kesehatan. Ketiga, pemborosan, saya coba kemukakan hitung-hitungan pemborosan yang dia lakukan VS uang yang bisa dia tabung untuk beli mother drive atau sound card buat komputer. Keempat, soal prinsip. Masa bodo sekitar kita mau ngerokok atau tidak, orang yang punya prinsip mah engga akan tergoda. Engga akan takut diledek, apalagi dihina untuk hal-hal yang gak penting seperti keberanian. Berani atau tidak kan ukurannya bukan dari merokok.
Obrolan macam gini saya lakukan setiap ada kesempatan, tapi bentuknya diskusi saja, tanpa menggurui dan mengomeli dia. Lagipula tipikal anak saya keras, kalau dimarahi malah melawan. Sepertinya kunci disini adalah cara berkomunikasi yang hangat dan terbuka dengan anak.
Sekarang anak saya lagi rajin olahraga, merokoknya berhenti juga. Banyak makan sayur, dan bawa bekal makanan ke sekolah. Jajan pun dia sekarang jarang. Katanya lagi menerapkan pola hidup sehat. Pas saya tanya kenapa, dia bilang, ya kepingin saja. Mendingan olahraga, makan makanan sehat. Lagi ngebet pengen punya badan bagus, lagian merokok bikin napasnya sesak katanya. Saya jadi bernapas lega. Tanpa harus marah-marah, tanpa harus menghukum, dan tanpa cara-cara keras lainnya.
Mungkin ada yang mau meniru cara saya?
nah, ini mungkin nggak cuman diterapkan ke anak, buat yang pasangannya merokok efektif juga dengan cara diskusi tanpa nggurui dan mengomeli. hehehe
riweuh pergaulan anak muda mah, si anak kadang lebih takut di hakimi kawan2 nya daripada orangtua nya
Keren mbakk,,