Hari Sabtu dan Minggu kemarin adalah akhir pekan yang menyenangkan banget buat saya. Namanya juga pulang ke Bandung kumpul dengan keluarga. Hari Sabtu pagi dimulai dengan kegiatan menyenangkan pula. Pijat! ada ibu-ibu langganan saya bernama Mba Mega yang setiap pekan ke rumah saya untuk pijat dan lulur. Serius, saya berani bersumpah pijatan tangannya lebih nyaman dari semua spa atau tempat pijat apapun yang pernah saya coba.
Lalu siangnya karena Drea belum pulang juga dari ekskul, akhirnya saya pergi berdua dengan suami ke PVJ untuk nonton. Kalau Dimas jangan diharap deh. Lagipula dia baru pulang kemping di Burangrang, mana mau dia pergi. Lagi normal saja ogah, apalagi sedang ngantuk model gini.
Saya antusias sekali. Soalnya lagi banyak film-film bagus yang dinanti. Sabtu ini saya nonton di CGV yang sedang direnovasi sebagian, bikin sumpek dan bingung deh. belum lagi antrian toilet yang mengular. Menyebalkan. Tapi tidak mengurangi semangat saya nonton sih. Salah satunya karena saya suka film koboi. Wild Wild West. Jaman keemasan cowok-cowok ganteng naik kuda. Walau dekil berdebu tetap ganteng. Jago tembak pula.
Jadi untuk sore ini saya nonton Seven Magnificent. Denzel Washington kata review disebut-sebut sebagai magnet daya tarik buat film ini, beberapa nama lain saya tidak ingat-ingat amat, kecuali Ethan Hawk yang mantan suami Uma Thurman. Tapi biar saja tidak ingat nama-namapun yang main ganteng-ganteng. Juga ada Haley Bennet jadi tokoh cewek yang menurut saya cantik bukan main. Saya mengingatnya sebagai penyanyi di film Music and Lyric yang dibintangi Hugh Grant dan Drew Barrymore.
Saya bukan reviewer film yang baik. Soalnya tidak suka mengkritisi. Saya mudah terpuaskan. Mau ceritanya klise atau tidak, selama yang main ganteng dan seru ada tembak-tembakannya, saya sudah bahagia. Tapi menurut saya film ini sama sekali tidak jelek. Berapapun rating Rotten Tomatoes yang didapat saya tetap suka dan menganggap tidak rugi sama sekali nonton film ini.
Saya sih cuma sibuk menghitung jumlah peluru dari tiap pistol yang ditembakkan, kalau lebih dari enamm saya baru keheranan. Dan saya juga tidak habis mengerti kenapa gaya Denzel Washington nembak itu kayak yang engga stabil, nyanggeyeng kalau kata bahasa Sunda, kaki berdiri dengan lutut agak rapat terus bertopang ke kaki satunya. Lah kan aneh ya.
Saya engga mau bahas jalan cerita, ntar jadi spoiler. Pernah dengar engga ada orang yang teriakin spoiler terus digebukin orang sebioskop? nah saya engga mau jadi orang kayak gitu.
Hari Minggu saya pergi berdua saja dengan Drea, ke PVJ lagi. Astaga. Drea sampai tanya Emak engga bosan apa ke PVJ melulu. Terus kata saya, ya maunya sih ke Pacific Place de, tapi kan PP mah di Jakarta. Menyenangkan sekali jalan berdua anak ini. Lebih rame sih memang kalau ada Anis, Dinda dan Dimas. Pasti lebih rame. Terutama ada Dimas yang suka jahil pada yang lain.
Eh sebelum ke PVJ sebetulnya saya ke Istana Plaza dulu, dengan teman Drea. Jadi kami bertiga. Drea perlu beli handphone baru. Lalu kami makan bertiga di Pepper Lunch. Sempat juga foto-fotoan bertiga ala alay jaman sekarang. Hihi.
Nah di PVJ kami menonton Miss Peregrine’s House for Peculiar Children. Tadinya pengen nonton di 4DX tapi jadwalnya lebih sore, sementara itu saya malas pulang malam, soalnya macet luar biasa deh kalau keluar dari PVJ.
Film dari Tim Burton selalu menarik. Agak-agak dark gitu kan, sedikit horror tapi engga nakutin. Menyenangkan sekali menonton film yang tervisualisasi dengan indah dari sebuah cerita fantasi. Engga sadar saya menghabiskan popcorn saya satu wadah, untung beli yang kecil, ini aja udah bikin saya kleyengan. Ampun, saya kan punya kecenderungan hipertensi. Langsung saja saya minum air putih banyak-banyak.
Mau bahas tentang film ini tapi saya keburu ngantuk. Maaf deh, engga jadi ya.
Cantik mbak putrinya..hehe