
forrest gump box of chocolate
“life was like a box of chocolates. You never know what you’re gonna get.”
Ini apa yang dikatakan Tom Hanks saat berperan sebagai Forrest Gump, saat dia duduk menunggu bis.
Benar juga sih apa yang dikatakannya. Saya merasakan dalam dua bulan ini terjadi banyak perubahan. Pindah tempat kerja, pindah kota, walau masih di perusahaan yang sama. Yang tadinya bangun pagi tidur lagi, sekarang bangun pagi terus lari pagi, setiap hari. Hal ini salah satunya. Belum hal-hal lainnya.
Saya masih ingat di suatu sore di minggu pertama bulan April 2016, ya tepatnya bulan kemarin. Masih anget tai ayam kan ya? Jadi kepikiran yang bikin istilah anget-anget tai ayam pasti banyak memiliki keterlibatan dengan ayam dan kotorannnya. Saya mendapat telepon dari HCM perusahaan saya, karena katanya saya tidak mereply email.
Sore itu saya sedang cuti untuk belanja bahan bangunan karena kamar anak saya plafonnya ambrol setelah Bandung dilanda hujan es. Ya hujan es. Ya di Bandung. Jangan heran karena Bandung beberapa kali mengalami hujan es sebesar kelereng. Segera saya membalas email tersebut yang mana isinya adalah undangan mengikuti assesment untuk pengisian posisi di departemen Commerce and Consultant Buyer. Ada sih beberapa posisi lainnya di Divisi Finance, tapi saya sudah lama meninggalkan dunia akunting, jadi ya saya memilih Divisi Procurement saja, tepatnya kalau di Head Office, Procurement ini sub direktorat.
Hari Jum’at saya mendapat undangan untuk presentasi di hari Senin besoknya. Apa yang saya lakukan? Saya ajak suami dan anak saya ke Puncak. Loh kok ke Puncak? ya engga kenapa-kenapa juga, kebetulan hari Sabtu ada nikahan saudara suami saya di Cianjur. Sekalian saja menginap di puncak. Lagipula saya butuh tempat menyenangkan buat menyusun strategi.
Strategi pertama saya dalam membuat presentasi adalah:
- Cari template yang bagus.
- Cari font yang bagus
- Cari quote yang bagus
Loh isinya gimana? Isinya gimana nanti saja. Kalau templatenya udah indah, niscaya isinya menyesuaikan. Hehehehe.
Singkat cerita Senin saya berangkat ke Jakarta. Anehnya hari itu saya tidak mengalami mules atau demam panggung atau whatsoever. Malah sibuk ketawa dalam hati lihat orang lain yang akan presentasi terlihat tegang (dan pasti mules). Saya lebih merasa percaya diri karena berpikir what will be will be, que sera sera. Tinggal masalah klik tidaknya apa yang presentasikan dengan pemikiran para assesor. Kalau tidak dapat kliknya, ya bukan rejeki saya, dan selalu masih ada next time. Begitu sih pikiran saya.
Skip cerita, minggu depannya saya sudah terima SK promosi dan pindah ke Head Office. Berkat kegeeran saya (saya sebut ini visioner), karena saya selalu merasa bahwa suatu saat saya akan pindah kerja ke Kantor Pusat, jauh-jauh hari saya sudah cari kost sekitar kantor. Ada beberapa yang sudah saya survey malah setiap saya ada kesempatan ke Jakarta. Jadi pas harus pindah, saya sudah punya target tempat kost. Jaraknya sekitar 400 meter kalau ditarik garis lurus, tapi menjadi 800 meter karena memutari jalan-jalan komplek yang rumahnya segede-gede Gaban ini.
Surprise ya? April saya masih orang bandung yang celeno, Mei sekarang saya sudah tinggal di Jakarta, kota dimana yang suka saya amit-amitin saking macetnya. Tapi ternyata tidaklah buruk. Kadang kita terlalu berasumsi terlalu banyak. Iya macet, tapi saya tidak mengalami namanya macet, lha ke kantor jalan kaki kok. Panas suhu kota Jakarta juga saya cuma rasakan hari-hari awal pindah, sekarang setelah hampir 3 minggu, saya malah kedinginan di Bandung.
Alhamdulillah, teman-teman rekan kerja saya di kantor pusat sangat sangat baik. Mereka semua ramah, lucu, hangat, di luar harapan saya banyak hal-hal menarik lainnya yang saya temui di kantor pusat. Harapan saya semoga saya tidak mengecewakan orang-orang yang sudah mempercayai saya, semoga teman-teman dan rekan kerja bisa saling kerjasama dengan saya dan bisa menghasilkan yang terbaik buat perusahaan, keluarga saya di Bandung juga baik-baik saja saya tinggalkan selama hari kerja dalam satu minggu. Aamiin ya Rabbal Alamin.
Surprise is the greatest gift which life can grant us.” – Boris Pasternak
so, sekarang sudah di Jakarta, ya. sukses Mir buat karirnya
This is sometimes very interesting!
Liebe Gruesse Monika