Beberapa waktu lamanya aku dan Kevin intens saling berkirim sms atau menelepon. Kebanyakan sih Kevin yang menelepon. Dia seringkali bercerita tentang apa saja, tentang teman-teman kantornya, Yully, Noni dan Greta. Lalu ada Hans yang menyebalkan dan Donny yang bego. Bercerita tentang ikan bakar makan siangnya yang katanya gede banget, cerita tentang pacar Noni yang pilot, dan rencananya mengempiskan ban mobil Hans kapan-kapan. Banyak cerita. Terutama dia suka bercerita tentang indahnya Jayapura. Kata dia, cantiknya seperti kota Hongkong di waktu malam. Sudah pernah ke Hongkong? tanyaku. Belum, jawabnya. Sudah kukira.
Tagihan teleponku melonjak. Pastinya juga Kevin. Sampai suatu akhir bulan aku akan membayar tagihan telepon handphoneku, ternyata sudah ada yang bayar. Kevin. Demikian seterusnya setiap bulan.
Dua bulan setelah kami bertemu itu dan berlanjut dengan hubungan telepon, Kevin memberitahu aku bahwa dia akan ke Bandung urusan pekerjaan di perusahaan induk perusahaan kami bekerja. Aku senang dan gugup. Resah sekali rasanya menunggu hari itu tiba. Kevin bilang dia tidak sendiri, tapi akan bersama teman-teman dari area lain. Dia akan naik kereta api dari Jakarta. Aku akan menjemput di stasiun Bandung.
Hari-hari selalu mendung karena sedang musim hujan. Sore itu Kevin datang. Aku menjemputnya di stasiun. Dia menginap di wisma kecil dekat kantor pusat kami. Bisa jalan kaki jadinya.
Ternyata Kevin tidak kebagian kamar, jadi dia menitipkan saja tas pakaiannya di kamar Merry. Aku dan Kevin ngobrol berdua di lantai dua wisma Nyiur Indah ini. Ada ruang duduk dengan sofa dan kursi, berkarpet dengan meja rendah. Sampai larut malam, dan aku ditahan untuk tidak pulang.
Kevin memintaku tidur dengan teman-teman perempuan lain, tapi aku tidak mau. Jadi aku tidur di sofa. Kevin tidur di lantai di karpet di bawah sofa tempatku tidur. Tangannya memegang tanganku sepanjang malam. Entah jam berapa aku tertidur. Tapi aku bermimpi, Kevin mengecupku sekilas.
Entah betul atau cuma mimpi aku tidak tahu.
***
Hari dimana Kevin harus pulang, aku mengantarnya lagi ke statsiun kereta. Berat sekali rasanya melepas dia pergi, Entah bagaimana aku bertemu lagi. Kevin bilang, “tenang saja, kalau sudah waktunya pasti ada jalan untuk ketemu”, katanya ceria.
Sore itu kembali hujan, aku turun dari mobil tapi Kevin memintaku untuk naik lagi saja, dia akan langsung naik ke kereta. Sebelum aku masuk ke mobil, dia meraih pundakku memelukku dan menciumku di tengah hujan yang mulai deras. Kami tidak peduli dan terus berciuman. Sampai akhirnya dia melepas bibirku tersenyum, mengecup rambutku, mengecup keningku, mengecup kedua mataku. Lalu mengucapkan selamat tinggal.
Itu ciuman pertamaku dengan Kevin. Sebetulnya aku lupa. Kevin yang pernah menanyakan padaku apakah aku ingat ciuman pertamaku dengannya. Aku jawab di Jayapura. Ternyata salah. Kevin yang mengingatkan detail ini kepadaku. Belasan tahun kemudian.
***
**
Leave a Reply