Kevin selalu bilang bila dia datang ke Bandung. Kadang kami bertemu, kadang tidak. Beberapa waktu lalu bahkan bertahun-tahun tidak bertemu. Ada jeda waktu lama dimana aku berpikir aku sudah melupakan dia. Tapi tidak di bulan ini. Bulan ini adalah bulan ketiga dimana terhitung kedua kalinya, saat bertemu kembali Kevin di Jakarta. Setelah bertahun-tahun tidak bertemu. Dan dia memelukku erat sambil berulang-ulang, berkata, “aku suamimu” “yang kamu ceraikan, kamu tinggalkan”. Aku bingung sampai tak tahu berkata apa. Sedih, itu jelas. Lainnya entah. Terlalu banyak perasaan teraduk disana. Seperti terbukanya kotak Pandora.
Bulan ini, bulan Juli tahun 2012. Kevin bilang akan ke Bandung. Menginap di Hyatt.
“Mau ketemu?” tanyanya.
“Entahlah”, kataku. Gimana nanti deh.
Hari ini Kevin sudah tiba, aku tahu. Karena dia bilang. Katanya siang ini aku datang saja ke hotel. Ambil kunci di resepsionis dan tunggu saja di kamarnya. Dia ada meeting seharian. Aku masih entah.
Di kantor temanku bilang,
“Kyra, kau tahu? Ada Kevin!” katanya antusias.
“oh ya..” jawabku.
“ah kamu pasti sudah tahu!”, kata Nuy. Aku tidak menjawab. Tapi rasanya pipiku memanas.
Siang Kevin meneleponku. Jadi tidak katanya ketemu? Duh.
Akhirnya jam 2 lebih aku berangkat. Parkir di basement Kevin sudah menungguku di balik pot besar.
“Kamu sudah makan?” tanyanya. Aku menggeleng.
“Beli bakso aja yuk?” ajaknya. Aku sih nurut saja. Bakso adalah makanan favoritnya selain nasi uduk.
Akhirnya kami membeli bakso di Bandung Indah Plaza, sering disebut dengan satu kata akronim BIP. dipaca BE I PE, bukan dibaca BEEP.
Kevin tidak banyak bicara. Dia makan diam-diam. Aku juga. Tib-tiba dia bertanya,
“Suamimu baik kepadamu kan?”
Aku mengangguk saja, tanpa menatap matanya.
“Tidak pernah memukul? Tidak pernah menyakiti kamu?”
Aku jawab tidak.
“Aku senang dengernya. Buatku yang penting kamu ada yang jagain”, katanya lagi.
Aku menunduk menyembunyikan air mata yang rasanya mau turun.
Teleponnya berdering, rupanya dari rekan-rekan dia yang sedang meeting di Hyatt. Kevin menjawab di telepon, sambil mengaduh,
“Aduuh, maaf saya sakit perut, minta waktu dulu ya beberapa menit” katanya.
Setelah makan kami melihat-lihat toko, Kevin bilang dia mencari dompet untuk kartu-kartu. Tangannya diulurkan ke belakang, itu kode agar aku menggemgamnya. Dari dulu ini kebiasaan kami berjalan berdua, Kevin berjalan di depanku dengan tangan ke belakang, dan aku memegang tangannya di belakang Kevin. Kami berjalan dengan Kevin di depan. Dan aku mirip Squaw, istri Indian, yang berjalan selalu di belakang suaminya.
Kembali ke Hyatt aku akan ke basement lewat lobby. Kevin sigap menarik tanganku bersembunyi di belakang pilar. Ternyata di lobby tampak rekan-rekan kerja satu perusahaan kami bubar dari ruang meeting. Handphone Kevin berdering, aku mendengar lawan bicaranya,
“Meetingnya diistirahatkan dulu pak, soalnya engga ada Bapak yang pimpin, jadi kami belum bisa memutuskan, Bapak masih sakit perut??”
Tampak atasanku yang juga ikut meeting keluar dari ruang meeting dan menyalakan rokok.
Aku dan Kevin berpandangan di balik tempat sembunyi, sebuah pilar dan pot besar, yang rawan sekali ketahuan.
***
Leave a Reply