Puyeng banget dah urusan daftarin anak sekolah di tahun 2015 ini. Terutama anak yang masuk SMP. Kalau kakaknya sih walaupun punya skor prestasi lumayan karena punya piagam juara tingkat propinsi FSL2N tapi tidak digunakan untuk daftar di SMa pilihan di Bandung, walaupun kiranya bisa masuk di SMA 3, 5 maupun 2 almamater saya, karena dia memilih sekolah di kota karuhun saya, Ciamis.
Nah adiknya ini nih. Dengan nilai UN yang rata-rata 8.5 jadinya nanggung banget untuk daftar di SMP Negeri manapun! Saya percaya kebijakan kang Ridwan Kamil ini baik..karena niatannya untuk memfasilitasi anak miskin atau tidak mampu untuk dapat bersekolah. Tapi adilkah? Lagipula kebijakan jalur afirmasi ini rentan kecurangan. Karena tanpa melihat nilai tanpa melihat apapun..hanya minimal SKTM bisa daftar dimana saja dan WAJIB diterima.
Ok..saya mungkin tidak miskin. Tapi saya juga tidak kaya. Kalau jadinya harus masuk swasta tentu saja banyak faktor yang harus dipikirkan selain biaya. Faktor lain adalah keamanan dan akses. Bahkan untuk memilih sekolah negeri yang jaraknya dekat pun gara-gara membludaknya jalur afirmasi ini saya jadi tidak bisa.
Untuk sekolah yang jauh jaraknya tentu saya mikir tiga empat kali. Selain biaya anak saya juga perempuan yang saya pikirkan faktor keamanannya untuk naik angkot berkali-kali ganti untuk sampai tujuan. Kang Emil bilang banyak swasta yang bagus. Ok berapa biaya minimal masuk swasta? Macam-macam ada yg 3 juta, 9 juta, 25 juta dan bahkan 40 juta untuk baru masuk saja. Dan itu duit semua. Engga campur daun. Belum dana pembangunan dan seragam dan buku dan lain lain. Dan lain lain.
Engga semua orang mampu antar jemput anak dengan supir pribadi dan kendaraan pribadi. Sebagai ibu bekerja saya juga tidak bisa mengantar anak dan menungguinya di sekolah. Sungguh berbahagia kalau memang bisa.
Saya menyayangkan kebijakan afirmasi ini bisa sangat subyektif juga. Kriteria miskin saja masih debatable. Lagian kan tanpa adanya batasan nilai ini juga saya pikir menjadikan anak yang tidak belajar keras dan berusaha keras menjadi leha-leha untuk sekolah. Toh nanti bakal diterima dimana saja tanpa syarat. Wah engga mendidik banget kan.
Trus ngapain ada nilai UN?
Kuota per sekolah untuk afirmasi juga tidak jelas. Ada yang sampai 200 orang lebih per sekolah. Ada yang puluhan. Saya tidak tahu darimana hitungan dan kebijakan ini. Passing grade untuk akademis melonjak tinggi per sekokah. Untuk SMP banyak yang di atas 26.
Kata kang Emil itu sesuai dengan hasil nilai yang diperoleh. Konyolnya lagi dengan kebijakan kuota dalam wilayah luar wilayah luar kota ini anak saya bahkan tidak masuk pula di pilihan ke dua walaupun passing gradenya dibawah nilai un anak saya.
Saya sih kecewa. Benar-benar kecewa.
Apakah menghilangkan semangat persaingan ini bagus adanya? Terus mau dibawa kemana kalau semangat dan kerja keras dihilangkan sejak dini? Gimana mau jadi tenaga kerja yang memiliki daya saing dong kalau sudah dibeginikan sejak awal. Bahkan penghapusan sekolah tidak ada lagi yang favorit pun menurut saya engga pas juga. Favorit bukan berarti ekslusif kan. Karena sebuah cita-cita untuk masuk sekolah yang diminati akan memicu usaha dari si anak untuk belajar dan bekerja keras demi mencapai keinginan tersebut.
Sekarang sih percuma saja kali yee..
Kalau mau adil sih kudunya pemkot punya dong database anak miskin yang mau masuk sekolah. Nah dari jumlah berapa ribu yang sudah teridentifikasi itu bagi saja secara merata dan proporsional ke sekolah baik swasta dan negeri dan memperhitungkan jarak dan wilayah tinggal. Jangan kayak sekarang tumplek blek engga karuan ke sekolah-sekolah negeri. Pakai SKTM dadakan pula. Ya iyalah dimanfaatin sama orang-orang yang aji mumpung.
Have you eever considered writing an e-book or guest authoring on other
sites? I have a blog centered on the same information you discuss and would love to have you share some stories/information. I know my audience would appreciate your work.
If you are even remotely interested, feel free to send me an e mail.
Simply Children is exceptionally trustworthy, detailing the tales of Smith and Mapplethorpe’s youth in a metropolis stuffed with artists on the
rise.
I have fun with, cause I discovered juust what I used to
bbe taking a look for. You’ve ended my four day long hunt!
God Bless you man. Have a great day. Bye