Aku rindu tak berujung padamu.
Seperti kerinduanku yang tak putus pada kampung halamanku di balik gunung tua.
Sawah yang hijau lengang, pohon kelapa yang menghitam, batangnya berlumut menjangkau sarang elang. Pemilik sarang terbang berputar. Kerap aku menatap lama ke langit saat dia membentang sayap menelusur angin
Saat nenekda masih ada. Suaranya lantang dari dapur memanggil. Nasi hangat menguar perapian dengan bau kayu terbakar. Wajah kesederhanaan dan kerut merut ceria hidup tanpa tuntutan.
Cengkeh berkarung-karung sungguh wangi. Air sungai gemericik di belakang rumah.
Pancuran di kolam tempat mandi. Pagi dingin beku membuat kabut berdiam lama. Dingin air seperti es itu kini tidak lagi sayang.
Aku rindu tak berujung padamu K….
Seperti kerinduanku selalu untuk mengajakmu ke kampung halamanku. Kuingin tunjukkan apa apa yang indah buatku kepadamu. Seperti misalnya menunjukan mata air kecil tersembunyi itu. Atau hulu sungai dengan batu besar berlumut. Kita bisa minum airnya begitu saja dan bahagia karena mendahului pabrik yang mengemasnya dalam botol plastik kini.
Aku rindu tak berujung padamu K…
Beserta penyesalan-penyesalan yang rasanya seperti kerikil tajam di pernafasan.
Aku rindu tak berujung padamu K…
Mungkin tidak untuk di hidup yang ini
Aku denganmu dikata orang sebagai teman sehidup semati
Leave a Reply