Kamu terkategori unik. Aku sulit bilang kamu itu baik entah menyebalkan.
Sepertinya tercampur dari keduanya. Saling tarik menarik. Kadang kebaikan yang muncuk ke permukaan..kadang super menyebalkan kau tampilkan.
Kalau kamu sedang ditemani malaikat-malaikat kebaikan..maka kamu adalah lelaki terbaik di dunia buatku. Dan entah kenapa di saat aku sendiri, kalut, sedih dan di titik terendah dalam emosi.. sekali waktu saat aku menyetir sendiri, dengan mata penuh air, karena aku harus operasi untuk indikasi tumor yang belum pasti ganas atau jinak.. tanpa hujan tanpa angin yang jelas memang aku suka ingat kamu saat aku sedih..kamu meneleponku. Dan segera tahu sesuatu terjadi hanya dari nada suaraku.
Kau menghiburku sebisamu..menghembuskan semangat bahwa tidak akan ada sesuatu yang buruk terjadi..dan segala macam rasa optimis yang kau jejalkan sehingga aku merasa apapun yang akan terjadi aku akan baik-baik saja. Lalu sesaat setelah operasi berlangsung dan aku telah tersadar dari bius.. di saat aku sudah di kamar dan tertidur karena lelah dan lega..kau juga yang pertama meneleponku dan menanyakan apakah aku baik-baik saja.
Entah juga apakah karena kebetulan. Dan kebetulan darimu disisi selalu membersit jengkel bagiku,- kenapa selalu kamu? Bahkan ucapan selamat lebaran dan permintaan mohon maaf lahir batin selalu dari kamu yang pertama dibanding semua. Seperti juga tadi malam..cuma kamu yang menelepon dan mengucapkan selamat beribadah puasa. Dan kamu berbeda keyakinan denganku.
Saat aku menangis sendiri di petang hari saat lampu menyala dan mulai gelap..di sekolahku yang dulu dimana aku sedih karena sesuatu hal..seperti juga kebetulan lainnya..kamu yang meneloponku dan habis-habisan menghiburku. Jangan menangis. Hati-hati di jalan. Dan selalu masih ada kesempatan.
Bagaikan paradoks..cuma kamu yang selalu tidak pernah mengucapkan selamat ulang tahun, tidak tahu nama lengkapku, dan tidak pernah mau ingat tanggal lahirku. Kamu juga yang paling sering membuat aku menangis dengan omelan-omelan tidak pentingmu.
Dan juga kamu yang marah-marah saat kamu ulang tahun tidak kuucapkan selamat. Kau mengirimkan pesan “kamu jahat, orang lain saja ingat”. Juga menelepon saat kamu naik jabatan, juga bertanya “kenapa cuma kamu yang tidak ucapkan selamat?”.
Kadang itu tidak kulakukan karena aku yakin bahwa banyak orang lain yang sudah melakukannya. Apakah penting ucapan dariku buat kamu yang datang dan pergi padaku seperti angin bertiup kemana suka? Seperti juga sebagaimana yang kamu katakan sendiri..di antara perempuan-perempuan lain itu..toh bukan aku satu..walau kamu juga yang bilang, untuk aku selalu ada ruang khusus, tak terganti tak terusik.
Ah lelaki.
Haruskah aku percaya?
Leave a Reply