Karena malam merangkak pelan menuju pagi. Hening dan sepi saling berkejaran tidak mampu ditepis suara angin atau rintihan lagu binatang yang bersuara malam. Aku jauh dari mimpi. Nyalang tapi tak menanti pagi hari. Hanya menghitung detik saja. Selewat kupanjatkan doa bagi terpidana mati karena keadilan hanya milik Tuhan dan hanya dia yang tahu isi hati dan kebenaran.
Aku tidak mampu menepis kelam jadi kubiarkan saja ia menyergapku dalam diam. Berbaring saja tanpa usaha. Kutatap nanar langit kamar yang samar karena hanya mendapat cahaya dari lampu halaman. Kebodohanku yang tidak bergerak beranjak dari pikiran tentang dia akhirnya membuatku berpikir sedang apa dirinya dan perempuan di sisinya.
Kebodohanku yang berharap di awan pikiran dan sela apapun yang dia lakukan, semoga ada lintasan walau sekejap seperti kerjap kilat… tentang diriku dalam bersitan angan. Kelemahanku yang berharap hal demikian. Sisanya hanya meminta saja semoga nyamuk malam ini sampai turunannya sirna atau sedikitnya melupakan keinginan menghisap darahku dengan murka.
Leave a Reply