Saya pembaca setia Tolkien. Sebagai pembaca setia saya membaca buku-bukunya bolak-balik dan sampai ingin belajar tulisan Tengwar.
Tentunya membaca buku Hobbit juga. Buku sebelum trilogi Lord of The Ring. Tapi saat saya membacanya walaupun suka, saya tidak terkesan dengan tokoh-tokohnya. Smaug disana tidak terkesan seram dan jahat. Ya naga sih. Tapi malah terpikirnya naga gendut lucu yang komik gitu.
Apalagi tentang kurcaci-kurcaci itu. Saya tidak memiliki impresi lebih daripada sekedar manusia cebol. Karena yang terpikir oleh saya kurcaci ya kurcaci. Seperti di ilustrasi di cerita Putri Tidur Snow White. Kurcaci terpikir dalam benak saya adalah mahluk berbaju warna cerah, hidung bulat, berjanggut dan membawa beliung.
Mana ada terpikir oleh saya bahwa oleh Peter Jackson kurcaci di Hobbit ini akan tergambarkan dengan kerennya sebagai Thorin yang angkuh dan agung, Fili yang manis dan Kili yang naif tapi seksi. Pendek sih..tapi tetap saja..ugh. Seksi. Belum pernah terbayangkan bahwa kurcaci bisa seganteng itu.
Terima kasih kepada Peter Jackson. Anda menyelamatkan saya dari bayang-bayang kurcaci hanya bakal seperti Grumpy dan Sneezy.
Terutama tentang Thranduil. Kalau dulu di Lord of The Ring cuma Legolas yang bisa bikin suara kompak sebioskop dengan lenguhan dari kaum wanita seperti “ooooooooohhhhh” setiap kali Legolas muncul di layar, maka untuk film trilogi Hobbit ini (walau saya tidak menyangka satu buku itu bisa jadi tiga film) adalah milik Thranduil.
Saya bahkan ternganga. Lee Pace sebagai Thranduil ini sungguh mempesona. Bahkan saat dia berbicara seolah sedang membaca puisi. Tinggi badannya dan sikapnya seolah memang dialah raja peri yang angkuh dari Mirkwood. Saya jadi percaya peri itu ada.
Saya ingin kembali menonton. Ingin kembali masuk ke dunia Tolkien dan menghidupkan Thranduil dan para kurcaci disana.
Leave a Reply