Sesungguhnya aku sangat serakah padamu. Aku ingin memetakanmu di hadapanku. Menggelarnya pada meja panjang dan besar. Menggunakan alat-alat untuk menandai sebelah mana aku akan jajah lagi dan kuasai.
Sampai tak ada lagi yang lahan yang tersisa. Akan kutancapkan bendera kemenangan di setiap bagian. Kutunjukkan padamu dan dunia, bahwa kau milikku. Hanya aku yang punya.
Tak ada bagian dari dirimu yang ingin kubagi pada yang lain. Jiwamu, tubuhmu, apalagi detak jantungmu, hatimu. Aku ingin rindu kamu, kegilaan hasratmu, pikiranmu, sebagian jiwamu. Ada padaku.
Tapi apa cerita. Delapan belas tahun sudah. Kumiliki hanya bayangan. Ada dan tidak ada. Sesaat. Sekejap. Dan aku terbangun berkali-kali dengan kebingungan. Aku tak dapat bedakan mimpi dan nyata. Aku hidup dalam mimpi dan jaga adalah tidurku.
Kebencian itu juga aku punya. Kecemburuan yang menyiksa. Kesedihan yang sering datang tiba-tiba. Andai aku bisa untuk membalikkan langit, bulan sabitnya untuk mencabik perempuan itu yang ada di dekatmu.
Karena aku cuma kamu dan kamu cuma aku.
Leave a Reply