Karena aku tidak bisa mengucapkannya dengan benar dan suara bisa saja menurunkan artinya….maka aku disini berdiam menatap wajah yang tertidur lelap. Puluhan menit berlalu dan aku memperhatikan nafas yang turun naik, sebentuk alis mata yang kini jadi tak beraturan, kusentuh sehalus daun jatuh untuk kurapikan.
Dia masih tertidur tanpa terbangun. Lelah.
Berhadapan kami berbaring. Walau dia bilang sulit tidur bila harus memeluk tak urung tangan kirinya terulur dan menangkup di pinggangku.
Aku senang melihatnya tidur. Berlama-lama aku menatapnya. Garis-garis yang mulai tampak di sekitar mulut, keningnya yang berkerut karena pikir dan kerja keras…tampak melembut dibalut mimpi.
Besok atau lusa entah kapan momen ini dapat terulang. Mungkin ya mungkin tidak. Mungkin saja kami tiba-tiba menyadari bahwa hal seperti ini adalah sesuatu yang tersia. Hanya ilusi. Mengabur seperti asap tertiup angin dan hilang di udara tipis. Tak berbentuk atau menemukan bentuk. Bukan sesuatu yang solid karena tidak berakar di bumi dan memiliki pilar.
Aku hanya menatap dia di malam itu sambil berpikir belasan tahun yang sudah berlalu. Kami lalui tanpa bersisian tanpa banyak kata tanpa banyak bunga tanpa janji tanpa makan malam romantis dan pesta tahun baru beserta kembang api yang dapat disaksikan berdua sambil bergandeng tangan.
Aku hanya ingin membekukan saat ini. Untuk sebuah perasaan tak terungkap dengan kata. Untuk suatu saat mungkin kuingat dalam helaan napas dan doa permohonan ampun atas dosa.
Leave a Reply