Tiba di surga, Yudhisthira sang Maharaja Agung mengharapkan melihat saudara-saudaranya yang tercinta. Ia ingin bertemu Karna, memohon maaf dan menyentuh kakinya, penyesalan yang tiada akhir menerpanya bagai gelombang-gelombang kepedihan setelah Bharatayudha selesai. Ketidaktahuannya akan rahasia ibunda Kunti, rahasia Karna, membawanya pada nasib Karna tewas ditangan Arjuna adiknya sendiri. Teringat Yudhistira saat melihat kaki Raja Angga di peristiwa tragis judi dan Drupadi dipermalukan. Hatinya marah dan pikiran gelap melanda Yudhistira, namun tiba-tiba hatinya tenang saat melihat kaki Karna karena mirip dengan kaki ibunda Kunti. Saat itu di benaknya muncul tanda tanya kenapa kaki Karna persis dengan bentuk kaki ibunda. Namun sayangnya pertanyaan itu lewat begitu saja. Setelah perang selesai dan Karna tiada, dan Yudhistira tahu bahwa Karna adalah kakak tertua, penyesalan tentang ingatan pada kaki Karna kadang begitu pedihnya melibat dalam jantung Yudhistira.
Yudhistira mencari-cari dengan matanya yang masih dalam raga manusia, dimana adiknya yang perkasa Vrekodara. Kekuatannya menyamai 100 ekor gajah, kedahsyatannya warisan ayah Bayu, dan ketangkasannya ajaran Hanoman, kakak Bhima dari satu ayah. Saat mendaki Meru, salju, menyurutkan langkahnya. Bhima terbenam sampai ke pinggang,s ementara Yudhistira melangkah ringan di atas es. Bhima yang terakhir dari adiknya, jatuh dan tumbang ke tanah, sebelum mati Bhima menanyakan pada Yudhistira apa dosanya sehingga tidak bisa menemani Yudhistira hingga ke puncak. Perut, jawab Yudhistira. Perutmu yang menjadi dosamu. Kau tidak ingat orang lain saat menghadapi makanan lezat. Kau dahulukan kenyangmu dibanding perut orang di sekitarmu. Jawab Yudhistira sebelum Bhima menutup mata.
Arjuna yang perkasa, putra kesayangan Dewa Indra, adiknya yang terkasih. Dimana dia? Tak terlihat oleh Yudhistira kegemilangan Arjuna dimanapun. Begitu tampan dan gagah adiknya dalam kereta perang yang dikusiri oleh sang Khrisna. Tak pelak lagi, Arjuna adalah pahlawan perang. Musuh-musuh paling tangguh tewas di ujung panah Arjuna. Gandhiva yang dipentangkan oleh Arjuna, hadiah dari Dewa Agni, tak terkalahkan. Dimana dia? Kasih sayang Yudhistira begitu dalam pada saudara-saudaranya, tak terasa air mata kerinduan merebak mengingat kakak dan adik-adiknya. Masa susah dan senang terlintas dalam ingatan Yudhistira, kepedihan saat terbuang setelah permainan dadu, bagaimana Draupadi dan adik-adiknya telah ia jadikan taruhan membawa mereka empatbelas tahun dalam pembuangan di hutan belantara. Dimana Arjuna?
Tidak pula terlihat Nakula. Dari kelima Pandawa, Nakula adalah tertampan dan paling indah wajahnya. Kasih Yudhistira begitu dalam pada Nakula. Saat harus memilih dari keempat adiknya mana yang ia pilih untuk hidup saat mereka tewas meminum racun dari danau, Yudhistira memilih Nakula. Keadilan dan belas kasihnya membuat ia memilih adik lain ibu ini. Walau Bhima adalah perisai mereka, walau Arjuna adalah andalannya, tetap Nakula yang menjadi pilihan Yudhistira, agar keturunan Dewi Madri, ibu tirinya, tak selesai begitu saja.
Lirih Yudhistira pun memanggil nama Sahadewa. Sahadewa tak terpisahkan dari Nakula, dari mereka berlima. Paling bijaksana paling berpengatahuan, Sahadewa adalah bintang dari mereka, bagai petunjuk jalan ia pun seorang perencana yang ulung, ketangkasan pedang Sahadeva menggentarkan hati lawan-lawan mereka. Sahadewa yang bersumpah untuk membunuh Shakuni saat Draupadi dipermalukan. Karena dibalik angkara Duryudhana adalah otak licik Shakuni yang memainkan peran merangkai perangkap. Namun tak juga Yudhistira melihat Sahadewa, tidak pula bayangannya. Tidak ada.
Tak seorangpun dari mereka semua ada terlihat di swargaloka. Tak ada Karna, tak pula Draupadi. Draupadi putri tercantik yang lahir dari api pemujaan. Pinggangnya yang langsing dan matanya yang bagai kelopak teratai, gelap kulitnya sewarna gula yang manis. Draupadi adalah cahaya Hastinapura. Rindu Yudhistira untuk melihat kembali ratunya.
cerita dari tv ini teh??