The Sundanese Tragedy

preparednessmama.com

Hal-hal yang paling membuat saya ketakutan bila terjadi kondisi darurat seperti banjir, atau malah tidak ada air, adalah urusan toilet! Walau sebenarnya bila di rumah saya tinggal ini di daerah Bandung kedapatan jadi banjir artinya, wassalam..Bandung setengahnya artinya tenggelam. Karena bila melihat dari kontur daerah perumahan saya tinggal ini adalah di kemiringan atau punggungan atau apalah namanya yang kemungkinan banjirnya tipis. Jadi tinggal kemungkinan darurat kedua. Tidak ada air! Ih serem.

Tinggal di kota memang tidak seperti tinggal di desa. Urusan toilet di desa serba mudah. Ada hutan, ada kebun-kebun, ada sungai, ada sawah, ada tempat-tempat dimana kita bisa ngumpet bila kepepet harus buang air besar atau kecil. Banyak juga kolam-kolam ikan dengan ‘pancilingan’ atau ‘jarambah’ yaitu bangunan kayu atau bambu di atas kolam tempat orang mandi, berwudhu, atau buang air besar kecil dimana buangannya langsung diserap eh dimakan oleh ikan. Eco-friendly banget kan?

Hidup di kota lain ceritanya.

Kecemasan saya pada toilet ini membuat saya mencari-cari cara membuat toilet darurat dan portabel. Just in case, gitu lah..hellaw. Siapa tau kan tukang air di gerobak mogok jualan, aqua galon kan sayang dipake buat nyiram-nyiram, dan sumur pompa misalnya kering. Apapun lah.

Dari preparednessmama.com saya mempelajari cara membuat toilet darurat dan portable ini dari ember besar bekas cat. Cukup mudah membuatnya. Tinggal membeli toilet lid untuk tutupnya, dan serbuk gergaji yang banyak.  Yang harus disiapkan:

2 – 5 gallon ember plastik
2 tutup ember (untuk tutup saat membuang isinya)
2 dudukan toilet khusus untuk ember (Saya lihat di ebay ada yang jual, entah di toko material ada engga ya bentuk dudukan toilet bulat yang pas dengan bulatan ember)
3 gallons bahan-bahan karbon seperti sobekan koran, kertas shredded, serbuk gergaji, dedaunan kering
10 pasang sarung tangan sekali pakai
1 roll tissue toilet (atau lebih banyak!)
1 botol cairan antiseptik pembersih tangan
1 sekop plastik kecil untuk material karbon

Nah untuk buangan air seni dan tinja, harus dipisahkan. Agar urusan membuangnya juga gampang kan. Lagipula lebih mudah dalam urusan dekomposisinya nanti. Untuk kotoran padat tidak mesti sering-sering buang karena ember tidak cepat penuh. Hanya 4 to 10 oz. per person setiap harinya. Satu oz sekitar 22.5 gram. Nah hitung lah sendiri. Pastikan jangan tercampur antara Pee dan Poo. Karena Pee lebih mengeluarkan bau dibanding Poo. Pastikan karbon material tersedia dekat dengan toilet darurat kita, dan taburi dengan baik agar tidak mengundang lalat dan tidak mengeluarkan bau.

Toilet darurat ini juga bisa digunakan tidak hanya untuk kondisi emergency atau saat ada bencana. Bila ingin menghemat air dan ber-eco friendly living kenapa tidak. Hasil buangan bisa dibuat pupuk! Kaya nitrogen loh.

http://thegreentimes.co.za/step-3-now-save-water/

Dapat dibuat tempat pembuatan dekomposisi buangan ini di suatu tempat yang indah dan damai seperti gambar ini. Material karbon seperti potongan rumput dan jerami yang banyak akan membantu proses pembuatan pupuk alami ini.

http://thegreentimes.co.za/step-3-now-save-water/