Samsung: Budayakan Magang untuk Investasi dalam Inovasi
Merasa bahwa di Korea kebanyakan orang memiliki pemikiran bagai katak dalam tempurung, Samsung memutuskan untuk melembagakan program cuti untuk magang selama setahun bagi karyawan mudanya yang berbakat dan cemerlang. Tak kurang dari 4700 karyawan dikirimkan ke 80 negara di dunia untuk belajar budaya, bahasa dan membangun jaringan. Ini terbukti bahwa jaringan yang mereka bangun adalah investasi yang penting bagi masa depan Samsung.
Ini agak mirip dengan Jepang saat program restorasi Meiji dengan mengirimkan orang-orang dengan misi “gather wisdom from all over the world”. “Learning missions” ini terbukti membawa perubahan besar bagi Jepang untuk modernisasi di segala aspek.
Namun tidak dapat dipungkiri kebesaran Samsung juga berkat keputusan investasi besarnya dalam research and development. Samsung Bidang Elektronik memulai investasi besar untuk R&D di akhir 1980. Lalu Samsung menjadi produsen memory chip terbesar di dunia pada tahun 1992, menciptakan layar LCD pertama di tahun 1995, dan menjadi produsen terbesar di dunia panel thos pada tahun 2005. Pada tahun 2012, Samsung juga menjadi produsen ponsel terbesar di dunia (dalam penjualan unit), dan berencana untuk menginvestasikan $ 3-4 juta mengkonversi nya pabrik chip Austin ke produk yang lebih menguntungkan (sudah menginvestasikan $13 milyar ) Samsung juga merupakan pemain utama dalam konstruksi internasional (membangun salah satu dari dua Petronas Towers di Malysia, Taipei 101 di Taiwan , dan Burj Khalifa di UAE. Chemicals juga merupakan kekuatan bagi Samsung dan telah berkomitmen sekitar $ 2 milyar untuk biopharmaceuticals.
Dari segi leadership,Samsung pun mengajarkan bahwa market saat ini menuntut proses cara membuat keputusan baru dengan cepat. Pimpinan tidak bisa hanya mendelegasikan keputusan tapi juga harus mampu memiliki model keputusan yang inovatif. Kita dapat melihat berbagai keputusan baru di perusahaan raksasa tersebut, dimana setelah memproduksi 4 S4S, Samsung meluncurkan ponsel dengan model curved glass disusul dengan Samsung Gear SmartWatch dan Samsung Blue Earth yang dibuat dari botol plastic bekas minuman dan mampu mengukur kadar emisi CO2. Inovasi ini disebut Forbes sebagai inovasi setelah inovasi.
Jadi menurut Samsung penting suatu perusahaan untuk merubah strategi secara periodik, mencari keuntungan dalam ceruk baru, meninjau kemampuan inti perusahaan untuk melihat di mana dapat menemukan kesempatan, juga mencari kompetensi baru sehingga perusahaan dapat memasuki pasar baru. Dengan itu maka akan mampu menjadi perusahaan dengan bisnis terbaik.
General Electric: Manage to Change a Tire on a Moving Car
Menarik apa yang dikatakan Jack Welch dalam suatu wawancara yang dimuat oleh Harvard Business Review, mengenai seperti apa organisasi yang efektif.
Jack Welch, CEO General Electric yang legendary dan memimpin dari tahun 1981 sampai dengan mengatakan bahwa untuk organisasi besar untuk menjadi efektif, haruslah sederhana.
Dan untuk organisasi besar untuk menjadi sederhana, orang-orang harus memiliki rasa percaya diri dan keyakinan diri atas intelektual mereka.
Manajer yang tidak percaya diri menciptakan kompleksitas. Keraguan, ketakutan, berusaha mengikuti pentunjuk dari buku perencanaan berbelit-belit dan teori yang sudah usang mengakibatkan kerumitan.
Pemimpin sejati tidak perlu kekacauan seperti itu. Orang-orang harus memiliki kepercayaan diri untuk menjadi pemikir yang jelas, tepat sasaran, untuk memastikan bahwa setiap orang dalam organisasi mereka-tertinggi sampai yang terendah-mengerti seperti apa tujuan bisnis yang ingin dicapai.
Tapi itu tidak mudah. Sulit dipercaya bahwa betapa sulitnya bagi orang untuk menjadi sederhana, dan berapa banyak dari mereka takut menjadi sederhana. Mereka khawatir bahwa jika mereka sederhana, orang akan berpikir mereka cemen. Pada kenyataannya, tentu saja, yang terjadi adalah sebaliknya. Jelas menurut Jack Welch, orang yang berpendirian kuat adalah yang paling sederhana.
Yang dilakukan Jack Welch saat pertama menjabat CEO pun terbilang radikal. Ia memfokuskan diri pada Crotonville. Pandangan Welch bahwa untuk meraih Speed, Simplicity, Self-Confidence, perusahaan harus memiliki orang-orang yang handal. Dimana Welch melihat bahwa Crotonville dapat dimanfaatkan sebagai sarana training center yang memiliki inisiatif terobosan dan hal itu harus dapat diwujudkan tanpa melewati jenjang birokrasi rumit.
Crotonville dijadikan sebagai “breeding ground” bagi pengembangan kepemimpinan di GE agar melahirkan para pemimpin yang siap membawa GE bertransformasi dan bersaing. Welch sendiri telah mengajar di Training Center tersebut selama hampir dua dekade.
Dalam hal ini Welch merombak ulang Crotonville agar berpenampilan modern dan internasional. Total dana yang telah dikeluarkan Welch untuk merubah wajah Crotonville adalah mendekati 50 juta dollar US. Ini dianggap radikal karena jarang sekali seorang CEO mau memfokuskan perombakan training center sebagai prioritas, hal ini sangat asing bagi pengamat bisnis dan investor di masa itu.
Jack Welch mengatakan kepada dewan bahwa pengembalian investasi dari perombakan Crotonville adalah “tidak terbatas”. Dengan persetujuan Dewan, akhirnya Crotonville menjadi pabrik belajar GE yang paling penting.
Alih-alih menggunakan studi kasus perusahaan lain dalam instruksi pengajaran, masalah GE nyata yang digunakan. Program pengembangan kepemimpinan dan bidang seperti pengembangan eksekutif, manajemen bisnis dan pengembangan manajemen untuk fast tracker action “tindakan lacak cepat”, sangat penting bagi Jack Welch untuk ditransfer kepada business leader -Jack tidak suka menyebut sebagai manager, ia lebih menyukai istilah business leader.
Penekanan Welch pada pengembangan kepemimpinan adalah salah satu alasan utama mengapa GE dapat membukukan 23% dari total laba pemegang saham per tahun selama masa dua puluh tahun, dan menggarisbawahi pentingnya investasi pada orang.Sumber bacaan saya:
http://money.cnn.com/gallery/news/companies/2012/10/01/greatest-business-decisions.fortune/5.html
http://www.jimcollins.com/article_topics/articles/10-greatest.html
Leave a Reply