Masih segar dalam ingatan saya, di lewat pertengahan tahun 1996, saya mengikuti tes masuk di Telkomsel. Saat itu terdapat tes wawancara dan tes tertulis di kantor Telkom Jl Cisanggarung. Rada tricky juga mencari kantor Telkom Cisanggarung ini, soalnya jarang yang tahu bahwa kantor ini berada di sayap Gedung Sate.
Saat saya mengikuti psikotest, saat itu dilaksanakan di Hotel Santika Bandung, saya bertemu teman saya ini. Kesan pertama, dia cantik (ehem) dengan alisnya yang amat tebal, tinggi langsing berambut panjang dan berponi. Percaya diri yang amat tinggi terpancar dari matanya. Wajah dan sikap yang mengesankan dan sulit dilupakan sebagai kesan pertama. Namanya Ira.
Waktu istirahat makan, saya duduk bareng dengan Ira dan teman saya satu lagi, Dinny Jovianti yang saya sudah kenal karena pernah kuliah bareng di Politeknik ITB, kakak kelas tepatnya. Tapi saya kenal cukup lumayan karena suka bolos bareng nongkrong di teras mushalla makan mie ayam sambil main tebak-tebakan kata bersama gank Akuntingnya. Saya bukan dari jurusan Akunting. Kenapa bisa nongkrong bareng dengan kakak kelas dan jurusan lain, yah..itulah saya.
Saya berkenalan dan ngobrol ngalor ngidul entah apa. Ira dan Dinnny sudah kenal karena pernah bekerja di perusahaan yang sama dan satu SMA di SMA 5 Bandung. Nyambung deh pokoknya, begitulah, sebagaimana sering kita sebut bahwa Bandung itu sempit.
Takdir menentukan bahwa kemudian kita bertiga diterima masuk bekerja di Telkomsel Bandung. Hari itu tepatnya 3 Desember 1996 kami berempat pergi ke Jakarta naik kereta, ditambah lagi Teguh, menyusul diterima masuk. Kebetulan pula bahwa Teguh ini pun teman saya kuliah satu angkatan di Politeknik, namun dia dari jurusan Perbankan.
Selanjutnya kami bekerja di Telkomsel Regional Jabar di Bandung, namun setelah menikah Ira pindah ke kantor pusat di Jakarta.
Hari ini Ira resign dari Telkomsel. Untuk alasan yang lebih baik tentunya.
Ada rasa menyesak dan tidak terasa air mata terasa menggenang. Semua kenangan saya di awal masuk dan bekerja disini adalah dengan dia.
Ada tawa, ada air mata, kesal, bahagia, dan macam-macam segala suka dan duka.
Hotel seram yang kita tempati saat kita dipanggil ke Jakarta untuk menandatangani perjanjian kerja. Saat hari pertama kami berangkat ke kantor, saya sakit perut dan Ira memberikan batu untuk saya genggam sepanjang jalan agar perhatian teralihkan.
Ada curhat malam-malam di Pangandaran, dan saat pagi dia tidak ingat apa yang dia ceritakan. Pot pecah di hotel karena saya main kejar-kejaran, dan dia hampir saja mengomeli resepsionis karena harga yang saya harus ganti katanya tidak masuk akal.
Naik angkot kesana kemari mengantarkan brosur untuk dealer, karena tidak kebagian mobil dinas (dan diomeli hahaha) . Saat itu hanya ada 1 buah mobil operasional di kantor Bandung.
Dia selalu membuat saya kagum. Saya tidak heran dia bisa membuat kue-kue dan roti yang enak, karena dia memang selalu haus untuk belajar. Bahkan pulang kerja malam-malam dia sanggup membuat cupcake lucu untuk hadiah ulang tahun saya. *terharu*
Dalam hati dia adalah idola saya, kakak yang saya sayangi walau saya tidak pernah mengakuinya (nanti dia geer). She is the bravest woman I ever knew, determine and hard worker. She knows what she wants in life, and she is always in the right path.
I do miss every time I spent with her. I wish our friendship will last forever, because I love her…in any way she does.
Allah SWT bless you and your beloved family, you are always here.. being part of us.
🙂