Semalam di dekat air mancur di jalan berbatu kotak-kotak itu, gedung tinggi dengan cat putih krem pudar dengan model art deco di kiri kanannya. Lampu jalan dengan besi tempa dan sinar bulan membuat jalanan menjadi terang benderang, kau cium aku dekat air mancur itu.
Panas. Hangat. Mesra. Penuh gairah. Seperti pelunasan rindu-rindu yang selalu kau kirimkan lewat Line itu setiap harinya..karena kau tak mau gunakan media lain selain Line.
Walau selalu kujelaskan bahwa ada Telegram atau Whatsapp. Tapi seperti kamu yang selalu kukenal itu. Keras kepala selalu.
Kau cium aku dengan satu tangan menengadahkan aku. Jarimu di rambutku dan satu tangan lain menarik tubuhku mendekat mendekap punggungku melekatkan ke tubuhmu. Tanganku di dadamu merasakan detak jantung gairahmu dan jariku lainnya menyentuh sisi kiri wajahmu dan kurasakan kekasaran cambang yang belum tercukur barang satu dua hari itu.
Lalu sejenak kita berpandangan. Dan matamu ah matamu itu sayangku.
Kutanyakan lagi padamu “kenapa kau tinggalkan aku… Bila cinta ini memang selalu ada dan rasa ini selalu membara..kenapa kita selalu berpisah seperti Antares dan Vega”.
Kemudian kita naik bis itu. Dan tangan kita saling menggenggam. Berapa orang melihat kita dan tersenyum. Kita pun sering berpandangan, tersenyum kecil lalu kau curi sebuah ciuman.
Di mimpi sayangku. Di mimpi.
Ini mimpiku tadi malam bersama kamu.
mantap…