Beberapa hari ke belakang, di Bandung sering terjadi hujan angin.
Sudah jelas dari namanya bahwa hujan angin itu adalah hujan deras dengan campuran angin yang dahsyat.
Oh ya buat yang belum tahu, hujan angin di Bandung ini beberapa kali terjadi dicampur es pula. Es beneran!
Kalau Anda menganggap hujan es ini romantis seperti salju yang lembut dan halus turun di Swiss, nah, Anda salah besar. Lagian tau apa saya soal salju di Swiss yak, wong belum pernah kesono.
Nah balik lagi ke soal hujan es, di Bandung ini kalau sudah hujan es sama sekali engga ada romantis-romantisnya. Yang sempat ngalamin kena kepala, beneran rasanya kayak ditimpuk, dan yang pernah nyetir di tengah hujan es dan angin ini, bunyi pletok-pletok di kaca mobil itu agak-agak bikin ngeri-ngeri sedap.
Saya pernah lihat foto gegara hujan es yang lumayan dahsyat beberapa tahun lalu, kanopi rumah teman saya sampai jebol, esnya walau banyak tapi begitu nyampe tanah langsung cair. Jadi kalau mau difoto, kudu buru-buru.
Ukurannya ada yang sebesar kuku.
By the way, hujan angin kemarin-kemarin ini belum campur es. Tapi ternyata bikin pot-pot di atap rumah saya porak-poranda. Untuk kanopinya engga kebawa angin. Modelnya memang bukan model kubah yang bisa bikin turbulensi, tapi model miring aja, jadi angin bisa dengan mudah lewat tanpa sempat terperangkap macam layar atau layangan.
Pagi-pagi saat saya ke atas mendapatkan pohon tomat saya yang saya sayangi sepenuh hati telah bertumbangan dengan malangnya. Bahkan ada yang patah. Dengan lemah lembut saya ikat kembali dengan kawat bekas gulungan kabel charger telepon.
Pot-pot yang diletakkan di pinggir tembok bertumbangan dimana-mana, pot seledri menimpa artichoke saya yang lagi lucu-lucunya, dan beberapa giant mussel leek, patah-patah. Duh.
Yang lebih parah ada satu pot cabe yang jatuh ke rumah tetangga. Sudah 2 pot melayang ke rumah tetangga sebelah dan nyangkut di jeruji besi pergola. Tapi saya diam-diam aja. Soalnya tetangga saya ini galak banget. Demikian juga anjingnya.
Beberapa kali saya kena marah gegara dia sering kesiram kalau saya lagi nyemprot tanaman pakai selang. Apalagi kalau tahu ada insiden pot jatuh segala, air dari talang air kena ke halaman dia aja, bisa bikin mereka nyap nyap.
Moga-moga mereka gak baca blog ini.
Saat saya membereskan pot-pot yang jatuh, berhubung lahan yang penuh dengan pot, jadinya saya melangkah dengan menginjak pinggiran pot-pot tersebut, apa daya, pot itu tidak bisa menahan beban bodi saya yang langsing ini.
Tumbang lah mereka saya injak, disaat saya sedang menggeser pot di atas tembok. Jatuh deh saya terperosok ditambah bonus ketimpa pot yang sedang saya geserkan.
Rasanya? Jangan tanya. Belum lagi tangan dan sikut saya lecet keparut tembok.
Hikmah cerita ini apa dong? Gak ada sih sebenarnya.
Cuma iseng cerita aja kejadian beberapa hari kemarin ini.
Leave a Reply