Dari sekian hari dan malam bersamamu ada satu yang kuingat sangat, melebihi hari-hari lainnya. Aku tidak ingat itu hari apa, tanggal berapa dan tahun kapankah. Aku tidak ingat hal-hal berupa data seperti.
Tapi aku ingat jelas hari itu cuaca sedikit mendung. Bau hujan tercium di udara, dan titik-titik air menodai mobilku yang aku paksa setir sendiri walau saat itu belum terlalu bisa menyetir.
Yang aku ingat debar jantungku, gugupnya aku, dan kadang kebas terkadang tanganku. Perutku terasa diterbangi kupu-kupu. Aku resah apa yang aku pakai, sisiran rambutku, dan warna lipstik dibibirku. Aku cemas apa yang akan kau lihat dari aku. Apakah menurutmu aku cantik. Hal-hal yang demikian. Di hari yang aku tak ingat hari apakah itu.
Aku ingat sangat betapa senangnya aku, kamu, kita bertemu. Setelah sekian lama sejak perjumpaan pertama.
Kita bingung membicarakan apa. Tapi rasa senang melindasi itu semua.
Dan semalaman kita tak banyak bicara. Tanpa uang dan tanpa tujuan kemana. Aku tidur di kursi, karena semua kamar telah penuh, dan kau duduk di alas di lantai dekat kepadaku. Tanganmu menggenggam tanganku semalaman. Aku tertidur dan aku ingat saat aku bangun kau menatap aku.
Tanpa kilasan cium dan tanpa banyak potongan kata.
Tapi belasan tahun sudah mendekati puluhan sejak momen itu. Masih tetap kuingat, warna mendung di langit kelabu dan bau hujan gerimis yang telah menyambut kedatanganmu dan mengantar kepergianmu.
Dan juga ciuman pertama itu, di stasiun kereta saat kau kembali pulang kesana.
Leave a Reply