Saya tidak suka bangun pagi. Sejak kapan ya? Sejak saya bisa mengingat.
Tapi sepertinya perlu dikoreksi sedikit. Saya tidak suka bangun pagi dengan TERPAKSA.
Saya perlu bangun pagi dengan tenang. Dengan damai. Dengan keharuman kopi yang baru diseduh dan wangi pancake yang nikmat. Hmmmm.
Atau dengan kicauan burung merdu dan sentuhan lembut dan kecupan hangat di kening…*ngayal.
Nah itulah sebabnya saya tidak suka bunyi alarm. Tidak suka mungkin masih terlalu lembut. Saya benci alarm lebih tepat.
Bunyi alarm itu menyakitkan. Mengganggu. Dan mengubah mimpi yang tenang dan damai menjadi mimpi buruk dalam sekejap. Alarm is evil device. Dia diciptakan untuk menyiksa telinga.
Saya tidak mengerti kenapa anak saya suka bangun dengan alarm. Bunyinya macam-macam. Ada yg sangat mengganggu seperti alarm kebakaran. Ada yang berulang-ulang dengan bunyi dentang yang seperti datang dari jauh…kemudian semakin mendekat…mendekat…dan memaksa.
Yang lebih menyakitkan, dua anak saya sendiri tidak pernah bangun dengan alarm yang mereka setel. SAYA yang selalu bangun karenanya. Dan karena mereka sering tidur di kamar saya dibanding di kamar mereka sendiri. Maka hampir setengah hari-hari dalam seminggu saya akan dibangunkan dengan paksa. Dengan siksaan. Dengan alarm yang berbunyi menyakitkan.
Suatu malam saya bilang kalau saya ini, ibu yang mengandung dan melahirkan mereka, bisa bangun tanpa alarm. Saya terangkan alasan macam-macam bahwa bangun dengan cara mengagetkan itu tidak baik bagi kesehatan. Kesehatan jiwa terutama. Dan fungsi snooze adalah alat penyiksa yang diciptakan Nazi untuk teror.
Saya ajarkan untuk menyetel otak agar membangunkan kita di jam yang kita inginkan adalah..menjitak kepala sendiri sebelum tidur dengan jumlah jitakan adalah jam berapa yang kita inginkan untuk bangun.
Coba saja.
It works.
For me at least
Leave a Reply