Albert Einstein pernah mengatakan,
” If you always do what you always did, you will always get what you always got”
Merenungkan kata-kata Einstein tersebut, apa yang kita lakukan kalau rumah kita kebanjiran? Mengungsi? Naik ke atap rumah? Merenungi nasib? Dan kembali menempati rumah yang sama dari tahun ke tahun, untuk kembali kebanjiran dan kembali merenungi nasib. Tanpa memikirkan solusi atau jalan keluar dari masalah, malah kembali melakukan hal yang sama dari waktu ke waktu. Banjir ataupun bencana lainnya, kadang memang sudah menjadi proses dari hukum alam yang berlaku universal, apalagi dengan perubahan iklim saat ini, membuat cuaca menjadi tidak menentu, badai yang tidak terduga datangnya, juga naiknya permukaan air laut.
Banjir bagi orang Belanda sudah berabad-abad menjadi musuh abadi. Banyak kehilangan dan kerugian akibat banjir tersebut. Pada kejadian Banjir Laut Utara tahun 1953 tercatat 1,836 manusia kehilangan nyawa dan juga banyak kerugian akibat properti yang hancur dan rusak. Setelah banjir tersebut, tindakan lebih nyata diambil Belanda pada Rhine-Meuse-Scheldt delta untuk membendung muara-muara tersebut dan merancang tanggul yang terkenal dengan sebutan “Delta Works”.

picture source: http://www.boxbarrier.com/about-us/innovative-projects/item35
Dalam membuat proyek yang sangat ambisius ini ternyata pembuatan bendungan dalam Delta Works juga memperhatikan ekosistem dan lingkungan. Rencana awal di Oosterscheldekering, adalah bendungan tertutup. Namun karena berakibat rusaknya ekosistem air laut serta beresiko hilangnya banyak bangunan penting dan memiliki nilai historis, maka rencana berubah dari menjadi tanggul yang dapat ditutup buka sebagai penahan badai. Oosterscheldekering merupakan tanggul termahal dan tersulit di proyek Delta Works. Oosterscheldekering oleh American Society of Civil Engineers didaftarkan sebagai salah satu dari Seven Wonders of The Modern World.
Setelah Delta Works, Belanda kembali menjadi pionir berkat air. Adalah kota Maasbommel, kota di Belanda yang menjadi pionir untuk “floating amphibious houses”. Rumah amphibi yang mengambang! Rumah amphibi seperti contoh dalam gambar ini di Maasbommel mampu mengambang setinggi 4 meter dari ketinggian asalnya! Bahkan tidak berhenti sampai disitu, untuk masa depan arsitek Belanda bahkan ingin membuat kota masa depan yang mengambang seluruhnya di atas permukaan air.
Menghadapi musuh alami memang paling baik adalah berteman baik dengannya dan mencari akal dalam menghadapinya. Ternyata selain air sebagai sumber energi, menghadapi air membuat Belanda melahirkan manusia-manusia dengan kemampuan inovasi yang mengagumkan, serta menjadikannya pionir di berbagai bidang.
Berangkat dari menghadapi air berabad-abad, jiwa pionir di Belanda ini tidak terbatas di bidang teknologi saja. Berbagai inovasi lain banyak dikembangkan di Belanda. Dengan semangat “to make the future better for the next generations”, jiwa pionir bangsa Belanda kini sudah merambah ke berbagai bidang. Seni dan budaya, pertanian, kedokteran, fisika, kimia filsafat dan berbagai terapan dalam kehidupan sehari-hari. Memanfaatkan secara optimal sumber daya yang tersedia adalah itu ciri khas dari Belanda. Dari yang canggih sampai yang sederhana.
Dan air yang telah menjadi musuh Belanda berabad-abad, dijadikan teman untuk belajar menjadi pionir bagi bangsa Belanda. Musuh namun juga sumber daya yang berlimpah dan guru di mata inovatif bangsa Belanda, si air yang membanjir.
Sumber bacaan:
http://www.reuters.com/article/2012/10/09/uk-dutch-architect-water-idUSLNE89801Z20121009
http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/6405359.stm
http://www.technologyreview.com/featuredstory/408182/saving-holland/
http://techland.time.com/2012/11/01/best-inventions-of-the-year-2012/
Leave a Reply