Ga terasa saya sudah bekerja 17 tahun di perusahaan dimana saya bekerja sekarang ini. Lama juga ya? *ngeri sendiri*. Pertama bekerja dulu saya tidak punya gambaran akan berapa lama saya akan bekerja di suatu perusahaan. Bahkan saat wawancara saya ditanya apa cita-citamu bekerja di perusahaan ini? Saya jawab dengan mantap, tenang, dan jelas,” saya ingin punya rumah dan memelihara anjing Siberian Husky, pak!”. Jawaban yang sederhana, simpel, namun babar blas tidak nyambung. Namun agak lebih baik dibanding jawaban teman saya yang sama bekerja dengan saya, karena dia menjawab, “Ingin punya longyam* dan berwiraswasta, pak!”. Lah kalau ingin berwiraswasta ngapain ngelamar di korporasi ini? Namun anehnya kami berdua diterima. Mungkin jawaban kreatif adalah salah satu syarat utama.
Biasanya setiap tahun di bulan Desember saya memang menulis catatan atau ngeblog, menceritakan kesan dan pesan (juga cita-cita) persis seperti buku kenangan jaman dulu ya, selama bekerja kantoran ini. Tahun kemarin terlewat deh, baru nulis sekarang. Kelupaan gara-gara sibuk dengan pemilihan gubernur Jabar (ga nyambung, wong saya bukan tim sukses siapapun).
Masih segar dalam ingatan saya, saya dulu yang berumur 22 tahun, masih imut lah, melamar kerja dengan berbekal semangat belaka. Karena posisi yang saya lamar tidak ada hubungan dengan latar belakang pendidikan. Soal psikotest rupanya saya lewati dengan sukses, mungkin berkat gumaman lagu Bon Jovi di mulut saya mengganggu konsentrasi peserta lain sehingga nilai saya lebih baik dari mereka. Juga soal sebanyak 10 isian, yang saya isi cuma 4 itupun ngarang, sepertinya mendapat skor yang bagus karena saya menulisnya dengan huruf ukiran yang manis.
Pas wawancara juga saya mungkin mendapat nilai plus di mata pewawancara saya, karena saya berani ngajak taruhan si pewawancara disaat saya ditanya berapa komposisi presentase saham para pemilik perusahaan yang saya lamar ini, saking yakinnya dengan masing-masing presentase komposisi saham yang sebenarnya saya baca di buku kuning telepon. Apalagi saat diledek gaya bicara saya yang sedikit ngapak dan juga berlogat sunda medok. Saya bangga sekali menjawab kalau saya memang orang kampung. Tepatnya kamseupay. Kampungan sekali udik payah deh lu…. (I curse you Marissa Haque! emang kenapa kalau jadi orang kampung?).
Saya belajar dari banyak orang disini. Memang di setiap tempat, bertemu orang, di sudut pasar dimanapun, kita akan selalu belajar. Hidup adalah belajar kali yee. Saya ingat atasan saya pernah berkata, mengapa dia betah bekerja di perusahaan yang sama berpuluh tahun. Jawabnya buat dia bekerja adalah passion. Dan ini passionnya. Itulah sebabnya dia tahan bolak-balik ke Surabaya setiap minggu naik kereta api, karena dia mutasi ke Surabaya dan keluarganya di Bandung. Juga atasan saya lainnya, saat saya tertukar memasukkan surat ke dalam amplop, dia hanya menatap saya dan berkata “Kamu sudah bosan makan nasi?”. Katanya sarat makna.
Ah hidup. Semoga dalam hidup ini saya menemukan selalu passion saya. Sampai nanti di garis mati. Selamat hari jadi ke 17 untuk diri saya sendiri. Sweet seventeen.
*longyam: balong hayam. kandang ayam untuk menternak ayam yang dipasang di atas kolam ikan. kotorannya untuk pakan ikan
Leave a Reply