Suatu siang saya asik membaca di ruang tamu sambil mendengarkan percakapan dua anak bengal kakak beradik. Tumben pada akur. Biasanya seperti anjing tetangga dan kucing saya. Sama-sama ga tahan kalau lihat pihak lain lagi damai dan anteng.
“Mas, mas kalau ngupil suka pakai jari yang mana?” si adik bertanya, sambil sibuk mewarnai sesuatu
Kakaknya yang sedang memasang senar gitar dan menyetemnya menjawab santai, “Yang kelingking dong, kan kecil. Jadi bisa jauh daya jangkaunya. Emang Dede pakai jari yang mana?”
“Yang jempol, soalnya kan jempol gede. Pas banget di lubang hidung. Jadi enak bersihinnya”
“Ih tapi kan susah, ga bisa dalam masuknya”
“Tapi kalau jempol, kan ga keliatan ngupil banget, bisa pura-pura keliatan kayak lagi nyubit cuping hidung”
“Aku sih masih tetap enak pakai kelingking,daya jangkau dan putarannya lebih enak, coba deh bandingin”
“coba aja sendiri pakai jempol…”
“Ah ga mau, kita tanya Emak aja yuk”. Rupanya dua-duanya sepakat.
“Maaakkkkk…. kata Emak enak ngupil pakai jari yang mana??”
Sambil meletakkan buku dan memandang ga sabar pada dua anak yang berdiskusi tidak penting ini saya menjawab,
“Aku bersihin di kamar mandi di wastafel, pakai tissue. Ga pake acara kamuflase segala dan ga di depan orang!”
Kata saya galak dan judes. Mereka berdua ngakak.
hahaha