Kadang aku ingin berlari dalam kesendirian melintasi hutan melintasi padang, dan hanya ajak bicara anjing yang menyalak garang. Dalam gila matanya aku tahu dia mengerti pedihku. Kami sama-sama pernah tersepak dan menyelipkan buntut di antara kedua kaki belakang dan terkaing-kaing. Namun sahabat terakhirku sudah pergi. Kini kembali aku disini menatap sekeliling dengan nanar. Apakah aku terjebak atau hanya ilusi.
Ini tentang kesendirianku.
Kucari-cari dalam diam. Namun juga dirimu juga terlalu banyak berubah warna. Kelam dan abu-abu seperti warna hujan di penghujung senja tanpa cercah cahaya. Kadang ledakan marahmu memerah mengobar angkasa. Aku terduduk di sudut dan memeluk lututku. Bertanya-tanya aku kah penyebab warnamu ataukah orang lain yang aku tidak tahu.
Ini tentang dirimu.
Tersenyum saat orang berkata mengapa aku selalu ceria. Dia tak tahu bahwa luka-luka sudah berkarat ada juga yang borok dan bernanah. Dosa tak tertanggung yang harus kuhadapi kelak entah seperti apa. Dan biarlah saat ini aku hadapi sisa hidup dengan tawa. Karena saat pedang itu tiba memancung kepala, sudah tak akan ada lagi senyum di bibir tersisa.
Ini tentang hidupku.
nyebut atuh neng… 🙄
ini kan hanya drama..drama quen