Kata orang saya ini cakep.
Hening sejenak.
Oke ga semua orang. Beberapa memang ada yang bilang saya cakep.
Masih hening.
BAIK BAIK! Jarang ada yang bilang saya cakep! Puas??!! Kalaupun ada sudah pasti,kesatu orang tersebut ada dibawah tekanan dan paksaan, keduakemungkinan orang-orang yang matanya kelilipan, ketiga orangtua dan orang-orang terdekat saya yang bilang saya cakep karena rasa solidaritas kekeluargaan, keempat orang-orang yang kena pelet saya. Hah!.
Tapi intinya gini, bukan masalah cakep atau tidaknya sebuah wajah. Kadang memang perempuan itu dibilang cakep karena kelakuannya, halus suaranya, sifatnya yang tenang anggun, rapi dan wangi. Tertib. Gak teriak-teriak heboh, dan bilang “ANJRIT” kalau kaget. Perempuan cantik itu anggun, seksi dan seutuhnya, banget deh pokoknya.
Saya menyadari saya minus hal-hal di atas.
Dan saya menyadari, bahwa kecantikan saya banyak berkurang kadarnya (batuk), karena salah satunya hobi tidur saya yang tidak mengenal waktu dan tempat. Tidur kok hobi ya, hobi mah berolahraga, atau apa lah yang lebih keren dikit.
Saya jadi teringat, ilfilnya orang-orang di sekitar saya pastinya karena masalah tidur ini. Saya suka tidur di kelas. Sejauh saya ingat, sejak SMP. Tak terhitung berapa kali guru atau dosen menyuruh saya keluar kelas untuk cuci muka.
Entahlah. Saya juga heran. Setiap kali pelajaran berlangsung, suara guru di depan kelas lama-lama akan terdengar menjauh, menjauh dan menjauh. Saya merasa dibuai dengan keterangan yang diberikan guru tersebut. Apa yang saya tulis di buku tulis bergaris saya lama-lama akan miring. Semakin miring, dan akhirnya tidak terbaca, bahkan sempat menjadi garis lurus yang panjang. Persis seperti grafik di alat pendeteksi detak jantung yang dari bentuk seperti sandi rumput, berubah menjadi garis panjang dengan bunyi “teeeeeeet” itu. Saat itulah saya akan tertidur dengan nyengak menelungkup di atas meja.
Ga tanggung-tanggung tidur yang nikmat tersebut ditambah dengan ngiler. Masalah ngiler ini sesuatu yang sulit diprediksi. Kalau tidur normal di kasur, saya yakin tidak pernah ngiler. Terbukti tidak ada bekas dan noda sewaktu pagi hari. Tapi bila tidur telungkup di meja, rahang yang mengendur sedikit terbuka itu akan membuat produksi iler tidak tertahan. Iler akan terbentuk dan mengalir sedikit demi sedikit.
Beberapa kali saya terbangun, dan yang saya lakukan adalah mengelap iler saya yang terasa membasahi pipi. Dan sudah pasti, tertawaan teman sekelas adalah makanan sehari-hari.
Untunglah masa-masa saya sekolah sudah berlalu. Namun saya masih merasakan, bila saya ikutan training, seminar, workshop, meeting, atau apapun yang mengharuskan saya duduk diam beberapa waktu lamanya untuk mendengarkan orang berbicara, rasa ngantuk itu sudah pasti akan datang melanda. Untungnya dalam hal-hal demikian (ketiduran dan ngiler) saya masih dilindungi dengan cara bolak-balik ke toilet, atau minum kopi dan mengunyah. Menjahili teman danngoprekgadget juga salah satu cara menghilangkan kantuk itu.
Itulah, kenapa tidur memang mengurangi kecantikan seorang wanita.
haha lucu abis mbak,salam kenal ya