Sudah bertahun-tahun silam saya ngerasain yang namanya diinterview. Baiklah, maaf bukan bertahun-tahun yang lalu, BELASAN tahun yang lalu malah. Time flies so fast when you having fun with wonderful person. Yang wonderful disini maksudnya saya, yang having fun, ya orang-orang disekitar saya.
Saya selalu bermasalah dengan yang namanya ujian atau wawancara alias interview ini. Saat ujian akhir SMP saya ketiduran di kelas saat ujian. Untung lulus. Saat ujian masuk kuliah, pinsil saya yang satu-satunya patah. Dan saya tidak membawa serutan. Dan saya tidak berani pinjam. Dan saya juga ujian sambil merasakan mules karena lagi sedikit diare. Untung lulus.
Interview saya yang paling ngenes, yang saya lupa masuk ruangan interview dengan bawa barang belanjaan dengan banyak keresek. Yang ngenes lainnya, surat lamaran saya tertukar, dan ketahuan pas lagi diwawancara. Saya ngelamar ke HSBC dan UOBB, tapi surat lamaran keduanya tertukar. Lulus? tentu tidak. Mereka tidak bodoh.
Ada juga saat saya diwawancara dengan yakin dan fasih dalam bahasa Inggris, dan saya menyatakan saya adalah pekerja keras yang tidak pernah puas dengan hasil yang telah dicapai apabila belum sempurna. Pewawancara saya cuma bilang, “Yeah, terlihat jelas sekali pada nilai-nilai di ijazah Anda” Katanya sambil melirik fotokopian transkrip nilai saya yang banyak memuat nilai D. Tapi anehnya saya diterima.
Di tempat saya bekerja sekarang juga sebenarnya tidak kalah ngenes.
Awalnya saya ikut ujian tertulis. Dari 10 soal saya hanya bisa menjawab 4. Benar-benar cuma 4 pertanyaan yang bisa saya jawab, itupun banyak yang memakai pola mengarang bebas. Di sebelah saya adalah teman kuliah saya yang ikut ujian masuk kerja juga bareng dengan saya. Dia tampak mengisi soal dengan lengkap, teliti, dan rapi. Dan menjawab KESEPULUH soal itu dengan baik.
Saya ingin nyontek. Ingin sekali. Dan saya juga berpikir, teman saya ini juga orangnya baik. Pasti ngasih.
Tapi entah darimana, harga diri saya yang biasanya jarang muncul, saat itu menyeruak begitu hebatnya. Saya tidak jadi nyontek. Saya berpikir, saya melamar di perusahaan besar. Kalau saya berhasil masuk dengan hasil nyontek, dimana kebanggaan diri saya.
Akhirnya karena yang lain masih menulis jawaban sementara saya bengong, saya minta kertas lagi. Dan menulis ulang 4 jawaban yang segitu-gitunya. Di kertas yang baru. Dengan huruf kecil-kecil dan rapi berbaris.
Wawancaranya sendiri jauh dari teori pelajaran sekolah ataupun urusan nilai di ijazah saya yang jeblok. Bapak yang mewawancara saya terlihat sangat cool, cuek, dan berwibawa (belakangan saya mendapat info dia adalah Direktur Keuangan di perusahaan yang saya lamar yang sengaja turun gunung untuk interview).
Tidak banyak yang beliau tanyakan, salah satunya dia hanya menanyakan apa saya bersedia ditempatkan di Papua. Yang saya jawab dengan sangat antusias “Bersediaa….!” Papua dalam gambaran pikiran saya adalah daerah yang eksotis, coba bayangkan: seafood, hutan yang hijau, laut yang biru lazuardi, koteka, dan pilot-pilot yang gondrong dan pemberani. Itu yang ada di otak kecil saya yang naif.
Selanjutnya beliau menanyakan berapa gaji yang saya inginkan. Saya jawab “lima ratus ribu saja”. Dia menjawab “Banyak amat!!” dengan nada yang takjub. Saya jadi ikut takjub. Jawab saya “Beneran kebanyakan pak?” Dia menjawab “Iya, coba kamu rinci untuk apa uang sebanyak itu”.
Kalau saya tidak salah ingat sih, tahun segitu untuk gaji lima ratus ribu merupakan gaji yang dibawah standar untuk lulusan D3. Tapi saya memang naif.
Lalu saya minta kertas kosong, dan saya mengisi dengan riang gembira, anggaran saya sebulan dengan uang lima ratus ribu. Diantaranya adalah ongkos naik angkot, ongkos naik becak, pembelian kopi (saya maniak kopi), lipstik dan bedak, dan menabung. Sisanya saya lupa. Sang Direktur (yang saya tahu belakangan itu) mengangguk-angguk puas dengan anggaran saya yang aneh. Pertanyaan berikutnya saya tidak begitu ingat, kecuali untuk pemilik saham perusahaan yang saya lamar, saking yakinnya saya dengan komposisi sahamnya dimiliki oleh anu dan anu sekian persen dan sekian persen, saya sampai mengajak si Bapak Direktur untuk bertaruh sewaktu beliau bilang jawaban saya salah.
Singkat cerita saya diterima.
Kesimpulan saya, hal -hal seperti: dipanggil interview, beli rumah, dapat kerjaan, dapat pacar ganteng (dan sukur-sukur jadi suami, dan ketemu Jun Ho member 2 PM yang jago nge-rap dan beat box adalah faktor jodoh dan nasib. Kadang kita begitu yakin dengan sesuatu, namun kita gagal. Ada saat dimana kita tidak yakin, tapi kita berhasil. Jadi sebenarnya kita ini harus yakin apa tidak sih? Katanya untuk meraih sesuatu kan kita harus yakin. Tapi kadang bila terlalu yakin, hasil yang tidak kita harapkan akan membuat kita terpukul. Jadi gimana dong? Susah ya.
Menurut saya, kita harus yakin akan sesuatu yang ingin kita raih, tapi kita juga harus berbesar hati bila hasilnya tidak sesuai keinginan kita. Sejauh kita berusaha maksimal, hasil apapun harus bisa kita terima dengan tabah. Setabah mendapat nilai statistik D walau sudah dua kali ngulang dan belajar mati-matian.
Jadi untuk hari Senin nanti dimana saya akan menghadapi wawancara untuk layak tidak menjadi Tim Touch Korea Tour untuk jalan-jalan ke Korea yang diadakan oleh Korea Tourism Organization Indonesia, saya mengucapkan selamat kepada diri saya sendiri. Karena perasaan exciting campur harap-harap dan cemas ini tidak bisa dialami setiap hari. Hasilnya seperti apapun, diserahkan kepada takdir Yang Maha Kuasa…. sejauh ini saya sudah bersiap-siap. Lebih kepada menyiapkan mental. Untuk persiapan mental ini saya sudah berusaha untuk menghapal Hands Up – nya 2PM untuk menambah semangat, dan mengucapkan Greetings dalam Bahasa Korea….
Hullyeo peojineun umage matchweo
Everyone put your hands up and get your drinks up
On sesangi hamkke michyeo
Everyone put your hands up and get your drinks upNow
Put your Hands Up, Put your Hands Up, put, put, put, put, put
Put your Hands Up, Put your Hands Up, put, put, put, put, put
Put your Hands Up, Put your Hands Up, put, put, put, put, put
Put your Hands Up, Put your Hands Up, put, put, put, put, putBollyumeul nopyeo seupikkeo teojidorok
Geurigo modu hamkke michyeo jeongshin ppajidorok
Jeongshin ppajidorok, jeongshin ppajidorok
On momeul heundeureo bwa bwa
Amu saenggak an nadorok……………………………………………….. dst dst
Leave a Reply