Ada yang tahu singkatan Cireng? Cireng adalah Aci Digoreng. Aci adalah tepung tapioka, tepung yang didapat dari singkong. Kata tapioka mengingatkan saya kepada Jenderal Tapioca di cerita Tintin dalam episode Tintin and Picaros. Walaupun tidak ada hubungan antara Jenderal dari San Theodoros ini dalam pembuatan cilok maupun cireng.
Adapun Cilok, adalah singkatan dari Aci Dicolok. Bukan, bukan singkatan dari Cinta Lokasi, ataupun Banci Dicolok. Dicolok artinya ditusuk. Pada jaman keemasan cilok dahulu (berbarengan dengan jaman keemasan musik rock and metal sekitar tahun 1980 – 1990-an) memang cilok ini dihidangkan dengan ditusuk seperti sate, atau dimakan dengan cara ditusuk dengan lidi atau tusukan dari bambu.
Waktu saya kecil dulu, saat singkong banyak tumbuh di halaman dan ayam berkeliaran dengan bebas dan bahagia tanpa takut dicolong anak-anak nakal gank motor, saya sering membuat tepung tapioka sendiri dengan cara memarut singkong, memerasnya dan mengeringkan airnya sampai didapat tepung yang sangat halus, mirip proses pembuatan tepung sagu, cuma kalau sagu mah yang diparut pohon, bukan umbi. Singkong yang diperas dibuat Misro, ini bukan nama orang yah. Misro itu Amis Dijero artinya Manis Didalam (seperti saya, tapi saya manis luar dalam). Atau dibuat Comro, sekali lagi ini bukan nama grup musik metal, Comro itu singkatan dari Oncom Dijero. Oncom adalah sejenis side dish atau bisa dibuat bumbu masak atau sauce (sambal oncom maksudnya) terbuat dari kacang yang dibikin bulukan, makanan kesukaan Pangeran William, Duke of Cambridge.
Nah acinya sendiri dibuat cireng, atau kadang dibuat lem!. Bahan baku lem kertas bisa juga dibuat dari aci ini, lebih efektif buat nempelin perangko dibanding nempelin perangko menggunakan beberapa butir nasi. Ayah saya suka bilang, lem kok dimakan, kepada saya, yang suka banget makan cireng. Cireng jaman era classick rock, dibuat dengan sederhana, bumbunya daun bawang, irisan kelapa, dan campuran santan, kadang diberi irisan cabe rawit. Klasik banget kan. Dulu belum dibuat secara massal, paling terdapat secara sporadis di warung-warung atau tukang gorengan keliling. Cireng jaman sekarang sudah canggih, bahkan dibuat dengan berbagai macam isi, dari keju, ayam, sapi, sampai dengan daging asap. Yang klasik isi oncom pedas pun ada. Sekarang saking banyaknya jenis pilihan sudah engga kalah dengan topping pizza. Cireng yang menurut saya enak, yang kenyal dan terasa lenturnya, namun tidak keras ataupun terlalu liat. Kalau digigit cirengnya melar seperti lenturnya keju mozzarela. Itulah cireng yang betul menurut saya.
Sedangkan cilok sang aci yang dicolok, adalah makanan yang dibuat berbentuk seperti bola. Ukurannya paling besar ya sebesar bakso yang normal. Hati-hati menelan cilok, jangan sembarangan menelan tanpa dipotong atau digigit kecil dulu. Tersedak cilok bukan main-main, bisa mengakibatkan sesak napas dan kematian akibat tersumbat jalan napas. Mirip lah efeknya seperti menelan bakso bulat-bulat ataupun menelan buah rambutan sebulat-bulatnya. Cilok kadang diisi dengan lemak sapi di dalamnya, yang ini saya tidak terlalu suka, soalnya suka eneg. Tapi sebenarnya buat yang suka, menambah gurihnya cilok. Bumbu cilok adalah bumbu kacang seperti bumbu syomay, atau saus pedas dan kecap.
Modifikasi cilok sampai saat ini belum sampai pada isi daging asap, tapi sudah ada bentukan lain yang disebut Cimol, maaf bukan singkatan dari Cibadak Mall (nama deretan pedagang kaki lima dulu di sepanjang jalan cibadak yang jualan baju bekas yang sekarang sudah dipindah ke Lapangan Tegalega) singkatan dari Aci Small. Karena dibuat bulat-bulat kecil dan digoreng, jadinya hibrid antara cilok dan cireng sebenarnya. Cimol ini diberi bumbu bubuk cabe. Kesukaan Prince Harry of Wales.
Kedua makanan ini adalah disebut sebagai makanan khas Sunda. Mungkin kalau Cireng dan Cilok ini sejenis Cornish Pasty (makanan khas Inggris) dan merupakan makanan yang terdaftar dan berlabel Protected Geographical Status, maka Cireng dan Cilok ini juga harusnya mendapat label yang sama (kalau saja ada badan regulasi yang sama di Indonesia). Cireng Sunda, atau Cilok Sunda, atau misalnya Pempek Palembang dan Gudeg Yogya, sebagaimana penamaan nama daerah khusus untuk keju Camembert atau wine Champagne. Pendaftaran label ini menjaga bahwa makanan yang diproduksi di daerah tertentu tidak dapat diklaim sebagai makanan khas daerah lain, walaupun bahan dan cita rasanya sama.
Jadi? Now what? Yuk mari kita makan cireng dan cimol. Soal gizi dan lainnya mengenai tapioka, sebagaimana dikutip dari blog Prof DR Made Astawan,
Tapioka kaya karbohidrat dan energi. Tapung ini juga tidak mengandung gluten, sehingga aman bagi yang alergi. Karena mengandung linamarin, tapioka dapat menangkal pertumbuhan sel kanker.
Lebih jelasnya untuk masalah yang lebih teknis dan ilmiah soal tapioka ini dapat dibaca di blog http://aremaipb.wordpress.com
Sampai jumpa di khasanah makanan khas daerah Sunda berikutnya!
Hai mba Mira 🙂
kunjungan balik…
aku suka banget makan cilok ama cireng tuh mba…
dan cireng sekarang udah canggih yah…
ada rasa keju, sosis sampai ayam jamur segala…
tapi kalo cimol…rada ngeri lihat bumbunya tuh mba…
hehehe, kalo cimol saya juga ga suka, bumbu pedesnya banyak pake artifisial. kudunya pake bumbu bahan alami saja