Setelah pagi yang penuh tragedi dalam perjalanan Bandung Jakarta yang full music dangdut koplo dan dijahili anak perempuan nakal berkaki kurus panjang -mirip banget dengan gambaran Pippi Langstrump-nya Astrid Lindgren. Tapi Pippi Si Kaus Kaki Panjang mah ada lucu-lucunya paling tidak. Ini mah -for God sake, sumpah henteu.
Maka dari itu, in the name of all holy things, good and pure in this world, untuk kebaikan jiwa saya di kemudian hari, maka saya memutuskan naik travel pulang nanti dari kidzania. Anak saya tidak keberatan, toh kami memang naik bus yang berbeda.
Rombongan ibu-ibu melanjutkan perjalanan ke Ancol. Katanya akan berenang. Saya agak tidak enak hati juga engga ikut sama mereka. Apalagi saya dijanjikan semur jengkol kesukaan saya. Hati saya sempat tergetar karenanya. Dengan segala jurus basa basi saya melompat dari bis dan menghambur ke Pacific Place. Untuk satu tujuan. Kopi. Gosh, i really need it! Sakaw gini kali ya rasanya.
Di lift ada sepasang bule perancis. Si wanita cantik sekali, tinggi langsing, rambut panjang, pakaian seluruhnya hitam dan chic. Tau darimana saya mereka wong perancis? Soalnya mereka ngomong bahasa perancis. Saya yang bercelana jins pudar, kemeja flanel kotak, dan bersandal cepit, ransel kumal berisi selimut, merasa tubuh saya mengecil dan mengkerut. Mungkin ini yang dinamakan minder berdiri disebelah makhluk cantik. Gimana coba kalau saya sebelahan dengan Monica Belucci. Mungkin saya akan mengubur diri saya seperti binatang undur-undur.
Setelah segelas kopi, sepotong ayam, seporsi broccoli potato cheese dan salad -ya saya lapar!- setelah menemukan anak saya kemudian saya…..tidur di Mushalla.
Leave a Reply