Soal berat badan ini buat saya merupakan buah simalakama, saya biarkan saya jadi gendut, saya coba menjaganya saya kelaparan. Jadi, pilih mana? Saya pilih yang pertama.
Sewaktu sekolah di sekolah menengah atas dulu (yaya yaya dulu namanya SMA ya anak-anak!), saya juga mengalami krisis percaya diri. Saya merasa diri saya gendut, jelek, jerawatan. Dan semua kaca dan permukaan mengkilat saya selalu jadikan patokan untuk melihat penampulan saya. Makin dilihat makin parah. Dan, voila! itulah yang terjadi. Saya gendut, jelek dan jerawatan. Lalu saya masuk kuliah. Saya tidak peduli lagi dengan berat badan, muka berminyak, dan jelek tidaknya saya. Saya sibuk dengan kuliah tanpa olahraga dan tanpa diet. Ajaib! saya jadi kurus, masih sedikit jerawatan (tapi terkendali), dan cakep (ehm…silahkan katakan O yeah, dengan nada tanya tinggi).
Sekarang saya lewat usia 35, kembali problem berat badan berlebih mulai melanda. Olahraga tidak teratur dan tidak terjadwal mulai saya lakukan lagi. Dari lari keliling lapangan sepakbola (3 lapangan sepak bola kalau anda ingin tahu) di Batununggal Regency di siang bolong yang mengakibatkan sakit kepala berdenyut-denyut dan kulit terbakar namun tetap tak bikin kurus, juga berenang, dimana lebih banyak makan burger dan hotdognya dibanding berenangnya, juga pilates dan aerobik, yang sekali-kali saya lakukan kalau dipaksa teman-teman seruangan kantor.
Hasilnya? dari semua hal di atas tentu saja nihil.
Jadi saya akan kembali mencoba untuk tidak ambil pusing lagi. Dengan harapan kalau-kalau menjadi seperti dulu lagi. Pas dibiarkan, saya langsing dengan sendirinya. Semoga.
jangan khawatir… walau sempet jadi SMU.. sekarang kembali ke SMA kok
Mendingan makan-makan mih 😀
Selama masih bisa makan, makan aja, Michelle! ;))
akhirnya kembali menulis….lamaa buka2 blognya masih 15 tahun telkomsel…hehe
tetap menulis, saya sukan gaya tulisan anda …hehe