Anggota di rumah saya bertambah satu.
Seekor kucing kurus kerempeng dan terlihat menderita asupan makanan tidak sehat dan bergizi buruk. Wajahnya tirus. Belekan. Perut kembung. Warna bulunya kuning burik. Atau kuning buruk? Entah. Yang jelas warnanya kusam, tidak menarik, dan rupanya telah menjadi korban tendangan beberapa kali. Dia kotor. Bau. Dan kucing.
Saya beri nama Kremeng. Kependekan dari Kucing Kerempeng.
Anak saya yang laki-laki (Dimas umur sebelas, nakal, bengal, banyak akal, banyak omong, jahil, pemalas, dan sekarang sedang cemas akan berat badan padahal berat badannya normal-normal saja menurut kacamata ibunya) yang membawanya ke rumah.
Teriakannya sepulang sekolah adalah:
“Maaaaa…Dimas dikasih anak kucing sama bapaknya temen Dimas!!!!!”
Suaranya riang, gembira, dan seperti telah memenangkan undian berhadiah Kijang Innova. Sementara saya langsung mengurut dada. Kami di rumah sudah memelihara ikan-ikan mas, seekor kucing Persia anggun bernama Mouwla. Seekor kelinci bernama Lexi (yang kepanjangannya adalah Lexiana Yusuf, menurut nama keluarga suami saya), beberapa ekor kucing liar yang suka datang nebeng makan, dan seekor tokek (yang kadang datang kadang pergi). Ditambah satu ekor anak kucing gering lagi tidak membuat saya bahagia. Karena anak-anak saya hanya senang melihat saja, tanpa ingat memberi makan, memberi minum, mengurus kotorannya, dan lain-lain. Jaid selama ini urusan pelihara-memelihara adalah kembali pada tanggung jawab siapa lagi kalau bukan saya.
Tapi untuk membuang si Kremeng saya jelas tidak tega.
Dimas dan Drea memandikan kucing kecil itu, menyekanya dengan handuk mereka (ini juga membuat saya teriak-teriak kesal), lalu mengeringkannya sampai kering dengan hair dryer. Lalu memberi anak kucing itu susu dan makanan kucing milik Mouwla, yang rupanya jengkel dan kesal melihat anggota baru itu. Mouwla menggeram dan mencakar setiap kucing kecil itu lewat. Mouwla terlihat cemberut, dia duduk diam dengan kepala terangkat tinggi. Seperti ingin menunjukkan bagaimana kucing bangsawan seharusnya bersikap. Sementara si Kremeng, rupanya senang dengan tempat tinggal barunya, berlari kesana kemari, endus sana endus sini, berguling di karpet, melonjak-lonjak girang, dan kemudian tertidur di sofa kelelahan.
Mouwla melenggang dan bermain-main dengan Lexi di taman belakang. Lexi sendiri tampak tidak terganggu dengan adanya Kremeng. Rupanya selama kangkung dan sayur lain makanan pasokan untuknya lancar, tidak ada hal yang bisa membuatnya jengkel.
Sampai beberapa hari ini rupanya Mouwla masih kesal. Ia mogok makan di tempat makan yang sama dengan Kremeng, tidak mau naik lagi ke pangkuan saya atau Drea, dan pura-pura tidak mendengar kalau kami panggil.
Saya baru tahu, kalau kucing bisa cemburu.
KUrang foto kucingnya. 😀
Belum sempet moto2 hehehe
kucingna abegeh nya mih, ambekan gede 😀
hehehehehe kucing juga punya perasaan hahaha
kucing2ku cemburuan tuh…
kalo aku pergi ke rumah sodara dan main2 sama kucingnya,
pas pulang, ga ada yg mau deket2.
pertamanya sih nyamperin, rindu gitu. tapi begitu kecium bau kucing asing… lgsg jauh2 sambil pasang muka merenggut.
kusamperin, mereka lgsg pindah lagi duduknya jauh2 dari aku.
Kalo blm mandi, blm ada yg mau deket2, hihihihi…
Muka merenggutnya itu lho! LUCU BGT deh!