Kumis seperti halnya bunga Tulip pernah menjadi wabah, kita pernah mendengar era Tulip Mania, tapi entahlah apa ada istilah Whiskers Mania. Yang jelas, di jaman dulu kumis pernah merajalela dan beberapa kali menjadi mode pada saat itu. Kumis rupanya memiliki motto: lebih besar lebih jantan lebih baik. Saya pernah mendengar teori bahwa suplai itu bertambah sesuai kebutuhan. Apakah pada jaman itu kaum perempuan menetapkan kumis sebagai standar kebutuhan mereka, saya tidak tahu.
Siapakah pencetus kumis sebagai mode? Apakah para penggiring sapi alias koboi Amerika? (bukan Cowboy in Paradise yang jelas mah; mereka gondrong dan anak pantai, tidak berkumis sama sekali). Ada sebuah quote yang saya comot sembarangan dari anggota Klub Kumis Amerika:
“I like the big and bushy, that’s what the cowboys had”
Kumis bahkan ada klubnya! Luar biasa. Anggota klub pemilik kumis berdimensi besar lebar dan panjang itu dalam beberapa kurun waktu tertentu mengadakan kontes kumis. Di lain cerita, dari hasil menilik sejarah para koboi terkenal, ternyata memang banyak yang berkumis. Pantas maupun tidak pantas, yang penting kumis. Para penggemar film koboi tentu mengenal film legendaris Wyatt Erp dalam Tombstone. Sebetulnya film tentang Wyatt Erp ada beberapa kali dibuat. Namun saya terutama menyukai film yang Val Kilmer berperan sebagai Doc Holliday (soalnya saya naksir Doc Holliday setengah mati, namun teman saya pernah ngeledek, penyakitan gitu kok ditaksir. Padahal biar penyakitan dia setia kawan, jago nembak dan pinter judi). Nah rupanya karena kumis sedang menjadi mode, Wyatt Erp asli (bukan dalam film) memelihara kumis dari beberapa dekade, dari ukuran kecil sampai dengan menyamai ukuran dan bentuk tanduk bison. Dapat disimpulkan www pada jaman itu adalah kependekan dari Wild West Whiskers.
Kalau di kantor saya, untuk ungkapan kekaguman (atau ledekan) kepada pemilik kumis, kami biasa bertanya dengan nada surprised, “wah itu kumis atau gagang telepon?” Namun, secara pribadi saya bukan pengagum kumis. Kalau dalam bahasa Sunda mah, saya cukup katakan “kumis?, ah meni bala” terhadap kumis tipis ala Kaisar Cina, atau kumis tebal seperti sikat WC, tanduk bison, maupun gagang telepon, atau kumis yang tidak niat seperti kumisnya Adolf Hitler. Terima kasih saya ucapkan kepada suami saya yang tidak memelihara kumis dalam dimensi apapun (tapi tempat bekas cukuran kumis yang baru tumbuh beberapa mili itu enak sekali)
Manusia mengenal berbagai macam tipe kumis memang, di kampung Gajah, kami mengenal ada Jeng Enda si Kumis Bawah, dan Koh Fahmi si Kumis Lele. Bimbo pun membuat lagu manis tentang kumis yang tidak kelimis dilantunkan dengan genit dan kenes oleh Iin Parlina:
“itu kumis itu kumis itu kumis..kumis lelaki….terdampar dengan indahnya antara hidung dengan bibir….”
kalau tidak salah liriknya ada yang seperti itu.
Sepulang kantor hari ini saya pulang lewat Maghrib. Dan jiwa saya terguncang sungguh melihat papan reklame di bando jalan Asia Afrika. Ukurannya? Tentu saja luar biasa besar.
“By all hairs on the whiskers of Kurvi Tasch“!!! Seru saya.
Nun disana, terpampang dalam kampanye Partai Demokrat: kumis Andi Mallarangeng dalam skala 1:1000 dan bersinar oleh lampu neon di papan tersebut.
Luar binasa…. eh, biasa… 😆 😆
Seingat saya, saya pernah baca di koran, udah lama sih, ada kompetisi jenggot (apa kumis ya?) terbagus di Swiss.
Eta gambar nu pangluhurna dan Willy Chevalier asa siga gurita nya. Davy Jones ge pasti minder dan punten2 kalo papasan sama mereka.
Dan benar, soal Billboard partai Demokrat eta di tol cipularang juga ada, dari jarak 500 meter saya belum tau itu billboard apa, tapi udah keliatan kalo itu gambar kumis.
teu kuat hayang seuri bayangin Davy Jones pupuntenan =))
Saya berkumis (dan kadang berjenggot) untuk kompensasi, supaya isi wajah gak cuma alis 😀 Jujur ini. :))